Curahan Hati

294 4 0
                                    

Saat sedang gundah, Lasti membutuhkan seseorang yang bisa memberikan saran. Ia teringat Rina, temannya sewaktu SMA. Di sore hari, ketika suaminya sedang pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan melamar, Lasti menemui Rina di rumahnya. Kebetulan sudah lama ia tidak bertemu dengan Rina. Terakhir kali ia bertemu Rina ketika ia menghadiri undangan pernikahan Rina dua tahun yang lalu. Sejak saat itu, ia tidak pernah bertemu dengan Rina.

Rina sangat senang ketika Lasti datang ke rumahnya.

"Mana anakmu?" tanya Rina.

"Kutitipkan di rumah Ibu."

"Kenapa nggak diajak?"

"Aku mau curhat. Nggak baik kalau anakku mendengar curhatku."

"Ooo. Mau curhat apa?"

"Akhir-akhir ini aku sedang merana."

"Merana?"

"Ya. Suamiku mau menikah lagi."

"Menikah? Menikah dengan siapa?"

"Menikah dengan gadis yang baru ia kenal."

"Kamu mengijinkannya?"

"Itulah masalahnya. Aku bingung. Menurutmu aku harus bagaimana?"

"Kalau aku, sih, aku akan minta cerai."

"Jadi, menurutmu aku harus minta cerai?"

"Iya. Keenakan dia, dong. Masa kamu sudah membantu dia sampai dia sukses, tapi setelah dia sukses, dia malah menikah lagi."

"Masalahnya, ketika aku menikah dengannya, ia sudah mapan."

"Rumit juga kalau seperti itu."

Rina tidak bisa memberikan solusi atas maslah yang sedang Lasti hadapi. Itu artinya cara terbaik untuk menghadapi masalah ini adalah tetap bertahan dengan Wagito.

"Kau beruntung memiliki suami setia," kata Lasti mengalihkan topik pembicaraan.

"Ya. Tapi, kami juga memiliki masalah yang sangat menggelisahkan. Sampai saat ini kami belum dikaruniani anak."

"Belum dikaruniani anak?"

"Ya. Kami sudah mencoba berbgai macam cara agar aku bisa mengandung, tapi hasilnya nihil."

Lasti tidak menyangka Rini juga memiliki masalah yang cukup pelik di dalam rumah tangganya. Lasti pernah mendengar cerita bahwa ada seorang suami yang tega menceraikan isterinya karena isterinya tidak bisa memberikannya keturunan. Lasti berharap suami Rini tidak seperti itu.

Dua jam telah berlalu. Lasti berpamitan pulang. Ia merasa tidak enak jika harus berlama-lama di rumah Rina mengingat Rina sudah berumah tangga. Sebagai seorang isteri, pasti ia memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan seperti halnya dirinya.

Di jalan, Lasti bertemu dengan Hardi, mantan kekasihnya dulu.

"Las!!" seru Hardi memanggil. Ia segera menghentikan laju motornya begitu berpapasan dengan Lasti. Lastipun segera menghentikan motor maticknya.

Hardi turun dari motornya lalu berlari kecil menghampiri Lasti.

"Ada apa?" tanya Lasti ketika Hardi telah dekat dengan dirinya

"Lasti, suamimu...," Hardi tidak melanjutkan perkataannya.

"Ada apa dengan suamiku?" tanya Lasti mulai panik. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Suamimu kecelakaan," akhirnya Hardi berhasil melanjutkan kalimatnya.

Tubuh Lasti gemetar. Ia tidak mampu berkata-kata.

"Ia sekarang di rumah sakit. Aku akan mengantar kamu ke sana. Tunggu sebentar. Aku akan menitipkan motorku dulu."

Hardi bergegas menitipkan motornya kepada seseorang. Tidak lama kemudian, ia telah kembali. Ia mengambil alih motor Lasti. Lasti diduk di jok belakang. Hardi segera mengendarai motor Lasti menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, beberapa orang keluarganya sudah berkumpul di ruang tunggu IGD. Lasti melihat seorang perempuan separuh baya tengah menangis. Perempuan itu adalah ibu Wagito.

"Bu." Lasti menyentuh bahu ibu mertuanya.

"Lasti, suamimu... Hu.. Hu...," kata ibu Wagito di sela-sela tangisnya.

"Bagaimana keadaan mas Wagito, Bu?"

"Suamimu... Suamimu tidak tertolong. Hu.... Hu....."

Badan Lasti langsung lemas begitu mendengar ucapan ibu mertuanya.

"Mas Wagi...," desisnya.

Lasti memeluk ibu mertuanya sambil menangis.

Mobil ambulan telah datang. Jenazah Wagito segera dimasukkan ke dalam mobil ambulan.

"Lasti, ayo kita pulang," ajak Hardi

Cinta PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang