Polisi mengumumkan sebuah sayembara barang siapa bisa menangkap manusia listrik, maka si penangkap akan mendapatkan hadiah sebesar lima belas milyar. Hal itu dikarenakan polisi mengalami kesulitan menangkap manusia listrik yang telah beberapa kali melakukan perampokan bank. Dengan hadiah sebesar itu, diharapkan ada orang yang tertarik mempertaruhkan nyawanya untuk menangkap manusia tak terkalahkan itu. Manusia listrik itu memang sangat luar biasa. Ia tidak bisa dibunuh karena kebal peluru dari bahan apapun. Konon, orang kebal bisa dilumpuhkan dengan menggunakan peluru emas. Namun, pada kenyataannya peluru emas tak mampu menembus kulit manusia listrik itu.
Arman duduk di kursi direktur dengan wajah sedih. Dua tahun terakhir ini, perusahaannya mengalami kemunduran. Jika sampai akhir tahun depan perusahaannya tidak mampu bangkit, maka perusahaannya akan tutup.
Arman meraih gagang telepon sementara tangan kirinya menekan beberpa nomor di papan tombol.
"Hallo. Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu," sapa seorang wanita di seberang.
"Sarah, tolong panggilkan Pak Dendi ke ruangan saya."
"Baik, Pak. Akan segera saya panggilkan."
"Terimakasih."
Arman menarik nafas. Dalam keadaan sulit seperti ini, pak Dendi adalah orang yang tepat untuk dimintai saran terkait kemunduran perusahaannya. Pak Dendi adalah manajer di perusahaannya. Ia sudah bekerja di perusahaannya sejak perusahaannya baru dibangun.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Dendi setelah ia mendaratkan badannya di kursi di depan meja Arman.
"Perusahaan kita tidak kunjung bangkit dari keterpurukan. Aku ingin meminta pendapatmu mengenai hal ini."
"Sebenarnya kita bisa bangkit. Namun, itu membutuhkan dana yang cukup besar."
"Berapa?"
"Sekitar sepuluh milyar."
Ucapan pak Dendi membuat Arman termenung. Ia tidak memiliki uang sebanyak itu. Uang simpanannya telah habis digunakan membayar hutang perusahaan.
"Pak Arman, kita telah berhasil melunasi hutang-hutang perusahaan. Langkah selanjutnya adalah kembali memulai produksi."
"Kau benar. Tapi, saat ini aku tidak memiliki uang sebanyak itu."
Pak Dendi telah keluar dari ruangan Arman. Arman meraih handphon di atas meja. Ia mebuka akun medsosnya sekedar melihat-lihat.
Ketika Arman sedang melihat-lihat beranda medsosnya, ia melihat sebuah sayembara dari kepolisian. Ia tertarik mengikuti sayembara itu. Jika ia berhasil menangkap manusia listrik, ia akan mendapatkan hadiah. Ia akan menggunakan hadiah itu untuk menyelamatkan perusahaannya dari keterpurukan.
Tanpa mengulur waktu, Arman datang ke kantor polisi untuk bernegosiasi.
"Saya ingin bertemu dengan kepala polisi."
"Ada keperluan apa, Mas?"
"Ada yang ingin saya sampaikan terkait dengan manusia listrik."
"Baik. Mas bisa laporkan di sini."
"Pak, ini masalah penting. Saya bisa menangkap manusia listrik itu. Tapi, saya juga harus bekerja sama dengan pihak kepolisian. Saya tidak bisa bekerja sendiri."
"Baiklah. Ayo ikut saya ke ruang kepala polisi"
Polisi itu mengantar Arman ke ruangan kepala polisi.
"Tunggu di sini."
Polisi itu masuk ke ruang kepala polisi. Tidak lama kemudian, polisi itu keluar dari ruangan itu.
"Silahkan masuk."
Arman segera masuk ke ruang kepala polisi.
"Selamat siang, Pak."
"Selamat siang. Silahkan duduk."
Arman duduk di kursi.
"Polisi bilang kau bisa menangkap manusia listrik. Apa kau memiliki kemampuan untuk menangkapnya?"
"Ya, Pak. Saya memiliki kemampuan sama hebatnya dengan manusia listrik. Saya tahan terhadap pukulan dan saya juga bisa terbang."
"Sangat mengagumkan. Kau juga tahan peluru?"
"Ya, Pak. Saya juga tahan peluru."
"Bisa saya uji?"
"Silahkan."
Kepala Polisi itu berdiri. Ia mencabut pistol dari pinggangnya dan mengarahkannya ke mata Arman.
"Saya yakin tubuhmu kebal peluru. Tapi, bagaimana dengan bola matamu?"
"Tidak terkecuali. Tidak semilipun dari anggota badan saya yang tidak kebal peluru. Bapak bisa menembaknya."
Arman melangkah mundur menjauh dari pucuk pistol.
"Kenapa kau mundur? Kau takut?"
"Saya tidak ingin Bapak terkena pantulan peluru."
"Baiklah. Kau siap?"
"Saya siap."
Kepala polisi itu menarik pelatuk pistok.
"DOORRR....!"
Terdengar sebuah letupan keras dari laras pistol. Sebuah peluru meluncur dengan kecepatan tinggi menuju bola mata Arman. Peluru itu tepat mengenai bola mata Arman. Namun, peluru itu tidak mampu menembus bola mata Arman. Peluru itu justru terpental dari bola mata Arman dalam keadaan cemet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Palsu
RomanceBetapa bahagianya Melani ketika seorang pemuda tampan menembaknya. Namun, ia sama sekali tidak menduga jika pemuda itu ternyata hanya berpura-pura mencintainya. Pemuda itu berpura-pura mencintai Melani agar Melani menyetujui harga yang ditawarkan ol...