Waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam. Saatnya warung tutup.
Melani baru saja akan menutup rolling door ketika sebuah mobil sedan berhenti di depan warungnya. Sepertinya mobil itu sudah tidak asing lagi bagi Melani. Benar saja. Seorang laki-laki tampan keluar dari mobil itu. Pria tampan itu adalah Arman.
"Sudah mau tutup, Mel?"
"Iya. Masuklah."
"Sori. Aku mengganggu. Aku tadi sudah beberapa kali menelponmu."
"Oh, ya? Aku tidak bisa menjawab telponmu karena hpku tertinggal di rumah," kata Melani beralasan.
"Eh, Nak Arman. Kok berdiri saja. Ayo masuk," kata Ibu Melani.
"Ya, Bu."
"Ayo masuk," ulang Melani
Melani dan Arman masuk ke dalam warung.
"Tadi sore aku mau mengajakmu melihat tempat yang akan kita sewa untuk membuka rumah makan. Tapi, aku tidak berhasil menghubungimu," kata Arman setelah mendaratkan pantatnya di bangku pelastik bulat.
"Mel, tamunya kok tidak dibuatkan minuman, sih?" sela Ibu Melani.
"Tidak usah repot-repot, Bu?"
"Tidak repot. Hanya minuman. Nak Arman mau minum apa? Teh, kopi atau air jeruk?"
"Air jeruk saja, Bu."
Ibu Melani segera pergi ke ruang belakang untuk membuatkan minuman air jeruk.
"Orang tuamu sudah tahu kalau kamu akan menyewa tempat itu untukku?" tanya Melani.
"Belum."
"Sebaiknya kamu memberi tahu orang tuamu dulu," saran Melani.
"Ya, aku setuju. Aku akan meminta ijin orang tuaku dulu."
"Mobilmu sudah diperbaiki?"
"Sudah."
"Aku minta maaf. Mobilmu rusak gara-gara aku."
"Kamu tidak perlu meminta maaf. Itu bukan salahmu. Itu salahku karena aku menyetir sambil melihat layar hp. Justru aku yang meminta maaf karena sudah membuatmu cedera."
Ibu Melani datang membawakan segelas air jeruk.
"Silahkan diminum nak Arman."
"Terimakasih, Bu."
"Mel, ibu pulang duluan, ya."
"Ya, Bu."
Ibu Melani keluar meninggalkan warung.
"Berapa biaya perbaikan mobilmu?"
"Cuma tujuh juta. Tapi, semua biaya sudah ditanggung asuransi."
"Oo. Kamu ikut asuransi."
"Ya. Ikut asuransi itu penting. Aku mengikuti beberapa asuransi."
Tiba-tiba seorang gadis cantik masuk ke dalam warung.
"Arman. Ternyata kamu di sini. Aku tadi ke rumahmu. Tapi, kamu tidak ada."
"Ada apa mencariku?" Arman tidak habis pikir. Bagaiman gadis itu tahu kalau ia ada di sini?
"Aku mau kamu menemani aku shoping."
"Ini yang membuat aku tidak suka sama kamu. Yang ada dipikiran kamu cuma shoping dan shoping. Kamu tahu? Aku masih punya banyak urusan yang lebih penting daripada shoping."
"Urusan apa? Aku cuma memintamu menemaniku sebentar. Kalau kamu memang banyak urusan, kenapa kamu ada di sini?"
Arman tidak bisa menjawab pertanyaan gadis itu.
"Kenapa kamu diam saja. Kamu tidak bisa menjawab pertanyaanku? Oh, ya. Siapa dia?"
"Dia temanku."
"Teman? Tapi, kamu suka 'kan sama dia?"
"Kalau iya kenapa?"
"Kamu harus ingat, Ar. Kamu itu sudah dijodohkan denganku oleh orang tumu."
"Kamu pikir aku peduli."
"Terserah. Tapi, kalau kamu tidak mau menikah denganku, papa kamu akan syok dan jantungan. Kamu tidak mau tetjadi apa-apa dengan papa kamu, 'kan?"
"Sebaiknya kamu pergi."
"Aku tidak mau."
"Sori, Mel. Aku harus pulang dulu. Aku tidak ingin membuat keributan di sini."
"Ya. Tidak apa-apa."
Arman menarik tangan gadis itu dan membawa ke mobilnya. Arman membukakan pintu mobil dan menuntun hadis itu masuk ke dalam mobil. Selanjutnya, Arman segera masuk ke mobilnya. Tidak lama kemudian, kedua mobil itu bergerak meninggalkan warung Melani.
Melani segera menutup warungnya, lalu pulang.
Sesampainya di rumah, Melani membuka hp yang terletak di bawah bantal. Ada beberapa panggilan masuk. Melani sudah bisa menduga kalau itu adalah panggilan dari Arman. Namun, di antara panggilan-panggilan yang masuk. Ada dua buah panggilan dari nomor tak dikenal. Melani bertanya-tanya di dalam hati, nomor siapa sebenarnya yang telah menelponnya. Melani tidak ingin menelpon balik nomor itu. Karena si penelpon pasti akan mengirim sms jika memang penting.
Melani menutup history panggilan. Ia melihat ada sebuah sms masuk di kotak surat. Sepertinya itu sebuah pesan dari nomor yang telah menelponnya.
"Selamat sore. Maaf mengganggu. Ini saya, Fikri. Saya sudah menanyakan mengenai pekerjaan yang saya tawarkan kepada Mbak Melani kemarin siang. Kata teman saya, Mbak Melani bisa langsung diterima bekerja. Mbak Melani diminta datang secepatnya ke sana dengan membawa berkas persyaratan," demikian bunyi pesan itu.
"Alhamdulillah, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan," bisik Melani senang.
Melani segera membalas sms Fikri.
"Terimakasih, Mas. Saya akan secepatnya berangkat ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Palsu
RomanceBetapa bahagianya Melani ketika seorang pemuda tampan menembaknya. Namun, ia sama sekali tidak menduga jika pemuda itu ternyata hanya berpura-pura mencintainya. Pemuda itu berpura-pura mencintai Melani agar Melani menyetujui harga yang ditawarkan ol...