Sahrul

74 0 0
                                    

"Aaaa...!" jerit Sinta ketakutan. "Jangan kenceng-kenceng, Rul."

"Ha ha ha...!"

Sahrul melemahkan dorongannya. Kini, ayunan Sinta bergerak dengan pelan.

Hari ini Sinta sangat bahagia. Ia tidak menyangka bisa bermain berdua dengan seorang laki-laki tampan yang ia suka. Setelah puas bermain ayunan, mereka duduk di bangku taman.

"Sin, aku mau ngomong sama kamu," kata Sahrul.

"Lo mau ngomong apa?"

"Sin, kamu mau nikah sama aku?"

"Iya, aku mau."

"Makasih, Sin," kata Sahrul seraya menggenggam tangan Sinta.

Kini, Sinta dan Sahrul sudah berada di depan penghulu.

"Saya nikahkan Sahrul bin Somad dengan Sinta binti Rintono dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai," kata penghulu.

"Saya terima nikahnya Sinta binti Rintono dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai," jawab Sahrul lancar.

"Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu kepada para saksi.

"Sah," jawab para saksi serentak.

Penghulu membaca do'a yang diamini oleh seluruh orang yang hadir.

Tiba-tiba terdengar suara musik. Semua orang menjadi heran.

"Sin, HP lo bunyi," kata Sahrul.

"Iya."

Sinta berdiri untuk mencari HPnya. Ia meraba-raba saku celananya. Tapi, ia tidak menemukan HPnya.

Tiba-tiba Sahrul dan semua orang menghilang. Kini, ia menemukan dirinya tengah berbaring di kamarnya. Satu-satunya yang belum menghilang adalah sura musik HPnya. Ia meraih HPnya dan mematikan alarm.

"Hanya mimpi," batin Sinta.

"Kenapa gue bisa mimpi nikah sama Sahrul, ya?" Sinta betanya-tanya. "Padahal gue nggak mikirin Sahrul. Tapi, kenapa Ia bisa ada di mimpi gue?" batin Sinta lagi.

Sahrul adalah seorang laki-laki tampan. Ia disukai oleh banayak gadis. Sinta sebenarnya juga suka dengan Sahrul. Namun, ia malu untuk mengungkapkan perasaannya karena ia seorang perempuan. Jika ia mengungkapkan perasaannya, ia pasti akan dianggap gadis agresif. Menurut informasi yang ia dapatkan dari internet dan dari teman-temannya, kebanyakan laki-laki tidak suka dengan wanita agresif.

Jam sudah menunjukkan jam lima pagi. Sinta segera mandi dan sarapan.

Setelah sarapan, Sinta segera berangkat ke sekolah.

Lonceng istirahat telah berbunyi. Sinta pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku. Ia sudah memutuskan untuk meminjam buku novel roman.

Sinta mengambil sebuah buku berjudul Pelangi Di Bulan Juni. Sinta melihat daftar isi buku itu untuk mengetahui apakah buku itu bagus atau tidak.

"Buku itu tidak bagus."

Santa menoleh ke samping. Jantungnya hampir copot ketika ia melihat seorang laki-laki tampan sedang berdiri di sampingnya. Laki-laki itu adalah Sahrul, laki-laki yang hadir di mimpinya tadi malam.

"Aku sudah membacanya. Endingnya jelek. Gadis itu akhirnya berpisah dengan kekasihnya, meski sempat menikah dengan kekasihnya," jelas laki-laki itu.

"Jadi, buku ini jelek, ya?" tanya Sinta.

"Iya. Tunggu sebentar. Aku akan pilihkan buku yang bagus."

Sahrul mengambil sebuah buku dan memberikannya kepada Sinta.

"Ini bagus," kata Sahrul.

"Makasih," kata Sinta.

"Sin, lo besok ada waktu?"

"Ada."

"Gue mau ngajak lo jalan. Lo mau?"

"Iya. Mau," jawab Sinta senang.

"Ya udah. Besok gue jemput jam tujuh, ya."

"Iya."

Sinta senang sekali. Ia tidak menyangka Sahrul akan mengajaknya jalan-jalan. Itu artinya Sahrul suka kepadanya. Hari ini Sinta benar-benar sangat bahagia. Harapannya untuk menjadi kekasih Sahrul tidak lama lagi akan segera terwujud.

Rasanya Sinta sudah tidak sabar menunggu hari minggu tiba. Padahal hari minggu akan tiba besok karena hari ini adalah hari sabtu. Waktu terasa berjalan lebih lambat. Satu menit terasa seperti satu jam dan satu jam terasa seperti satu hari.

Sinta segera kembali ke kelas. Ia melihat Lala sudah duduk di bangkunya. Sinta duduk di samping Lala.

"Sin, lo tadi nggak ke kantin?" tanya Lala.

"Enggak."

"Tumben? Biasanya lo nggak pernah absen ke kantin."

"Gue lagi pengen baca novel. Jadi, gue tadi ke perpus buat pinjem buku," jelas Sinta.

"Sejak kapan lo suka baca novel?"

"Dari dulu gue suka baca novel. Gue suka baca novel karena sering melihat kak Arman baca novel. Awalnya gue baca novel karena penasaran dengan novel yang dibaca kak Arman. Sejak saat itu, gue jadi ketagihan membaca novel."

"Coba lihat novel, lo," kata Lala.

Sinta mengambil novelnya dari dalam tas, lalau memberikannya kepada Lala. Lala membolak-balik halaman novel. Tidak beberapa lama kemudian, ia menyerahkannya kepada Sinta.

"Lo nggak pengin baca?" tanya Sinta.

"Males."

"La, gue hari ini seneng banget."

"Kenapa?"

"Tadi, gue pas di perpus, gue ketemu Sahrul."

"Terus?"

"Besok dia mau ngajak gue jalan."

"Masa?!" Mata Lala membulat.

"Iya."

"Wah, lo beruntung banget. Mungkin dia mau nembak lo," kata Lala memperkirakan.

Sinta hanya tersenyum menanggapi perkiraan Lala.

Pak Budi memasuki ruangan. Seketika kelas yang semula riuh menjadi hening. Pak Budi segera memulai pelajaran sejarah.

Cinta PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang