🔥

615 83 4
                                    

Techi lagi duduk sambil ongkang-ongkang kaki nungguin batagornya selesai di gorengin. Ngantri sebenernya, dan seharusnya dia duluan sih tapi Techi bilang, 'gapapa bu duluin aja yang lain, adek pengen nongkrong dulu.'

Berhubung Techi itu pelanggan tetap, jadinya di maklumin. Emang sering begitu kok, lamaaa banget diem digerobak batagor. Kadang ngitung mobil yang lewat atau masuk komplek. Atau waktunya di habisin buat ngeliatin murid-murid sekolah smp-sma yang juga beli batagor.

Uniknya ada kaca kecil di sisi gerobak, dan banyak yang ngaca disana. Techi suka merhatiin mereka yang ganjen ngaca disana.

"Adek mau di bikin sekarang gak?" Tanya ibu-ibu penjual batagor.

"Udah sepi ya bu?"

"Iya, ini tinggal beberapa pesenan lagi."

"Ohh... boleh deh bu. 10 porsi ya."

"Tumben banyak?"

"Buat bapak satpam, mbak sama bibi juga di rumah." Jawab Techi lugas. "Gak enak kalo sendirian..."

"Biasanya sama Memi? Meminya kemana?"

"Lagi main sama pippinya."

"Oohhh..."

Setelah itu enggak ada percakapan lagi, Techi balik ongkang-ongkang kaki. Duduk sambil makanin pangsit (gratis khusus Techi) yang biasanya buat mie ayam. Maklum, gerobaknya sebelahan jadi meja sama kursi disatuin begitupun makanan diatas meja.

"Ibu pesen 2 porsi ya, dibungkus."

"Iya..."

Techi langsung senyum begitu denger suara yang familiar, begitu mau nanya...

"Udah tau ada gue, masih aja nyapa mantannya."

"Sabar kali ah, masa sama mantan sombong?"

Neru ngedengus, "Ya gak depan gue juga."

"Kalo dibelakang lo? Lebih baik mana?"

"Gak tau ah, kesel gue..."

"Ck kan gue ngasih pilihan, emang secakep apa sih mantannya Risa?"

"Cak—-"

"Halo kak Neru..." potong Techi sambil nyengir.

"Eh Yurina!" Jawab Fuuchan -temennya Neru- riang.

"Ehehehehe..."

Neru sih diem aja, soalnya masih kesel.

"Ibu... punyanya kakak-kakak ini adek yang bayarin aja ya sekalian." Celetuk Techi.

"Hei gak usah!" Seru Neru. "Kita bayar sendiri aja."

"Gapapa kok kak, biar Yurina megang duit banyak. Selembar gak berasa."

"Selembar gimana sih?" Tanya Fuuchan penasaran.

"Ini." Techi ngeluarin selembar uang 100 ribu. "Nah nanti kan kalo bayarin punya kakak uangnya jadi banyak lembarannya, ada recehannya juga."

"Kan kalo jadi banyak lembarannya, jumlahnya nanti berkurang..."

"Abis gak?" Techi justru nanya.

Fuuchan sama Neru saling pandang. "Abis gimana?"

"Uangnya."

"Enggak lah masih sisa banyak." Jawab Neru agak bingung.

"Yaah kirain kalo Yurina jajanin kakak ini uangnya abis."

"Emang kalo gak abis kenapa?"

"Suka dimarahin bunda..."

'Buset anak kanjeng...' batin Neru dan Fuuchan bersamaan.

"Eh tapi gak abis juga gak apa-apa kok, biar Yurina punya recehan koin. Kalo receh kan nanti pas disakuin ada suaranya. Yurina suka bunyi uang koin soalnya dirumah gada yang begitu."

'Masyalloh...' batin Neru dan Fuchan bersamaan lagi.

"Ini..." ibu-ibu penjual batagor ngasihin pesenen mereka barengan.

Dan Techi akhirnya pulang bareng. Sepanjang jalan Techi bunyiin uang receh yang di sakuin sambil senyum. Sesederhana itu pun Techi bahagia.

Bahkan ngeliatin Techi mainin uang recehan di saku bikin Neru lupa sama rasa keselnya ke Risa.

ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang