#12

1.5K 117 6
                                    

"seungri-ah.." aku menahannya dan menariknya pergi.

Dia tampak shock dan juga marah sekali. Aku mengelus pundaknya dan menenangkannya.

"noona..itu hanya mimpi bukan?" mendadak dia bertanya. Aku hanya menatapnya dengan sedih tanpa mampu menjawab.

"noona..katakan kalau itu mimpi.." dia mencengkram lenganku. " mereka tidak melakukan itu bukan? Aku hanya mimpi kan, noona?"

Aku menggigit ujung bibir menahan tangis. Oh seungri-ah..apa yang bisa aku lakukan untukmu? Saat dia beranjak pergi lagi aku langsung memeluknya dan menahannya untuk pergi.

"no..jangan pergi. Kamu harus tenang dulu.."

Seungri hanya kaku dalam pelukanku namun aku bisa merasakan betapa tegang tubuhnya. Aku mengelus punggung dan kepalanya, "seungri-ah..ingat ini!" kataku memulai, "mereka berdua pasti hanya melakukan kesalahan itu karena mereka mabuk. Tidak lebih dari itu, okay?"

"noona aku sayang jiyong hyung tapi aku juga sayang chaerin" mendengar itu aku pun tak sanggup untuk tidak menangis.

"mianhae seungri-ah.." aku tak bisa melakukan apa-apa selain meminta maaf atas kejadian yang terjadi saat ini.

Setelah seungri tenang aku memintanya untuk tidur di kamar seunghyun. Aku memintanya untuk tidak memikirkan hal ini. Tapi aku sendiri malah tidak bisa tidur. Saat ini aku duduk melamun di sofa ruang tengah. Aku sudah membereskan semua barang-barang yang berantakan dan aku juga sudah meminta youngbae dan daesung untuk pindah ke kamar tamu di lantai atas. Untung saja mereka tidak mengetahui apapun tentang masalah ini.

Aku menoleh ke arah pintu kamar tamu itu saat aku lihat chaerin keluar dengan penampilan yang sangat berantakan. Dia juga tampak sedang menangis, aku bangkit berdiri..

"chae.." dia menoleh kepadaku namun secepatnya berusaha menghapus air mata.

"oh dara..kenapa kamu belum tidur?" tanyanya berusaha bersikap tenang. Tapi aku tidak bisa menerima caranya untuk mengalihkan pembicaraan ini. Segera aku menghampirinya.

"chaerin ada apa?" aku meraihnya namun setelah aku menyentuhnya dia malah langsung memelukku. Dan dia pun menangis...

Aku mengelus punggungnya.. "hei..hei...ada apa??"

Disaat itulah jiyong keluar dari kamar dengan wajah gusar. Dia tampak marah namun aku tak tahu apa yang membuatnya marah. Dia menatapku namun itu hanya sekejap sebelum dia pergi dari tempat itu. Kulihat dia berjalan kelantai atas. Dia begitu angkuh dan tidak memperdulikan apapun.

Sedangkan aku disini berusaha menenangkan chaerin yang sedang tersedu-sedu menangis. Aku memintanya untuk tenang lantas aku membawanya duduk di sofa. Setelah dia tenang, akhirnya chaerin berani menatapku dengan mata bulatnya. Aku mendesah dan menghapus air matanya namun dia merintih.. "aw.." dahiku mengerut melihat ada sebuah bekas luka yang samar.

"chae apa ini?" dia segera menarik tanganku dari wajahnya. Tapi dia tidak membuka mulutnya sama sekali.

"apa jiyong memukulmu, chae?"
Mendadak dia melotot dan menggeleng-geleng. Tapi itu malah meyakinkanku. Aku bangkit berdiri menahan amarah.

"jadi benar dia memukulmu, iya kan?" tanyaku menegaskan. Dia tampak kebingungan dan ketakutan.

"jawab aku!" aku menyudutkannya tapi dia tetap bungkam sehingga membuatku kehilangan kesabaran dan berniat pergi menghampiri jiyong.

Chaerin menahanku, "tidak dara..ini bukan salah dia. Ini salahku.." katanya bersungguh-sungguh.

"aku meminta sesuatu yang tidak mampu ia berikan kepadaku..tapi aku memaksanya.." lanjutnya sambil meneteskan air mata lagi.

Flawless (Complete❤)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang