33🌻

492 11 2
                                    


Pagi ini para siswa putih abu-abu dengan sejuta kenangan kehidupan tengah menerobos gerbang sekolah yang terbilang besar.

Gambaran wajah satu persatu siswa terlihat berbeda, ada yang senang, tenang, kecewa, dan lain-lain.

Tapi ada salah satu dari mereka yang menjadi pusat perhatian dunia. Laki-laki itu berjalan berlari dengan senyuman yang tak pernah hilang walau dalam mulutnya tergumpal permen karet. Sesekali ia basa-basi, atau merangkul beberapa teman satu sekolahnya.

"Haloo Aldoo.!"nada itu, santai tapi agak ngeselin.

Aldo menghentikan langkahnya karena suara familiar yang baru kemarin sore ia dengar. Ia pun berbalik menemui sipelaku.

Matanya terbuka lebar. Mampus! Ia menepuk jidatnya.

"Mana hadiah sayaa?"ungkapnya.

"--aaAduhh sorry pak! Hadiahnya ketinggalan.."keluh Aldo berbohong.

"Masa baru kemarin aja udahh lupa."timpal security itu menagih.

"Tap--tapi.."

"Pokoknya saya minta, hadiahnya sekarang Aldo."kekehnya.

Aldo berdeham sembari menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. Kepalanya nengok sana-sini mencari jalan keluar. Dan, satu-satu ide yang muncul dibenaknya adalah menajamkan indra penglihatannya kepada satu persatu siswa yang melalu lalang dihadapannya.

Seorang siswi yang tengah berjalan hampir mendekati Aldo, terlihat sedang menggenggam sebuah kotak makan biru dengan wajah sumringah. Tapi seketika saat berpapasan dengan Aldo, kotak makan itu segera sirna dalam genggaman siswi itu karena di rebut oleh Aldo.

"Ih Aldo! Apaan sih!!"gerutu siswi itu tak terima.

"Ish! Iya minjem dulu sebentarr.!"balasnya dengan setengah berbisik. Siswi itu tetap tak terima.

Aldo membalikan tubuhnya menghadap pak security yang tengah melipat tangan dengan mata melotot. Aldo menampakkan deretan giginya, ia menyodorkan kotak makan itu kepada pak security.

"Nih Pak! Ini hadiahnya lohh!"kejutan yang tidak pantas disaksikan.

Pak security menekan kedua ujung bibirnya receh, ia menatap barang yang disodorkan Aldo.

"Apa ini?"tanyanya.

Aldo berbalik kebelakang. "Eh isi kotaknya apaan?"bisik Aldo pada siswi tadi yang setia menunggu. Toh kata Aldo dipinjam.

"Ya bekal nasi lah!"jawabnya menghardik.

"Nasi dong pak! Karena saya tahu bahwa bapak pasti belum makan. Iya kan?"ucap sok-sok an Aldo menyampaikan.

"Hm. Nasi doang??"terima security menaikan halisnya.

"Bekal maksudnya paakk!."

"Ohh. Yasudah makasih hadiahnyaa."

"Ashiapp.!"kekehnya walaupun hadiah itu bukan yang sebenarnya.

Setelah itu Aldo melanjutkan langkahnya menuju lantai koridor tanpa ia sadari dibelakangnya masih ada yang membuntutinya.

"Aldo, hey!"siswi itu mengejar langkah Aldo. Sampai siswi yang Aldo ambil bekalnya tadi dapat menarik tas gendong Aldo dari belakang.

"Ck! Apaan sih?!"

"Aldo! Mana bekal guee?!"geram siswi itu.

"Lo gak liat tadi? Udah gue kasih sama security?"datarnya.

"Kenapa lo kasih?"

"Kok lo kepo sih?. Udah ya, kalo lo mau gantinya. Sekarang gue minjem handphone lo."

"Hah?"siswi berambut hitam panjang berponi itu kebingungan.

"Ayo cepetan."

Akhirnya siswi itu memberikan handphonenya yang langsung diraih oleh Aldo. Aldo menekan kamera dalam layar pipih itu kemudian mengangkat tangannya dan mengambil gambar dirinya dengan siswi tadi.

"Maksudnya?"

"Itu bayaran buat bekal tadi. Kalo pengen banyak followers, post aja!" Aldo ngacir pergi setelah mengembalikan ponsel siswi itu.

****

"Okay, bisa Ibu liat absensinya?" Ucap guru wanita itu meminta data absen hari ini.

Eka sebagai seksi absensi bangkit dari bangku kemudian mendekati guru yang tengah terduduk itu dan memberikan hasil data kehadiran siswa kelas 11 IPA 2 hari ini.

"Hanya Nadya Jonathan saja yang tak masuk?"tanya guru itu setengah berteriak kepada siswa. Takut-takut ada yang tidak tertuliskan.

Setengah dari mereka ber-argumen mengangguk.

"Nadya gak masuk Ti?"toel Yesa dari belakang Tia bersama Sarah menampakan wajah shock.

Tia berbalik dan menggeleng lemas. Tidak tahu harus bicara seperti apa saat hatinya sedang rapuh.

Tia berjalan dengan kedua tangan yang ia lipat didepan dada, menyusuri lorong koridor yang banyak dilalui siswa lainnya. Setelah beberapa pembelajaran berlalu, ia baru bisa menenangkan dirinya dengan pikirannya.

Hari-hari terakhir ini Tia jarang mengobrol dengan orang disekitarnya, mau itu Sarah ataupun Yesa, tidak tahu kenapa, apa mungkin karena ia selalu duduk sendiri bila dikelas karena Nadya dalam waktu tiga hari ini tidak masuk sekolah. Entah kenapa, tapi setiap ditanyakan kabar Nadya pasti masih sakit.

Kabar itu pula yang selalu Tia pikirkan, setelah kejadian itu, komunikasi antara Tia dengan Nadya tidak pernah terjadi. Bahkan rasa pertemuan pun sudah tidak dibutuhkan.

Tia memainkan kuku jarinya, menggigit bibir bawahnya, matanya mulai berair ia merasa khawatir. Tia mempercepat langkahnya dan makin cepat, ia sampai diparkiran mobil sekolah kemudian beranjak dari sana.

Kedua sahabatnya memerhatikan setiap gerak-gerik Tia. Sarah dan Yesa selalu merasa di asingi oleh Tia, mereka mengerti keadaan Tia kini tapi setiap gelagat Tia selalu lolos dari pikiran Sarah dan Yesa.

"Yes, Tia mau kemana?"risau Sarah selepas mereka memerhatikan Tia yang mulai tak terlihat.

"Pokoknya kita selalu berdoa, semoga mereka secepatnya pulih, gue khawatir teruss.."Yesa meyakinkan.

****

Komplek, disinilah Tia berada tepat dihadapan sebuah rumah bergerbang besar yang asing dimatanya. Tatapannya mulai menanti, geraknya yang masih berharap dan matanya yang mengeluarkan cairan mulai menetes.

Tia menatap secari kertas yang ia genggam.

Permisii!! Permisii!! Permisi!!. Tolong!! Permisi!!!.

Tia terus mengetuk gerbang besar dihadapannya kini. Menanti sebuah jawaban dari si penghuni rumah tapi ditunggu pun tidak  ada balasan.

Tia kembali menyuarakan berteriak. Beberapa kali mengetuk gerbang terkunci itu dengan isak tangis yang tak henti-henti.

Tiba dari itu, seorang pria mendekatinya menggunakan seragam satpam.

"Mbak, mbak!"satpam itu menepuk pundak Tia. Tia pun menoleh tersadar.

"Penghuninya sudah pindah."ucap satpam itu sembari menunjukan gerbang yang tergembok. Tia baru menyadarinya.

Seperti dihantam batu. Sangat shock.

"Ke-- kemana?"lirihnya dengan isak.

Satpam itu meraih sebuah benda dari saku bajunya, menyodorkan sebuah kertas bertuliskan sebuah nama alamat.

Tulang persendiannya perlahan terasa tak berfungsi.

*Flassback of.

Hate To Be LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang