Bagian 19

30.3K 1.7K 46
                                    

Aca memoles bibirnya dengan pelembab bibir, menyemprotkan parfum dan tadaaaa Aca sudah siap. Aca melirik jam digital di nakasnya, dan sudah hampir jam 9. Tandanya sebentar lagi Bima akan menjemputnya.

Aca segera memasukan barang-barangnya kedalam tas kecilnya, dan ia segera keluar dari kamarnya. Berjalan menuruni tangga dan ia bisamelihat ibunya tengah asik membolak-balik majalah di sofa ruang keluarga.

"Bu, Aca izin keluar ya."

"Kemana? Sama siapa? Mau apa? Lama atau-"

"Sama Bima." Aca segera menarik tangan ibunya dan mencium punggung tangannya.

"Aca pergi dulu, dadah ibu." Dan Aca segera berlari keluar rumah, heii ibunya terkadang suka cerewet ceperti itu.

Hingga bertepatan saat Aca melangkah keluar dari rumah, suara motor Bima memasuki pekarangan rumah Aca. Aca segera menghampiri Bima saat lelaki itu berhenti, Bima melepas helmnya dan turun dari motornya.

"Aku pamit sama ibu dulu ya." Aca mengangguk dan Bima segera memasuki rumah, cukup lama menunggu akhirnya Bima keluar dari dalam rumah.

"Pake helmnya!" Aca menerima helm dari Bima dan segera memakainya, begitu juga dengan Bima dan kedunya menaiki motor itu dan motor itu melaju meninggalkan pekarangan rumah Aca.

*****

"Gue bener-bener muak sama dia, lama-lama gue gak tahan kalau setiap hari kayak gini!"

Lelaki berambut ikal sebahu itu menghela nafas setelah mendengar keluh kesah gadis didepannya, sudah cukup kebal mendengar semua cerita yang di lontarkan dari bibir manis si gadis.

"Tinggalin aja."

"Mana bisa! Gue sayang sama dia, gue rala ngelepasin Rafa demi dia. Gila aja kalau gue ngelepasin dia gitu aja."

Ya Silfi, Silfi kini tengah berada di sebuah café bersama seorang laki-laki yang udah cukup lama menjadi tempat berkeluh kesahnya.

"Lo mau bertahan sama hubungan ini?"

Silfi mengangkat pandangannya, menatap lelaki yang juga tengah menatapnya. Bingung, entah apa yang ada dalam fikiran Silfi.

Lelaki itu menarik tangan Silfi yang berada di atas meja, mengengamnya erat-erat. "Lo haru kuat, lo harus bisa buat dia makin cinta sama lo biar dia gak bisa jauh-jauh dari lo. Bila perlu, kita singkirin orang-orang yang nyoba ngambil dia dari lo. Oke!"

Silfi menarik sudut bibirnya, lalu mengangguk yakin. Ya, dia akan menyingirkan siapa saja yang akan menjauhkan dia dengan pujaan hatinya.

Lelaki itu tersenyum, senyuman yang cukup membuat orang brigidik ngeri. Entahlah, seperti ada sesuatu di balik senyuman itu.

*****

Aca menuruni motor Bima, melepas helmnya dan menyerahkannya pada lelaki itu. Aca memutar pandangannya, ini seperti area parkiran tempat wisata. Ya tak salah lagi, dan sejauh mata memandang, ia melihat banyak pasangan yang juga datang ke sini.

"Kita beli tiket terus naik ke atas puncak, pemandangan di sana indah." Ucap Bima kemudian, aca sih mengagguk saja.

Keduanya berjalan menuju antrian tiket, Aca tengah asik memutar pandangannya. Sepertinya ia akan melihat pemandangan dari atas sana nanti, dan lagi cukup banyak pepohonan pinus di sana. Ah Aca jadi tak sabar, tapi tunggu! Kenapa perempuan-perempuan itu, Aca memutar pandanganya lagi, perempuann itu dan yang bersama lelaki itu melihat ke arahnya- no no bukan bukan kearahnya tapi ke arah, Aca menengok kearah lelaki tinggi di depannya. Bima tengah mengusak rambutnya dan membenarkan jaket yang ia pakai.

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang