Kerja Sama

87 2 0
                                    

Kepala polisi terperangah. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Arman benar-benar kebal. Bahkan, peluru pistolnya tidak mampu memecahkan bola mata Arman.

"Luar biasa."

Arman kembali duduk di kursi.

"Sehebat apapun saya, saya tidak bisa bekerja sendiri. Saya membutuhkan bantuan polisi untuk menangkap manusia listrik."

"Dengan senang hati kami akan memberikan bantuan."

"Lalu bagaimana dengan hadiahnya? Maksud saya apakah hadiah saya akan dipotong karena saya tidak bisa bekerja sendiri?"

"Tentu saja. Anda akan mendapatkan separuh dari hadiah yang dijanjikan."

"Maaf, Pak. Saya menginginkan hadiahnya tidak dipotong."

"Tidak bisa. Kau bekerja sama dengan kami, maka kau juga harus mau berbagi dengan kami. Itu konsekuensinya."

"Kalau begitu saya mundur dari sayembara."

"Terserah Anda."

Arman meninggalkan ruang kepala polisi dengan perasaan kecewa.

Beberapa hari kemudian, Manusia listrik kembali beraksi. Ia menyandra presiden dan beberapa orang staf kepresidenan di istana negara. Ia menuntut agar pemerintah mengosongkan kota dan menyerahkan seluruh persenjataan yang dimiliki pemerintah. Manusia listrik itu ingin menjadi penguasa di kota itu. Bahkan ada kemungkinan ingin menguasai negara. Itu adalah sebuah permintaan yang sangat berat.

Para pimpinan lembaga tinggi negara segera mengadakan rapat darurat untuk memecahkan masalah ini. Mereka rapat di sebuah ruangan yang dilengkapi dengan layar monitor. Di layar monitor, tampak wajah manusia listrik. Sesekali layar monitor menampilkan presiden yang disandra.

"Apa yang kau inginkan?" tanya panglima TNI.

"Kota dan seluruh persenjataan yang kalian punya."

"Kami tidak bisa memenuhi permintaanmu."

"Kalau begitu, kalian akan kehilangan presiden kalian. Kalian punya waktu satu minggu untuk mengosongkan kota dan menyerahkan semua persenjataan kalian. Jangan coba-coba untuk menyelamatkan presiden kalian karena aku adalah manusia tak terkalahkan. Jangan lupa. Kalian juga harus menarik pasukan yang mengepung istana segera," ancam manusia listrik.

Setelah memberikan ancaman, gambar manusia listrik menghilang dari layar.

"Kita akan kirim pasukan untuk menyelamatkan presiden," kata jendral TNI.

"Saya tidak yakin pasukan penyelamat akan berhasil menjalankan misi ini. Manusia listrik tidak bisa dikalahkan oleh siapapun. Kami telah kehilangan banyak pasukan ketika berusaha menangkapnya di sebuah perampokan bank."

"Tapi, kita tidak memiliki alternatif lain. Itu adalah satu-satunya cara yang bisa kita lakukan."

"Sepertinya saya memiliki jalan keluarnya," kata kepala polisi.

"Apa itu?"

Semua peserta memperhatiakan kepala polisi dengan penuh harap.

"Ada seseorang yang memiliki kekuatan super. Ia mengklaim mampu mengalahkan manusia listrik. Namun, ia tidak bisa bekerja sendiri. Ia membutuhkan bantuan dari pihak kepolisian untuk menangkapnya."

"Kapan Anda bertemu orang itu?"

"Kemarin," jawab kepala polisi berbohong. Ia khawatir akan disalahkan karena telah menolak bekerjasama dengan pria itu. Seandainya ia menerima tawaran pria itu, mungkin presiden tidak akan disandra oleh manusia listrik.

"Baiklah. Kalau begitu segera kirim pasukan penyelamat dan pria itu untuk membebaskan presiden," perintah jendaral.

Selesai rapat, kepala polisi segera meyampaikan pengumuman melalui televisi bahwa Arman diminta datang ke kantor polisi untuk mengadakan kerja sama dengan kepolisian untuk membebaskan presiden. Kepala polisi berkata bahwa ia akan memenuhi semua permintaan Arman jika Arman bersedia bekerja sama dengan kepolisian.

Kepala polisi itu terpakasa memanggil Arman dengan cara mengumumkannya di layar kaca karena ia tidak tahu alamat rumah Arman.

Arman sendiri tidak mengetahui pengumuman itu. Ia baru mengetahuinya satu hari kemudian dari kakeknya. Kakek Arman memang selalu memantau perkembangan berita terkait manusia listrik. Ia segera menghubungi Arman begitu melihat kapala polisi menyampaikan pengumuman di layar televisi.

Cinta PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang