Melani siuaman ketika telah berada di rumah sakit. Ia hanya mengalami cidera benjol di kepala. Sedangkan Arman, selain memar, ia juga mengalami luka lecet di kepala.
Kedua orang tua Arman sudah tiba di rumah sakit. Mereka langsung menemui Arman untuk melihat kondisi anak sulungnya.
"Bagaimana keadaanmu, Ar?" tanya mama Arman cemas.
"Arman tidak apa-apa, Ma. Hanya lecet sedikit."
"Syukurlah," kata mama Arman lega.
"Apa kamu tidak menggunakan sabuk pengaman?" selidik papa Arman. Ia tahu Arman tidak pernah menggunakan sabuk pengaman ketika sedang mengemudi mobil.
"Maafkan Arman, Pa. Arman berjanji setelah kejadian ini, Arman akan selalu menggunakan sabuk pengaman."
"Inilah akibatnya kalau tidak mematuhi nasihat orang tua."
"Sudah, Pa. Dia 'kan sudah berjanji akan mematuhi nasehat papa," bela mama Arman.
"Mama, sih, selalu membela Arman."
"Kok mama, sih yang dislahkan," protes mama Arman.
Arman menyesal karena tidak mematuhi nasihat papanya. Penyesalan memang selalu datang belakangan. Arman menyadari, seandainya ia menggunakan sabuk pengaman, mungkin kecelakaan itu tidak akan membuat Arman dan Melani pingsan.
"Satu lagi peraturan lalu lintas yang harus kamu patuhi."
"Apa itu, Pa?"
"Helem," kata papa Arman sambil menunjuk kepalanya. "Kamu harus mengenkan helem ketika sedang mengendarai motor."
"Baik, Pa. Arman akan mematuhi nasihat papa."
"Nah, begitu, dong. Itu baru anak papa," puji papa Arman.
"Pa, Arman tidak sendiri."
"Tidak sendiri? Apa maksudmu?" tanya mama Arman tidak mengerti.
"Arman membawa seorang penumpang. Ia juga dirawat di sini."
"Apakah dia baik-baik saja?" tanya papa Arman.
"Dia baik-baik saja, Pa."
"Papa akan menjenguknya. Di mana kamarnya?"
"Di sebelah, Pa."
Papa Arman segera menemui Melani yang masih terbaring lemah di kamarnya.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Saya baik-baik saja, Om."
"Siapa namamu?"
"Melani, Om."
"Apa kamu pacarnya Arman?"
"Hanya teman, Om. Om siapa?
"Om papanya Arman."
Suasana hening.
"Om punya satu permintaan. Apa kamu bersedia mengabulkan permintaan Om?" tanya papa Arman setelah terdiam beberapa detik.
"Apa itu, Om?"
"Begini. Om sudah menjodohkan Arman dengan seorang gadis. Tapi, dia menolak perjodohan ini. Apakah kamu bisa membantu Om untuk membujuk Arman agar mau menerima perjodohan ini?"
"Akan Melani usahakan. Tapi, kenapa Om menjodohkan Arman?"
"Sebenarnya bukan Om yang menjodohkan, melainkan kakeknya. Perjodohan ini adalah wasiat kakeknya sebelum meninggal. Kami tidak ingin melanggar wasiat itu."
"Saya berjanji saya akan membantu Om."
"Terimakasih. Oh, ya. Om keluar dulu. Maafkan anak Om yang sudah membuatmu dirawat di sini."
"Ya, Om. Tidak apa-apa."
Melani menarik nafas. Papa Arman mengajukan permintaan yang sangat berat untuk dipenuhi. Melani tidak mungkin memenuhi permintaan itu. Sikap Arman dua hari terakhir ini telah membuat Melani jatuh hati kepada pria tampan itu. Ia tidak akan sanggup meminta Arman agar menerima gadis itu. Namun, Melani juga tidak mungin menolak permintaan papa Arman karena ia pasti tidak akan merestui hubungannya dengan Arman. Satu-satunya cara untuk keluar dari masalah ini adalah dengan melupakan Arman. Tapi, bagaimana caranya?
"Permisi." Seorang laki-laki mengenakan pakaian serba putih masuk ke dalam kamar Melani.
"Cedera mbak Melani tidak begitu serius. Jadi, mbak Melani bisa langsung pulang hari ini." kata laki-laki itu ambil tersenyum.
Deg! Senyum laki-laki itu membuat jantung Melani berdebar-debar. Tatapan dari sepasang mata indah laki-laki itu mampu membuat Melani melupakan Arman untuk sesaat.
Laki-laki itu segera pergi setelah memeriksa kondisi Melani. Melani kembali ke dunia nyata. Laki-laki itu telah mengobati cedera di kepalanya. Melani akan sangat bahagia seandainya pria itu juga bisa mengobati luka di hatinya. Inilah kelemahan Melani. Ia selalu berharap ada seorang pangeran yang bisa mengobatinya ketika sedang patah hati. Namun, kali ini Melani tidak akan melakukan tindakan bodoh itu lagi, bunuh diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Palsu
RomanceBetapa bahagianya Melani ketika seorang pemuda tampan menembaknya. Namun, ia sama sekali tidak menduga jika pemuda itu ternyata hanya berpura-pura mencintainya. Pemuda itu berpura-pura mencintai Melani agar Melani menyetujui harga yang ditawarkan ol...