Melupakan seseorang yang masih dicintai ternyata sangat sulit. Sejak putus cinta dari Sahrul, Sinta masih belum bisa melupakan Sahrul. Bayangan Sahrul selalu hadir di matanya. Hal itu membuat hati Sinta merana. Ia sudah berusaha melupakan Sahrul dengan berbagai macam cara, di antaranya adalah dengan menghapus semua foto Sahrul di facebook dan mencoba berpikir positif bahwa di dunia ini masih banyak laki-laki yang bisa menjadi teman hidupnya. Namun, hati Sinta masih merana. Hatinya selalu dilanda kepiluan manakala teringat Sahrul.
"Tuhan, mengapa mengapa kau pertemukan aku dengan Sahrul kalau akhirnya kau pisahkan?" bisik Sinta.
Setelah berjam-jam mengurung diri di kamar sejak pulang sekolah, Sinta merasa bosan. Ia keluar dari kamarnya menuju ruang tengah. Ia menyalakan TV untuk menonton sinetron kesukaannya. Hatinya semakin pilu karena kebetulan saluran yang ia tonton sedang menayangkan film India. Film itu mengishkan seorang laki-laki yang diusir oleh orang tuanya karena nekat menikah dengan wanita yang tidak disukai oleh orang tuanya.
Sinta hampir menangis ketika papanya datang dan duduk di dekatnya.
"Sin, malam ini papa akan ajak kamu makan malam di restoran," kata Winarto, papa Sinta.
"Beneran, Pa?"
"Masa papa bohong, sih. Ya udah sekarang kamu siap-siap."
"Sinta udah siap, Pa."
"Masa cuma pakai kaos dan celana jeans. Kamu nggak mau paki baju yang bagus?"
"Ini cuma makan malam untuk kita berdua, Pa."
"Sebenarnya, sih bukan cuma kita berdua yang makan malam."
"Jadi, mama juga ikut?"
"Nggak cuma mama aja."
"Nggak cuma mama aja. Terus siapa lagi?"
"Sama keluarga teman papa."
"Ooo. Papa yang ngundang mereka?"
"Enggak. Kita memang sudah sepakat untuk mengadakan acara makan malam bersama agar lebih akrab."
"Ya udah. Kita berangkat sekarang, Pa."
"Jadi, kamu nggak mau ganti pakaian dulu?"
"Enggak, Pa. Sinta udah cantik pakai baju ini."
"Iya. Anak papa memang selalu cantik pakai baju apa aja," sanjung Winarto yang membuat pipi Sinta memerah.
Mereka segera berangkat ke restoran. Sesampainya di restoran, mereka menuju ke sebuah meja yang telah di tempati oleh tiga orang. Sinta terkejut ketika melihat Sahrul berada di antara ke dua orang itu. Keberadaan Sahrul membuat Sinta menjadi canggung.
"Sudah lama?" tanya Winarto kepada Somad, temannya.
"Baru saja."
"Hai, Sin," sapa Sahrul.
"Hai."
"Jadi, kalian sudah saling kenal?" tanya Somad heran.
"Iya, Pa. Dia teman sekolah Sahrul."
"Oo.. Nggak nyangka, ya. Ternyata anak kita satu sekolah," kata Somad.
"Iya. Aku juga nggak nyangka."
"Oh, ya. Kalian sudah pesan makanan?" tanya Winarto.
"Belum."
Winarto segera memanggil pelayan untuk memesan makanan. Winarto menuliskan pesanannya, pesanan isteri dan anaknya di buku pesanan. Setelah ia menuliskan pesanannya, ia memberikan buku itu kepada Somad. Somad segera menulis pesanan untuk dirinya, istri dan anaknya. Setelah menuliskan pesanannya, ia memberikan buku itu kepada pelayan.
"Wah, anakmu cantik, ya, To," puji Wanda, isteri Somad.
"Iya. Dia memang cantik, seperti mamanya."
"Ah, papa bisa aja," kata Tantri, isteri Winarto. Pujian suaminya membuat pipi Tantri merona.
"Siapa namanya?" tanya Wanda.
"Sinta, Tante," jawab Sinta.
"Wah, namanya bagus, seperti orangnya," puji Wanda.
Sinta tersipu.
"Sinta, sudah punya pacar?" tanya Somad.
"Belum, Om."
"Ooo. To, bagaimana kalau anak kita, kita jodohkan aja?" tanya Somad.
"Boleh," jawab Winarto setuju.
"Gimana, Sin? Kamu mau kami jodohkan dengan anaknya Om Somad?"
Sinta menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu.
"Kalau diam berarti mau," kata Somad.
"Gimana dengan Sahrul?" tanya Tantri.
"Kalau Sahrul, sih mau aja, Ma," jawab Sahrul tanpa malu-malu.
"Kalau mereka sudah mau, sekarang kita tinggal menentukan tanggal pernikahannya," kata Winarto.
"Iya. Untuk tanggal pernikahan gimana kalau kita serahkan kepada mereka berdua aja?" saran Somad.
"Boleh juga."
Pesanan mereka sudah datang. Mereka segera menyantap hidangan mereka.
Sinta sangat bersyukur karena akhirnya dipertemukan kembali dengan Sahrul.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Palsu
RomanceBetapa bahagianya Melani ketika seorang pemuda tampan menembaknya. Namun, ia sama sekali tidak menduga jika pemuda itu ternyata hanya berpura-pura mencintainya. Pemuda itu berpura-pura mencintai Melani agar Melani menyetujui harga yang ditawarkan ol...