Sore ini, Melani duduk di dekat jendela kamarnya. Uadara sore ini sangat sejuk. Itu karena desa Bayur baru saja diguyur hujan selama satu jam. Melani merasa betah tinggal di desa ini.
Hp Melani berdenting. Ia segera meraih hpnya di atas kasur. Sebuah pesan dari Fikri.
Fikri: Hai, Mel. Lagi ngapain?
Melani: Lagi santai aja, menikmati udara sore.
Fikri: Malam ini ada acara?
Melani: Nggak ada.
Fikri: Gimana kalau malam ini kita nonton bioskop?
Melani merasa heran dengan pertanyaan Fikri. Setahu dia, di desa ini tidak ada bioskop. Dan dia juga belum pernah mendengar kalau di desa ada bioskop.
Melani: Menonton bioskop di mana?
Fikri: Di Kapuas
Melani semakin tidak mengerti dengan pesan fikri. Kota Kapuas hanya bisa diakses melalui sungai dengan menggunakan angkutan kelotok. Dan angkutan kelotok atau speed boat hanya beroprasi pada pagi hari. Pada pagi hari kelotok berangkat dari desa Bayur membawa penumpang yang hendak ke kota. Sedangkan pada siang hari, kelotok berangkat dari kota menuju desa Bayur.
Melani: Memangnya ada kelotok pada malam hari?
Fikri: Kita naik speed boat.
Melani: Kalau malam ada speed boat, ya?
Fikri: Kita naik speed boat pak deku.
Melani: Ooo. Kita berangkat jam berapa?
Fikri: Kita berangkat sekarang. Karena kalau kita berangkat malam hari, kita bakal telat.
Melani: Ok.
Melani segera mandi dan berdandan. Ia mengenakan kaos putih lengan pendek dan jaket kain berwarna abu-abu. Untuk bawahan, ia mengenakan celana jeans biru. Rambutnya ia biarkan tergerai.
Ia memoles wajahnya menggunakan bedak.
Tidak lama kemudian, pintu kamar diketuk seseorang. Melani bergegas membuka pintu.
"Mel, kamu dicari Fikri," kata Milta begitu pintu kamar terbuka.
"Oh, iya."
"Cie.. Diapaelin Fikri, ya," goda Milta.
"Apaan, sih kamu," elak Melani. Pipinya memerah.
"Dia mau nembak kamu, mungkin," tebak Milta.
"Mati, dong kalau aku ditembak."
"Ya udah. Cepetan kamu temui dia."
"Mil, sebenarnya Fikri sore ini mau ngajak aku ke kota."
"Ke kota? Ngapain?"
"Fikri mau ngajak aku nonton bioskop."
"Ooo. Ya udah nggak apa-apa. Tapi, pulangnya jangan terlalu malam, ya," pesan Milta seolah-olah Melani adalah anak gadisnya. Milta tidak tidak menanyakan Melani naik apa ke kota karena dia sudah tahu bahwa Fikri akan mengajak Melani pergi ke kota dengan naik speed boat milik pa denya fikri. Milta pernah ke kota naik speed boat milik pak denya Fikri.
"Iya. Aku nggak akan pulang malam. Ya udah aku berangkat dulu, ya."
"Ya. Jangan lupa."
"Apa?" tanya Melani sambil mengerinyitkan dahi.
"Oleh-olehnya."
"Ooh. Kamu tenang aja. Aku pasti bawain kamu oleh-oleh."
"Nggak. Aku cuma bercanda."
Melani tertawa. Ia segera berjalan menuju ruang tamu. Di ruang tamu, Fikri sedang duduk menunggu dirinya. Ia mengenakan jaket dan celana jeans. Pakaian itu membuat ia terlihat lebih tampan. Fikri tetsenyum begitu melihat Melani.
"Sudah siap?" tanya Fikri.
"Sudah."
"Ayo kita berangkat.
"Ayo."
Fikri berjalan keluar rumah menuju motor vespa tua yang ia parkir di bawah pohon ketapang.
Ia menghidupkan mesin vespa dengan cara menginjak tuas mesin. Fikri menginjak tuas mesin beberapa kali. Namun, mesin vespa tak kunjung hidup.
"Kenapa, Fik," tanya Melani cemas.
"Nggak tahu. Tiba-tiba mogok."
Fikri kembali mencoba menghidupkan mesin sambil berdo'a dalam hati.
Setelah Fikri berulang kali memcoba, akhirnya mesin vespa hidup.
"Ayo," pinta Fikri kepada Melani untuk menaiki vespa tuanya.
Melani segera duduk di belakang Fikri.
"Sudah," kata Melani memberitahu Fikri bahwa ia sudah duduk dengan benar dan siap untuk berangkat. Fikri segera menjalankan motornya menuju rumah pak denya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Palsu
RomanceBetapa bahagianya Melani ketika seorang pemuda tampan menembaknya. Namun, ia sama sekali tidak menduga jika pemuda itu ternyata hanya berpura-pura mencintainya. Pemuda itu berpura-pura mencintai Melani agar Melani menyetujui harga yang ditawarkan ol...