Putus

104 2 0
                                    

Rumah pak Dorim, pakdenya Fikri, tidak begitu jauh dari rumahnya Milta. Beberapa menit kemudian, Fikri dan Melani telah sampai di rumahnya pak Dorim. Fikri memarkir motornya di samping rumah pak Dorim.

"Ayo," ajak Fikri.

Melani mengikuti Fikri yang berjalan menuju sungai.

Di tepi sungai, Melani melihat sebuah speed boat. Dengan hati-hati, Melani masuk ke dalam speed boat. Fikri melepaskan tali pengikat. Setelah melepas tali pengikat, Fikri menghidupkan mesin, lalau menjalankan speed boat menyusuri sungai menuju kota.

Satu jam kemudian, mereka tiba di Kapuas. Mereka menuju sebuah bioskop.

"Kamu mau menonton film apa?" tanya Fikri.

"Film roman."

Fikri membeli karcis. Setelah membeli karcis, mereka masuk ke dalam gedung bioskop.

Melani sangat menikmati filmnya. Fikri sebenarnya kurang suka menonton film roman. Ia menonton film roman karena ingin membuat Melani senang.

Satu setengah jam telah berlalu. Film telah berakhir. Mereka segera keluar.

"Mel, gimana kalau kita makan lalapan?" tanya Fikri.

"Boleh."

Mereka masuk ke sebuah rumah makan. Pengunjung sangat ramai. Mereka duduk di meja yang masih kosong. Fikri memesan dua porsi lalapan dan dua gelas es jeruk.

"Mel, sebenarnya aku mau ngomong sesuatu," kata Fikri.

"Mau ngomong apa?"

"Sebenarnya aku... Aku suka kamu," kata Fikri berterus terang.

Melani tersipu. Pipinya merona.

"Kamu mau menjadi pacarku?" tanya Fikri.

"Ya, aku mau," jawab Melani.

"Makasih, Mel. Aku seneng banget kamu mau menjadi pacarku."

"Aku juga seneng banget."

Pelayan datang membawakan pesanan mereka. Mereka segera memakan pesanan mereka.

Setelah makan, mereka pulang. Mereka tiba di desa Bayur jam sebelas malam.

Tanpa terasa, sudah tiga bulan Melani berpacaran dengan Fikri. Sejak berpacaran dengan Fikri, Melani merasa sangat bahagia. Fikri mampu mengobati luka di hatinya karena putus cinta dengan Arman.

"Ting!" terdengar hp Melani berdenting.

Melani segera membuka kotak pesan di hpnya.

Fikri: Mel, aku mau ketemu kamu sekarang.

Melani: Iya.

Fikri: Aku segera ke sana.

Melani tersenyum-senyum. Pasti dia sudah kangen sama aku. Batinnya. Akhir-akhir ini Melani memang jarang bertemu Fikri. Untuk mengobati rindu, mereka hanya saling sms. Melani sangat senang Fikri akan menemuinya karena ia juga sudah rindu.

"Ting!" hp Melani kembali berdenting setelah sepuluh menit berlalu.

Fikri: Aku sudah sampai di depan rumah.

Melani: Iya.

Melani bergegas keluar rumah. Ia melihat Fikri duduk di atas vespa kesayangannya.

"Masuk," kata Melani.

Fikri masuk ke dalam rumah. Ia duduk di sofa.

"Begini. Ada sesuatu yang mau aku omongin," kata Fikri.

"Apa?"

"Orang tuaku mau menjodohkanku dengan wanita pilihannya."

Ucapan Fikri membuat jantung melani seakan-akan ingin berhenti berdetak. Ia terkejut. Kesedihan langsung menyelimuti hatinya.

"Kamu menerima perjodohan itu?"

"Aku nggak punya pilihan lain."

Melani terdiam. Ini adalah yang kedua kalinya ia patah hati. Ia sama sekali tidak menyangka kisah cintanya akan berakhir seperti ini. Lagi-lagi karena tidak ada restu dari orang tua.

"Maafkan aku, Mel. Aku tau ini sangat menyakitkan bagimu. Tapi, jika kita paksakan, akibatnya akan jauh lebih menyakitkan."

"Ya. Aku ngerti," kata Melani lirih.

"Ya udah. Kalau begitu aku pulang dulu. Kamu harus kuat. Suatu hari nanti, kamu pasti akan mendapatkan ganti dengan pria yang lebih baik dariku," hibur Fikri.

Fikri beranjak dari tempat duduknya keluar rumah. Ia menyalakan motornya, lalu menjalankannya. Melani menatap kepergian Fikri dengan perasaan pilu. Ia masuk ke dalam kamar. Ia duduk di tepi ranjang. Air matanya mengalir membasahi pipi.

"Duaaar..... Duaaar... Duaaar....!"

Tiba-tiba terdengar suara ledakan. Melani terkejut. Ia segera keluar dari kamar. Melani dan kedua orang tuanya juga keluar dari kamar.

"Suara apa tadi?" tanya Melani.

"Duaaaar... Duaaar....!" terdengar suara ledakan lagi di susul dengan suara jeritan beberapa wanita.

Melani dan keluarga Milta segera keluar rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi. Di luar, Melani melihat beberapa rumah sudah hancur. Di kejauhan, Melani kembali mendengar beberapa ledakan.

"Ada apa, Pak Darno?" tanya ayah Milta kepada seseorang yang sedang berlari melewati rumahnya.

"Kita diserang."

"Di serang?"

"Ya. Sebuah pesawat membombardir kampung kita. Kita harus segera mengungsi."

Sebuah pesawat bebentuk bulat pipih mendarat. Puluhan mahluk berbentuk aneh keluar dari peawat. Mereka menembaki penduduk yang tengah berlari untuk menyelamatkan diri.

"Kita harus segera pergi," kata ayah Melani.

"Iya," jawab ibu Melani ketakutan.

Mereka segera pergi meninggalkan desa. Di perjalanan, Mereka bertemu dengan beberapa pasukan alien. Mereka menodongkan senjata kepada Melani dan ketiga rekannya. Dua orang alien mendekati Melani. Mereka membawa Melani ke pesawat mereka. Kemudian, pesawat itu melejit ke udara menuju luar angkasa.

Cinta PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang