29🌻

572 18 4
                                    


Malam berlalu.
Pagi hari ini tak secerah yang diinginkan. Entah kenapa suasana pagi ini mendukung kemalasan siswa bersekolah.

Sekolah yang terbilang begitu besar ini pun terlihat tak begitu ramai. Seorang gadis cantik nan pintar terlihat sedang membuka beberapa lembar buku tebal yang sedang ia   amati dibangku kursi paling belakang. Tidak seperti biasanya ia duduk dibangku kedua miliknya dikelas.

Suasana kelas cukup sepi.
Seseorang diambang pintu sedang memperhatikan gadis itu.

Perlahan sipengintip berjalan pelan menuju bangku miliknya dibangku kedua dengan tatapan mata yang tak pernah teralihkan kepada sipembaca yang berada dibangku ujung kelas, yaitu... Nadya.

Mengapa ia duduk dibelakang?. Biasanya tak sepagi ini dia datang kesekolah?. Pikir Tia.

Merasa sedang diperhatikan, mata Nadya melirik cepat menatap kedepan melihat siapa yang sedang memerhatikannya, Ternnyata.. ahh! Sipenghianat!. Mata Nadya bertemu dengan manik Tia.

Tia dapat merasakan tatapan yang tak biasa Nadya perlihatkan padanya. Sangat aneh dan takut!.

Nadya menghentikan aktivitasnya. Dia bangkit dari kursi yang sedang ia duduki, menutup buku yang sedang bosan ia baca. Dan berlalu berjalan dengan langkah kaki sedikit cepat untuk menghindar melalui Tia yang masih tertegun. Seok angin dapat Tia rasakan saat Nadya berlalu dengan wajah dingin dan tajamnya itu.

Mata Tia mulai memerah melihat kepergian sahabatnya itu... ah! Tia sekuat tenaga menahan sesuatu yang akan keluar dari matanya.

Apakan ia akan dihindarinya?

Tia menjatuhkan bokongnya pada kursi tepat dibelakangnya. Mengangkat kepalanya keatas sehingga dapat melihat atap kelas, iya... untuk menahan air matanya agar tidak lolos jatuh!. Mengatur nafasnya mati-matian"jangan nangis! Lo pasti bisa!!" tegas batinnya sembari mengembangkan senyum kakunya untuk menutup kehancurannya kini. Dan itu mujarab.

Waktu cepat berlalu. Lorong koridor cukup ramai kini. Tujuan Nadya kini adalah kantin setelah kepergiannya dari kelas tadi. Huft!

Tak perlu ia tangisi! sahabat macam apa Dia!

Musuh bukan?!.

.

Masih dengan langkah kaki yang membawanya menyusuri koridor, seketika langkah Nadya melaun, dapat terlihat jelas dari jarak yang cukup lumayan jauh. Iya, laki-laki munafik itu! Aldo. Terlihat santai dengan tanpa tau mengenal rasa salah.

Berjalan setelah melewati gerbang dalam langkah Aldo yang sangat biasa dan santai seperti hari-hari biasa. Tampilan yang dengan lengan satu tasnya tergantung disatu bahunya, kedua lengan yang dimasukan kedalam saku celana abu-abunya, baju yang selalu tidak ia masukan dan jaket hitam dengan sleting yang terbuka, dan goyangan unyahan mulut yang sedang memakan permen karet. Itulah!

Makhluk apa dia? Tidak tahu bersalah bukan!?.

Nadya bergidik jijik!melihat tampang itu! Matanya bisa bahkan buta!. Baiklah! Tidak ada gunanya harus diperhatikan!. Malah menambah kebenciannya saja!.

Nadya melanjutkan langkah serunya.

.

Disisi lain, Ifan dan Fahri sedang tak enak hati melihat kondisi Angga yang memang sedang dalam amarah.

Angga berjalan lebih depan dari Ifan dan Fahri dikoridor. Bahkan kedua sahabatnya ini bingung ada apa yang terjadi dengan Angga. Dari tadi Angga terus mengeluarkan sumpah serapah kesal dengan amarah besar yang ditujukan kepada Aldo.

Tuh kan apa yang terjadi? Ifan dan Fahri sangat bingung. Kemarin tidak ada apa-apa hubungannya atau pertengkaran pun tak ada. Kenapa sekarang jadi memuncak kemarahan Angga.

Hate To Be LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang