Bagian 18

29.8K 1.9K 43
                                    

Terkadang kita harus mampu melepas sesuatu untuk mendapatkan sesuatu, dan terkadang kita harus bersakit-sakit dahulu sebelum merasakan kebahagian.

Aca tengah berada di tepian kolam renang rumahnya, menatap gelombang air kolam yang memantulkan gelapnya langit dengan gemerlap cahaya bintang bertaburan. Kakinya terendam sebatas betisnya, rambutnya tertiup angin malam.

Aca tak habis fikir dengan apa yang terjadi dalam hidupnya, hidup nya menurutnya sangat beruntung. Hidup dalam keluarga serba kecukupan, berlimpah kasih sayang, berdampingan dengan pujaan hati dan memiliki sahabat yang saling mengasihi. Tapi itu dulu, ya dulu saat sebelum huru-hara percintaannya datang. Semuanya hilang lenyap, tapi tidak dengan keluarga nya dan bahkan Tuhan menggantinya dengan orang-orang yang lebih menyayanginya.

Bagus pergi dengan membawa cintanya, dan Bima datang dengan segalanya. Silfi pergi dengan penghianatannya dan Rafa datang dengan kepeduliannya, oke Billa juga pergi dan Bima juga Rafa datang menggantikan mereka.

"Hah, kenapa jadi gini sih?"

"Gini gimana?"

Aca terlonjak dan menengok kearah suara, ibunya berjalan kearahnya dengan tangan membawa sebuah nampan berisi segelas susu dan sepiring cemilan.

Menyimpan nampan itu di atas meja kursi santai yang tak jauh dari sana, lalu berjalan menghampiri putrinya yang masih asik merendam kakinya.

"Apanya yang jadi kayak gini?"

Aca menggelangkan kepalanya, ia tak mungkin menceritakan semuanya pada ibunya. Ia takut ibunya ikut sedih atau ikut meratapi nasih putinya yang sangat miris ini.

"Aca masih sayang sama Bagus?"

Aca segera mendongak menatap ibunya yang tengah berdiri didekatnya, lalu menggeleng. Tidak, Aca sudah tak memiliki perasaan apapun lagi pada Bagus.

"Ikhlaskan sayang, Bagus bukan yang terbaik buat kamu. Mungkin ini cara Tuhan menunjukan jadoh lain yang lebih baik dari Bagus, sekarang kamu buka hati kamu utuk Bima dan sayangi juga cintai dia seperti halnya kamu menyayangi dan mencintai Bagus seperti dulu."

Aca segera berdiri dan memeluk Ibunya, menangis dalam pelukan Ibunya yang kini ikut memeluk putinya. Ia sangat tahu apa yang putrinya rasakan meski putrinya itu tak mengatakan apapun padanya, putrinya masih mencintai Bagus dan ia sedang mencoba menerima Bima.

"Tapi kalau memang kamu udah gak kuat lagi, lebih baik kamu mundur dari keluarga itu dan mencari yang lain. Ibu gak pernah memaksa kamu dan gak akan pernah melarang kamu memiliki hubungan dengan siapapun asal dia bisa menjaga kamu dan menyayangi kamu, juga membuat kamu bahagia."

Aca melepaskan pelukannya dan menatap ibunya lalu menggeleng, "Nggak bu, Aca akan terus sama Bima. Kita saling cinta, ah mungkin sedang mencoba untuk saling mencinta."

"Oke, jadi kamu jangan sedih lagi ya. Sekarang minum susunya, cuacanya dingin. Jangan sampai larut malam." Aca mengangguk, dan tak lama ibunya itu segera memasuki rumah meninggalkan Aca yang masih bediri di tempatnya.

Tekadnya sudah bulat jika ia akan mencintai Bima dan mempercayai lelaki yang lebih muda darinya itu untuk menjaga hatinya, setidaknya Aca sudah merasa nyaman selama ia dekat dengan Bima.

"Uh, aus." Dan Aca segera duduk di kursi santai dan meminum susu yang sudah ibunya bawakan, tak menyadari jika seseorang tengah memperhatikannya dibalik jendela rumah.

"Semoga kamu bahagia nak."

*****

"Hallo, ya?"

"..."

"Hah? Mbak Aca nangis?"

"..."

"Kok abang baru bilang sekarang?"

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang