Meloloskan Diri

66 0 0
                                    

Tubuh Arman memancarkan cahaya. Ia merasakan ada kekuatan di dalam dirinya. Ia telah kembali menjadi manusia super.

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya Melani.

"Ceritanya panjang. Sekarang, kita akan keluar dari sini."

"Kau bisa mengendarai pesawat?"

"Kita akan keluar dari sini tanpa pesawat."

"Jadi, bagaimana kita akan keluar?"

"Aku bisa terbang."

"Kau bisa terbang?"

"Ya."

Mereka dijaga oleh seorang penjaga. Arman mendekati penjaga itu.

"Serahkan senjatamu," perintah Arman.

"Kembali ke tempatmu atau aku akan menembakmu."

Arman melangkah maju.

"Berhenti. Maju satu langkah lagi kau akan binasa."

Arman tidak mempedulikan ancaman penjaga. Ia tetap melangkah mendekati penjaga.

"DUUAAAR....!" terjadi sebuah ledakan ketika sinar laser yang ditembakkan oleh penjaga mengenai tubuh Arman. Penjaga itu terkejut karena Arman masih berdiri meski telah terkena tembakan dari senjata mematikan. Terdapat lubang besar di baju bagian dada Arman. Arman melompat dan menendang penjaga. Penjaga terpental dan tidak bergerak. Arman mengambil senjata laser yang terlempar dari tangan penjaga. Armam mendekati Melani.

"Ayo kita pergi dari sini."

"Bagaimana kau bisa melakukan semua ini?"

"Simpan pertanyaanmu. Aku akan menjelaskannya di rumah."

Arman dan Melani berjalan mengendap endap di lorong.

"Arman, kau tahu jalan keluarnya?"

"Aku tidak tahu."

"Pesawat ini besar sekali. Kita tidak akan bisa menemukan jalan keluarnya."

"Kau benar. Kita seperti berada di sebuah kota."

"Cuuss... Cuusss...!" Arman menbak dua orang alien yang memergoki mereka.

Arman mengambil salah satu senjata mereka, lalu memberikannya kepada Melani. Arman memberikan kursus singkat cara menggunakan senjata.

"Pengaman sudah kubuka. Kau tinggal mengarahkannya kepada musuh dan menarik pelatukknya," jelas Arman.

Mereka terus berjalan menyusuri pesawat. Mereka melihat ribuan pesawat tempur sedang diparkir.

"Ya Tuhan. Banyak sekali pesawat mereka," takjub Melani.

"Perubahan rencana. Kita akan mencoba menerbangkan salah satu pesawat itu," kata Arman.

"Itu mustahil. Kita tidak pernah menerbangkan pesawat."

"Hanya ini satu-satu cara agar kita bisa keluar dari sini. Tidak ada pilihan lain."

Mereka bergerak mendekati salah satu pesawat.

"Sial. Pintu pesawat terkunci," sungut Arman.

Mereka terdiam.

"Kau tunggu di sini. Aku akan mencari bantuan."

"Bantuan? Kau akan meminta bantuan Alien?"

"Ya."

"Itu ide buruk. Kau pikir mereka akan dengan senang hati membantu musuh mereka?"

"Tentu tidak. Kau tunggu di sini. Tembak siapapun yang mendekatimu selain aku."

Arman bergegas pergi. Ia mendekati seorang alien yang sedang berjaga. Ia memukul kepala alien itu hingga terjatuh. Arman berhasil merebut senjatanya.

"Kau harus ikut denganku."

"Kami diperintahkan untuk tidak mengikuti perintah manusia," tolak alien.

"Kau tidak ingin senjata ini melubangimu, bukan?"

"Apa yang kau inginkan dariku?"

"Mengajariku menerbangkan pesawat."

"Kau tidak akan bisa lolos. Ini adalah pesawat induk dengan pengamanan yang sangat ketat."

"Aku tidak peduli. Sekarang, jalan," perintah Arman.

Alien itu berjalan dengan pengawalan Arman menuju pesawat. Dengan mudah, alien itu membuka pintu pesawat. Mereka masuk ke dalam pesawat.

"Katakan kepadaku. Bagaimana cara menerbangkannya," kata Arman sambil menodongkan senjata ke kepala alien itu.

"Mudah saja. Tekan tombol ini untuk menghidupkan mesin, lalu tarik tuas untuk mengerakkan pesawat ke atas. Gerakkan tuas kemudi ke kiri atau ke kanan untuk berbelok dan gerakkan ke bawah atau ke atas untuk menukik atau ke atas. Di sana, di ruang copilot, terdapat dua buah tuas untuk menembak. Tuas pertama berfungsi untuk mengunci sasaran dan tuas kedua berfungsi untuk menembak."

"Terimakasih. Sekarang kau boleh keluar."

Alien itu keluar. Alien itu berlari menemui komandannya. Ia memberitahukan bahwa tawanan sedang berusaha untuk meloloskan diri.

Cinta PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang