22🌻

568 20 2
                                    


Kemudian Aldo membuka tasnya dan mengeluarkan buku pelajaran yang ia maksud. Lalu ia memberikan bukunya kepada Nadya.

"Nih!.."berinya.

Nadya kemudian membuka buku Aldo dan mulai perlahan menjelaskannya. Nadya sama sekali tidak melihat yang dilakukan Aldo disampingnnya. Hanya saja ia mendengar suara deheman Aldo dalam arti mengerti atas apa yang telah ia jelaskan.

Sebenarnya Aldo hanya memerhatikan lapangan kosong yang panas karena terik matahari dihadapannya sambil menompang dagunya dan berhata "hmm."dengan wajah malas.

Tapi dengan susah payah Nadya menjelaskan. Bukan Aldo adalah orang pemalas dalam belajar, tapi memang benar dia sangat tidak mengerti terhadap pelajaran bu Imas itu juga karena faktor mengajar bu Imas yang membingungkan.

"Do?! Lo ngerti kan apa yang gue jelasin?"tanya Nadya yang kini menoleh ke wajah Aldo, membuat Aldo membalasnya malas.
"Tau ah Nad!gue gak ngerti-ngerti sama pelajaran bu Imas."Aldo kembali mengemas tasnya.
Nadya mengerutkan dahinya bingung.
"Makannya lo tuh jangan mentingin hal-hal yang diluar sekolah terus dong Do!. Efeknya lo tuh ga bisa fokus sama pelajaran.."tegasnya.
"Apaan sih?hal-hal luar sekolah apa..?"
"Ya lo tuh kaya mentingin pacaran tau!."
"Apaan apacaran apa...?"
"Iya.. lo tuh suka apelan kan sama Adis, pacaran terus.."gerammnya.
"heh!. GA MUNGKIN!!".tegas Aldo penuh penekanan dan tawa remehan.
"Ko ga mungkin?!"tanya Nadya bingung.
"Yaudah lah ga perlu dibahas!."
"Ish!."

Ting!.!!
Tak terasa kini waktu jam istirahat. Semua itu didengar oleh semua murid termasuk Aldo dan Nadya.

Didengarnya kini waktu istirahat.

"Yaudah.. gini aja"

Kini Aldo meraih kedua pundak Nadya.

"Berhubung gue ga ngerti pelajaran ini. Gue minta, lo yang ngerjain tugas gue. Imbalannya terserah lo mau apaan juga. Okeh?gue pengen lo yang ngerjain."pinta Aldo yang kini menjauh dari Nadya.

Rasanya Aldo begitu mudah bicara seperti itu. Apa dia rasa Nadya orang yang paling bisa ia andalkan soal tugas menugas miliknya yang terus terang diberikan kepada Nadya dengan pinta imbalan apapun. Kini Nadya merasa tidak menerima itu semua. Rasanya kepintarannya saat ini mudah dibeli dengan imbalan apapun. Perlahan namun pasti suatu saat Nadya menyadarinya!.

"Euh!"Nadya menjatuhkan kesal buku milik Aldo.

🌻
"Cieee yang tadi satu pelajaran ga masuk kelas"tawa ledeknya.
"Ish!"Yesa menyikut lengan Sarah tidak setuju karena baru saja menyindir Nadya. Itu juga dilakukan Yesa supaya Sarah juga menjaga ucapannya. Karena itu membuat suapan sendok berisi mie batal untuk masuk kedalam mulut Sarah.

Ya, kini mereka sedang dikantin karena sedang dalam waktu istirahat.

"Ihh.. lagian gue cuma becanda yakan Nad?"kesalnya sambil memonyongkan mulutnya.

Nadya malah acuh dengan minuman yang sedang ia minum melalui sedotan tanpa menghiraukan percekcokan antara kedua sahabatnya itu.

"Iya tapi kalau Nadya nya ngambek... lo juga yang kena tau!?"balas Yesa sambil bicara pelan kepada Sarah.
"Gak bakalan!. Nadya tuh sahabat sejatinya guee"jelasnya lebay yang sengaja ia kencangkan suaranya.

Baru saja Yesa membuka mulutnya, tapi gagal Tia memotongnya.

"Yaudah siii... kalian berisik banget!. Toh orang yang dimaksud aja nggak peka..!"kata Tia yang mulai bosan karena itu.

Merasa dirinya sedang diobrolkan, Nadya hanya melihati satu persatu sahabatnya itu kemudian yasudah dia kembali dengan minumannya. Itu juga masih sedikit kesal sih karena perilaku Aldo tadi.

Hate To Be LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang