#4

2.4K 170 10
                                    

"ji..ji..yong.."

Perlahan wajahnya tersenyum dan untuk pertama kalinya aku merinding melihat hal itu. Aku bahkan tidak bisa mengelak atau melepaskan diri dari situasi ini.

"hmm.. You got a nice curve." ucapnya pelan. And it does send so much nerve to my body. Tatapannya yang perlahan mengarah dari ujung rambut sampai ke ujung kakiku membuatku merasa telah ditelanjangi olehnya.

".. Gaunmu juga bagus. Even your hair too..its nice.." aku hanya bisa menatap dan membungkam mulut.

"aku tidak tahu kamu bisa berubah secepat ini..kalau aku tahu kamu bisa begini dari awal aku tidak akan membiarkanmu pergi." katanya dengan suara dalam.

Tatapan matanya begitu tajam menusuk di setiap detiknya. Setiap dia mengambil langkah aku merasa tubuhku mundur dengan sendirinya.

Entah apa yang saat ini aku rasakan. Tapi aku merasa dia telah mengambil napasku. Aku tidak bisa menjadi diriku sendiri yang angkuh dan penuh percaya diri dihadapannya.

Saat dia tiba di tepi ranjang aku merasa ketakutan seperti dia telah mencengkramku di tempat sehingga aku tidak bisa bergerak lagi. Dia mengunci tatapan kami.

Aku menarik napas sesak saat dia mendekati tubuhku. Dia memberi jarak cukup dekat untuk memperhatikanku. Tangannya meraih wajahku. Jarinya perlahan menyentuh pipiku mengirimkan rasa gugup yang tinggi ditubuhku.

Mendadak dia mencengkram daguku dan mengangkatnya keatas. Mata kami bertemu dan saat ini aku sadar jika jarak kami begitu sangat dekat. Terlalu dekat, hidung kami bahkan sudah bersentuhan.

Aku bersusah payah untuk bisa sadar. Namun aksi pertamaku malah menambah buruk keadaan. Aku malah menyentuh tangannya dengan lembut dan bukannya mendorong tubuhnya. Aku bisa melihat tatapan jiyong berubah dengan drastis. Aku tidak tahu apa yang saat ini dia pikirkan tapi aku ketakutan.

"ji..yong.." kataku memulai walau dengan gugup.

"lepaskan aku.." lantas aku menyingkirkan tangannya di wajahku lalu menjauh darinya.

Dia kembali berdiri namun ekspresi wajahnya kini lebih tenang. Aku menarik napas dalam menenangkan. Lantas menatapnya lagi, aku memberanikan diri berbicara.

"apa yang kau inginkan? Apa ini tentang kejadian itu?" tanyaku gugup.

"aku janji, aku tidak akan mengatakannya kepada siapapun. Aku bersumpah jadi please biarkan aku pergi." kataku memohon. Bagaimana pun aku tidak akan menang jika bersikeras melawannya.

Namun dia tidak berreaksi sama sekali. Sehingga aku buru-buru bangkit berdiri dan berjalan keluar tapi tangan jiyong berhasil menahan tubuhku. Aku sedikit tersentak karena sentuhannya.

Aku mencoba melepaskan tangannya, "lepaskan aku. Aku mohon." tapi dia malah mencengkram tanganku. Aku berbalik kepadanya. "jiyong.. Aku mohon, biarkan aku pergi."

Namun dengan cepat dia malah menarik tubuhku. Tangannya melingkar di pinggangku dengan erat. Dia begitu mencengkramku erat. Tubuh kami seperti menempel satu sama lain.

"jiyong apa yang kamu lakukan cepat lepaskan aku..."

Tapi... "ah..."  mataku melotot menyadari suara desahan yang keluar dari mulutku.

"jiyong...lepaskan!!!" aku mulai histeris dengan tindakannya.

Tapi dia mengulangi aksinya tadi yaitu mencium leherku dengan keras. Mataku menutup dan terbuka merasakan betapa dia menciumku begitu keras dengan paksa.

"jiyong.. Ah.. Ah.. Jiyong.. Stop.."

Semakin aku memberontak cengkramannya semakin kuat. Begitu sesak.

Flawless (Complete❤)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang