34🌻

480 17 1
                                    


Kritik & sarannya, temaannn😊.
Go! Next.

*

Perlahan namun pasti, Tia melangkah mendekati gerbang rumah itu. Membiarkan mobilnya terparkir dipinggir jalanan komplek dan membiarkan jalannya pelajaran yang ia tinggalkan.

Hanya satu harapannya, secarik kertas bertinta itu.

Matanya terus berair, tangannya mulai mengetuk gerbang itu.

"Permisii!!"teriaknya menghapus air mata.

"Permisi!!. Permisiii!!".

Telah disadarinya, seorang wanita paruh baya bertubuh padat membuka gerbang itu.

"Iya ada apa ya mbak?"tanyanya.

Tia menyeka air yang membasahi pipinya.

****

"Ayo silahkan masuk mbak.."ramah wanita yang disebuti Mbok itu mempersilahkan Tia menduduki sofa.

Tatapan Tia tertuju pada setiap sudut rumah yang sedang ia singgahi kini. Akhirnya, setelah amat ribetnya ia mencari sebuah alamat, Tuhan memberinya sebuah cahaya yang amat dibutuhkan oleh Tia.

Tia benar-benar berharap, seseorang yang akan ia temui kini bersedia Tia tamui, sangat-sangat berharap.

"Iya ada apa mbok?"seru seorang wanita yang menuruni sebuah tangga. Mendapat kabar dari pembantu rumahnya, majikannya itu langsung turun menemui sang tamu.

"Ada yang mau bertemu dengan nyonya,"jawab si Mbok.

"Siapp-a?"aktifitas Mila terhenti saat menyadari sosok Tia yang menemuinya.

"Tante,, tantee"tak banyak basa, Tia dengan cepat mendekati Mila yang masih diujung tangga.

Tia nampak risau, ia menggenggam kedua tangan Mila, matanya tampak berair. Duduk berdampingan dengan Mila diatas sofa.

"Kenapa tantee?"gundahnya menanti sebuah jawaban.

"Nadya banyak cerita sama tante. Hati dia terlukai Tia, tante juga ikut sedih. Sampai saat ini Nadya nggak mau masuk sekolah."tutur Mila lembut.

Seketika dari itu tembok pendirian Tia runtuh. Ia tertunduk menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sangat haru. Mila mengelus punggung Tia dan menepuk pundak Tia sebelum ia bangkit meninggalkan Tia yang terisak disana.

Mila bangkit dan pergi menaiki tangga, menemui sebuah pintu hitam nampak ada si Mbok yang tengah membawa sebuah nampan berisi makanan dengan air mineral dalam gelas.

"Mbok! Mbok."cegah Mila sebelum si Mbok membuka pintu.

"Iya bu?"

"Sini, biar saya."serah Mila.

Si Mbok pun memberikan nampan berisi makanan itu kepada Mila dan berlalu pergi. Mila menghembuskan nafasnya sebelum membuka pintu.

"Haloo! Waktunya makan siangg.."seru Mila bersuara seraya menutup pintu kamar Nadya.

"Kak.. ayo makann"titah Mila lagi menaruh nampan itu diatas nakas.

Nadya tidak menjawab, tak mau diganggu oleh siapapun yang mengacaukan tatapan kosongnya kini. Tatapan yang hanya tertuju pada sebuah jendela balkon menuju terang dari luar. Tiga hari ini ia menyukainya.

Wanita cantik itu akhir-akhir ini senang menyendiri. Celana jins selutut dan baju kaos pendek putihnya masih melekat ditubuhnya dari semalam. Tak mau bergerak. Bahkan dirinya saja hanya mampu duduk dipinggir kasur menatap balkon.

Tak ingin menoleh, membiarkan orang yang membutuhkannya menghampiri saja.

"Nadyaa?"tanya Mila mulai jengah mendekati sang putri dan merangkulnya duduk berdampingan.

"Tadi aja sarapan pagi nggak kamu makan, masa makan siang aja kamu nggak mauu?"rajuk Mila mengobrol.

Beberapa detik dari itu Nadya menjawab dengan lembut, malas dan susah.

"Usir dia Mah."hanya itu tanpa mengalih pandang.

Mila berkesiap. Jadi Nadya mengetahui kedatangan Tia?. Pikirnya.

Jawabannya, iya. Dari langkah pertama Tia menghadap rumahnya dan memasukinya.

"Si--siapaa?"tanya Mila berpura-pura.

"Mamah tahu kok jawabannya, iya kan?"

"Si-siapa maksud kam-kamu?"

"Tolong mah!"hardiknya bangkit dari kasur menghadapi Mila yang kini tersentak.

Mila hanya bisa menghela nafas berat. Masalah anak remaja selalu jadi memanjang. Mila pun bangkit perlahan berjalan menuju pintu kemudian berbalik menatap Nadya.

"Mamah harap ini terbaik buat kamu."ia tersenyum kemudian keluar dari kamar.

Nadya menghembuskan nafas kasar. Ia berjalan tepat pada balkon, kedua tangannya ia simpan diatas pagar balkon dan berdiri disana. Menunggu seseorang yang benar-benar keluar dari zonanya.

Tapi saat-saat dari itu, suara pintu terbuka dan menutup terdengar.

"Kenapa lagi mahh.?!"jengah Nadya tanpa menoleh.

Suara langkah kaki itu mendekati Nadya.
"Ck! Apa maahh--?"Nadya membalikan tubuh.

Shock. Nadya benar-benar shock. Seorang yang ia sebut Mah itu ternyata bukan ibunya, melainkan? Tia. Ia datang dengan izin Mila untuk menemui Nadya.

Jadi ini yang dimaksud ibunya Mila?. Ini bukan yang terbaik!.

Langkah sepatu Tia mulai lebar untuk menghadap Nadya, rok abu dengan seragam putih Tia membuktikan bahwa ia tidak menyelesaikan jam sekolahnya.

"Stop!!"cegah Nadya menghardik. Saat itu juga Tia menghentikan langkahnya seraya itu matanya mulai berair.

Mereka saling menatap dalam waktu. Mengartikan semua isi hati mereka masing-masing dalam jarak yang tidak dekat. Nadya membuang wajahnya kasar.

"Pergi!"titahnya.

Tia menggeleng yakin, ia tidak ingin beranjak kemana pun. Yang ia tunggu-tunggu sudah ada dihadapannya, tidak mungkin menyia-nyiakan.

Satu langkah lagi Tia injakan. "Pergii!!"tapi seraya itu juga Nadya menyentak.

"Gue mohonn, jangann!!"matanya yang kian mengeluarkan cairan memohon. Kepalanya yang terus menggeleng enggan meninggalkan tempat.

Tekan bintang dikiri dulu!!!.
Abis itu tap tengah, terus ketikk!!.okay dong!.

Hate To Be LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang