Bosan

195 3 0
                                    

Hari ini terasa sangat membosankan. Melani sudah mengusir kebosanan dengan membaca buku, menonton TV dan berbaring di kamar sambil menghayal masa depan atau sekedar mengenang kejadian beberapa bulan yang lalu dan beberapa hari terakhir. Namun, semua itu tidak mampu melenyapkan kejenuhan. Kejenuhan ini membuat Melani stres. Melani baru tahu bahwa menganggur tanpa kegiatan ternyata bisa membuat seseorang menjadi stres.

Kondisisi Melani yang baru pulih dari cedera memaksanya untuk beristirahat di rumah.

Tiba-tiba muncul ide di pikiran Melani. Membantu ibu di warung. Itu adalah ide brilian. Daripada bengong di rumah, lebih baik membantu ibu menjaga warung makan. Kalau sekedar membantu ibu di warung, Melani sudah bisa karena membantu di warung hanya melayani pelanggan tanpa harus berjalan berkeliling.

Melani segera menyusul ibunya ke warung. Di warung, tampak beberapa orang pelanggan sedang menikmati makanan mereka.

"Kenapa kamu menyusul, Mel?" tanya ibunya sambil menguleg sambal.

"Bosan di rumah."

"Ya sudah. Sekarang kamu antar makanan ini ke meja itu?" suruh ibunya sambil menggerakkan kepalanya ke arah sebuah meja. Melani segera membawa seporsi nasi beserta ayam penyet ke meja yang dimaksud ibunya. Seorang pemuda sedang duduk menunggu pesanan. Dilihat dari penampilannya, tampaknya pemuda itu seorang maha siswa. Pemuda itu mengenakan jaket  abu-abu dan celana jeans. Sebuah tas ransel terletak di atas kursi di sebelahnya.

"Silahkan," kata Melani memepersilahkan.

Melani berusaha melayani setiap pelanggan seramah mungkin. Melani melakukan itu dengan tulus tanpa bermaksud mempengaruhi pelanggan agar kembali ke warung ibunya. Keramahan yang dilakukan dengan maksud untuk menarik pelanggan, tak jarang malah membuat pelanggan enggan kembali.

Ketulusan Melani membuat salah seorang pemuda tertarik kepada dirinya. Pemuda itu adalah orang yang baru saja dilayani oleh Melani.

Sudah beberapa bulan ini pemuda itu mencari kesempatan untuk mendekati Melani. Namun, ia tidak pernah menemukan kesempatan itu. Sekarang, pemuda itu akan membuat kesempatan itu. Menciptakan kesempatan adalah cara terbaik jika kesempatan yang dicari tak kunjung datang. Itulah pesan dari seorang pebisnis besar kepada dirinya. Pebisnis itu tidak menyampaikan langsung pesan itu kepada pemuda itu. Pemuda itu hanya kebetulan melihat pesan itu di media sosial.

"Ini uangnya, Mbak," kata pemuda itu menyerahkan uang untuk membayar makanannya.

Ia sudah menyelesaikan makannya sejak beberapa menit yang lalu. Ia sengaja duduk di warung lebih lama agar mendapatkan kesempatan untuk membayar makananan melalui Melani, bukan langsung kepada ibunya. Ia mendapatkan kesempatan itu ketika Melani berjalan melewati mejanya.

"Ini uang kembaliannya." Melani menyerahkan uang kembalian.

"Maaf, Mbak. Saya mau menawarkan sesuatu. Siapa tahu Mbak berkenan," kata pemuda itu.

"Mas mau menawarkan produk?" tebak Melani. Ia mengira pemuda itu adalah sales kosmetik atau elektronik. Sebelumnya ia mengira pemuda itu adalah mahasiswa.

"Bukan. Saya memiliki lowongan pekerjaan yang bagus. Barangkali Mbak tertarik."

"Pekerjaan apa?"

"Guru SD."

"Guru SD?" mata Melani berbinar.

"Benar. Kalau Mbak berminat Saya bisa membantu."

"Iya, Saya bersedia. Duduk dulu, Mas."

Pemuda itu kembali duduk di kursi di mana ia memesan makanan tadi. Melani duduk di depan pemuda itu.

"Jadi, begini. Saya dapat info ini dari teman saya yang mengajar di sekolah SD. Kata teman saya, di sekolah tempat ia mengajar sedang kekurangan guru. Sebetulnya saya yang ditawari. Tapi, karena saya sudah bekerja, saya tidak bisa menerima tawaran itu. Sekolah itu berarada di pelososk di Kalimantan. Apa Mbak mau bekerka di sana?"

"Iya, Saya mau."

"Tapi, tempatnya di desa, Mbak."

"Tidak apa-apa. Yang penting saya mendapatkan pekerjaan."

"Baiklah kalau begitu. Nanti saya akan menghubungi teman saya. Berapa nomor handphone Mbak?"

Melani menyebutkn nomor handphonenya. Sementara pemuda itu mngetik nomor yang disebutkan Melani di layar Hp.

"Namanya siapa, Mbak?"

"Melani."

"Oh, ya. Saya Fikri. Nanti mbak Melani akan saya hubungi lagi."

"Ya. Terimakasih, Mas."

"Sama-sama. Saya permisi dulu."

"Ya. Mari."

Melani senang sekali. Akhirnya ia menemukan cara untuk menghindar dari Arman.

Cinta PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang