Rencana

489 9 0
                                    

Selepas mahgrib, jika sedang tidak ada acara nongkrong atau nonton bioskop, Hendra selalau  menghabiskan waktunya di kamar dengan online di media sosial.
Jika ia sudah bosan dengan medsosnya, ia mendengarkan lagu-lagu favoritnya. Ia mengoleksi banyak lagu yang tersimpan di memori hp. Di antara koleksi lagunya, ia memiliki beberapa lagu yang pernah hits lima tahun yang lalu. Ia mendengarkan lagu-lagu itu ketika perasaannya sedang sendu. Lagu-lagu itu mampu membawa dirinya seakan kembali ke masa lalu, masa ketika ia SMA. Itu adalah masa ketika pertama kali ia mengenal cinta. Seorang gadis manis berkulit sawo matang telah membuatnya tidak bisa berpikir secara logis. Ia nekad berpacaran meski hanya akan meninggalkan kenangan manis.

Sama sekali tidak terpikir olehnya bahwa ada sebuah persyaratan yang harus dipenuhi untuk membawa kekasihnya hidup berumah tangga seperti yang ia impikan ketika pertama kali melihat gadis itu di kantin sekolah. Untuk membina kehidupan berumah tangga, seseorang harus sudah berpenghasilan. Pada kenyataannya, ia hanya seorang pelajar yang masih bergantung kepada kedua orang tua untuk menghidupi diri. Ia memang sudah berjanji kepada gadis itu  bahwa ia akan segera mencari pekerjaan begitu lulus SMA. Ia tidak berminat melanjutkan kuliah karena jiwanya adalah jiwa pengusaha. Namun, perjalanan cintanya tidak seindah yang ia bayangkan. Dalam menjalin suatu hubungan, banyak sekali hal-hal sepele yang menyulut emosi. Mental remajamya belum siap menghadapi hal-hal sacam itu. Ia baru tahu bahwa dalam suatu hubungan, rasa kesal bisa menelan bulat-bulat rasa cinta. Jangankan yang masih berpacaran, yang sudah berumah tangga saja bisa bercerai karena tidak adanya kedewasaan.

Hendra akhirnya memutuskan pacarnya karena tidak mampu menahan gumpalan kejengkelan sebesar kepala bayi di dadanya.

Ia suka mendengarkan lagu pop tentang patah hati untuk mengenang peristiwa itu.

Ketika masih SMA,  banyak gadis yang menyukai Hendra. Namun, Hendra mengacuhkan cinta mereka. Hendra tidak ingin melukai hati mereka karena Hendra tidak mungkin menikah di usia remaja.

Ketika usia Hendra beranjak dewasa, keadaan berbalik. Kalau dulu Hendra yang dikejar-kejar gadis, sekarang Hendralah yang mengejar-ngejar wanita. Mendapatkan wanita idaman ternyata tidak semudah yang Hendra bayangkan. Ketampanan dan kekayaan yang ia miliki tidak bisa menaklukkan wanita idamannya. Pada saat sedang galau karena tidak ada satupun wanita yang bersedia menerima cintanya, Hendra mendengarkan lagu-lagu India kesukaannya. Dengan mendengarkan lagu itu, Hendra seolah-olah sedang berada di masa depan. Di masa depan, Hendra menjadi seorang bujang lapuk berusia lima puluh tahun. Meski usianya sudah kepala lima, ia berpenampilan layaknya anak muda berumur dua puluh lima tahun. Ia mengenakan kaca mata hitam. Rambutnya dibentuk model berdiri. Ia mengenakan kaus ketat dan celana jeans. Penampilannya yang macho membuat seorang gadis jatuh cinta kepadanya. Hendra tersenyum-senyum sendiri membayangkan dirinya menjadi bujang tua gaul.

Malam ini, Hendra kembali melakukan kebiasaannya itu. Namun, baru saja ia membaringkan badannya di atas ranjang selama lima belas menit, pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang. Ia bisa menebak bahwa yang mengetuk kamarnya pasti bi Eti, pembantu rumah tangga di rumahnya, karena kedua orang tuanya sedang berlibur ke Bali. Hendra segera bangkit dan membuka pintu. Seorang perempuan paruh baya tampak sedang berdiri di depan pintu begitu pintu terbuka

"Den, ada Mas Arman," kata perempuan itu memberi tahu.

"Oh, ya."

Hendra berjalan menuruni anak tangga menuju ke ruang tamu.

"Ada apa, Ar?" tanya Hendra setelah mendaratkan pantatnya di kursi busa.

"Gila. Ternyata pengarang novel yang kamu baca cantik sekali," kagum Ardi.

"Dasar hidung belang. Selalu wanita cantik yang ada di kepalamu. Terus bagaimana? Apakah dia mau menerima tawaran kita?"

Cinta PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang