Mimpi

359 5 0
                                    

"Sayang sekali. Dia tidak mau menerima tawaran kita."

"Kamu harus mencari cara agar dia mau menerima tawaran kita. Kalau kamu berhasil, kamu akan menjadi pemeran utama di film itu."

"Oke, aku akan menggunakan cara apapun agar dia mau menerima tawaran kita," janji Arman.

"Bagus. Aku yakin film kita akan sukses di pasaran jika kita berhasil membujuk gadis itu."

"Ya, semoga begitu. Kalau begitu aku pulang dulu," pamit Arman.

"Ya. Hati-hati di jalan."

Arman segera pulang ke rumah. Ia ingin segera beristirahat setelah seharian beraktifitas. Setibanya di rumah, Arman melihat kedua orang tuanya sedang menonton TV.

"Dari mana, Ar? Kok baru pulang?" tanya mama.

"Ada urusan sebentar, Ma, di rumah Hendra," jawab Arman seraya berjalan ke kamarnya.

Mama Arman kembali memfokuskan perhatiannya ke layar TV. Ia tidak begitu khawatir jika putranya pulang malam. Menurutnya Arman sudah bukan anak kecil lagi. Ia sudah bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.

Di kamar, Arman masih terbayang wajah Melani. Bayangan Melani membuat Arman tidak bisa tidur. Apakah ini yang disebut cinta? Tidak bisa dipungkiri bahwa Arman jatuh cinta kepada Melani. Namun, bagaimana dengan Yulia? Sudah tiga tahun Arman berpacaran dengan Yulia. Ia tidak mungkin memutuskan Yulia begitu saja demi mendapatkan cinta yang lain.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Rasa kantuk membuat bayangan melani memudar lalu menghilang seiring dengan tertutupnya kelopak mata Arman. Bayangan melani kembali muncul beberapa saat setelah mata Arman terpejam.

Melani tampak sangat cantik dengan gaun pengantin. Sementara ia sendiri tampak tampan dengan jas berwarna hitam dengan dasi berwarna ungu. Mereka duduk berdampingan di kursi pengantin bak seorang raja dan ratu.

"Melani, ayo pulang!" Tiba-tiba seorang laki-laki menarik tangan Melani. Laki-laki itu menarik tangan Melani keluar tenda.

"Ayah, aku tidak mau pulang!" teriak Melani.

Arman tidak bisa berbuat apa-apa melihat Melani dibawa pergi ayahnya.

Ia akan menyusul Melani, namun tiba-tiba Melani dan ayahnya menghilang dari pandangannya. Arman berusaha mencari Melani. Namun, yang terlihat hanya langit-langit kamarnya.

Arman melihat jam dinding. Jarum jam menunjuk ke angka tujuh. Ia segera ke luar dari kamarnya.

"Kakak juga baru bangun?" tanya Sinta heran.

"Iya."

Sinta tidak habis pikir. Mengapa semua penghuni rumah bangun kesiangan? Ayah dan Ibunya juga baru bangun tepat setelah Sinta selesai mandi. Bangun kesiangan membuat Sinta tidak sempat sarapan.

Sinta segera mengeluarkan sepeda motornya. Ia menjadi panik kerena motornya mogok. Hari ini ia akan mengikuti ujian nasional. Jika hari ini ia tidak bisa mengikuti ujian nasional, ia akan mengikuti ujian susulan. Ia tidak mau ujiannya tertunda.

Sinta hampir meminta bantuan kakanya ketika seorang anak laki-laki yang sedang mengendarai sepeda motor berhenti di depan rumahnya.

"Butuh bantuan?" tawarnya.

"Kebetulan sekali. Ayo berangkat."

Tanpa berbasa-basi, Sinta langsung duduk di jok belakang.

"Kamu juga bangun kesiangan?" tanya Sinta.

"Iya. Tadi malam aku belajar amapai larut malam."

"Kenapa baru belajar ketika mau ada ulangan?"

"Aku menyesal tidak mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Mudah-mudahan aku lulus," sesal anak itu.

Merka tiba di sekolah ketika pintu gerbang sekolah sudah bergerak menutup. Anak laki-laki itu menggas motornya. Sinta memeluk anak itu sambil memejamkan mata. Motor anak itu berhsil melewati pintu yang hampir tertutup.

"Kita aman sekarang."

Sinta menarik nafas lega.

"Makasih, Ri. Kalau tidak ada kamu, mungkin aku gagal mengikuti ujian."

"Sama-sama. Ayo kita masuk."

Cinta PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang