Bagian 47

36K 2.2K 487
                                    

1 bulan sudah Aca dan Bima berada di ruang ICU yang bersebelahan, keduanya tertidur amat sangat pulas. Bahkan orang-orang terdekat yang mereka sudah bergantian menengoki mereka, dan Nia sampai shock dan ikut dirawat di rumah sakit selama 1 minggu. Tapu syukurlah wanita itu sudah sehat kembali dan bisa menjaga putranya, meski kadang sulit menerima apa yang sudah tejadi. Bahkan tak jarang Nia tak berhenti menangis dan menolak makan, dan itu sukses menyiksa Bagus sebagai putra sulungnya.

Dan hari ini, untuk yang kesekian kalinya Rafa datang menjenguk kedua adik tersayang. Rafa anak tunggal, dan dia sangat menikmati perannya sebagai kakak untuk kedua anak manusia yang kini tengah berlomba tertidur itu. Rafa marah, jangan di tanya. Bahkan anak itu tak segan menyalahkan Bagus di depan kedua orang tua Bagus sendiri setelah mendengar cerita dan kronologi sebelum kecelakaan itu terjadi.

Dan sekarang, Rafa tengah berada di kamar Aca. membawa buket bunga mawar, dan menyimpannya di nakas tepat di samping tempat tidur Aca. menatap wajah manis Aca yang tertidur tenang, entah alasan apa Aca tak bangun tapi Rafa selalu berharap bisa mendengar ocehan gadis itu lagi.

"Siang Aca, udah makan belum? Gak laper apa? Makannya bangun terus makan, makan apa aja deh gue yang bayar." Ocehnya kemudian.

Dan yah, Rafa pernah mendengar jika orang yang tengah tertidur panjang itu harus di ajak bicara. Karena di alam bawah sadar mereka bisa mendengar apa yang orang lain katakana di kehidupan nyata, dan semoga Aca dan Bima bisa mendengar suara merdunya ini.

"Lagi pacaran ya sama Bima di sana? Gimana, indah? Ayo lah, kalian bisa pacaran di sini. Mau di mana aja asal jangan di depan gue, gue enek liat yang bucin-bucinan."

Hening, tak ada balasan atau jawaban apapun. Rafa ingin sekali adegan di sinetron yang sering asisten rumah tangganya tonton di dapur itu terjadi sekarang, dimana tiba-tiba Aca menggerakan tangannya. Lalu menerjabkan matanya dan kemudian gadis itu sadar dan Rafa akan berlari mencari dokte lalu menangis bahagia dan hidup bahagian, tapi itu hanya adegan sinetron yang menurutnya tidak mungkin terjadi. Ah tapi jika Tuhan brkehendak lain bukannya apapun bisa saja terjadi?

"Ah sebenernya gue bukan suka yang bucin-bucin begitu, cuman gue kan jomblo. Jadi kek gak enak aja liat bocil kayak Bima pacaran sedang gue enggak, ck jangan ketawa Ca. serius gak lucu!" dan sialnya bahkan Aca tak berdegar sedikitpun, bagaimana gadi itu tertawa!

"Ya udah, gue jenguk laki lo dulu ya. Ntar dia ngamuk lagi kalau gue gak jenguk dan malah lama-lama sama lo, dia cemburuan tapi suka gengsi." Dan Rafa hanya terkikik sendiri setelahnya.

Rafa berdiri dari duduknya, kemudian tangannya terangkat mengusap punjuk kepala Aca dan menyempakan mengecup kening gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

"Cepet bangun ya Aca bawel, gue kangen loh." Dan setelahnya Rafa segera keluar dari ruangan Aca dan berjalan lalu memasuki ruangan yang tepat berada di sebelah Aca.

Rafa menatap seseorang yang tengah tertidur di sofa yang berada di ruangan itu, terlihat sangat lelah membuatnya tak terganggu meski Rafa menutup pintu tak santai. Hei! Rafa masih menyimpan kesal pada lelaki yang tengah berada di sofa itu, siapa lagi kalau bukan Bagus.

Dan Rafa memilih duduk di kursi yang berada di tempat tidur milik Bima, menatap wajah polos Bima yang bahkan sudah tertidur semalam satu bulan tapi senyumannya tak pernah hilang. Percaya atau tidak, Bima seperti tak memiliki beban apapun. Lelaki itu tersenyum dalam tidur panjangnya, wow! Sebenarnya Aca dan Bima itu sedang apa sih sampai betah tidur begini.

"Siang njing, lagi mimpi ape lo hah sampe senyum-senyum begini? Jangan mesum sama Aca lo! Serus lo tujuh belas tahun aja belum njing."

Sialan! Rafa itu benar-benar kasar! Tapi di balik kata-kata kasarnya, Rafa menyimpan sesak yang mendalam di hatinya.

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang