2 • Keluarga

3.9K 114 8
                                    

          Wajahnya terlihat semakin segar, setelah ia keluar dari kamar mandi yang berada di kamarnya. Ia mengosokkan rambutnya yang basah sehabis keramas dengan handuk kecil berwarna tosca. Cowok itu mengedarkan pandangannya ke penjuru ruang kamarnya ini, kamar yang didominasi dengan warna abu-abu dan putih, dengan desain interior yang klasik. Panji sangat menyukai ruangan ini, baginya kamar ini adalah tempat ternyaman.

Maka dari itu Panji tidak pernah mengizinkan orang asing untuk memasuki kamarnya, hanya orang-orang terdekatlah yang boleh masuk.Tapi beberapa hari ini ia jarang menempati tempat ini karena dia harus menginap di sekolahan. Tahun awal pengajaran, Panji sebagai anggota baru organisasi tentuk disibukkan dengan program kerja. Apalagi beberapa minggu lagi kegiatan yang ia ketuai akan segera digelar.

Dia keluar dari kamarnya dengan memakai kaus berwarna putih serta celana training selutut.

"Udah salat magrib belum Bang?" Seorang wanita berhijab yang usianya hampir 37 tahun itu bertanya pada Panji. Dia adalah Syifa, Ibunda Panji, usianya memang masih muda. Dulu orang tua Panji memang menikah di usia yang masih muda, dan bukan karena hamil duluan, mereka berdua menikah murni karena cinta dan sayang. Syifa melahirkan Panji saat usianya masih 20 tahun.

"Udah Ma." Panji beranjak ke ruang keluarga, terdapat karpet untuk duduk bersantai. Dia mengamati televisi yang menayangkan berita perkembangan Billboard Award.

"Capek ya Bang jadi ketua?" Syifa menghampiri putra sulungnya itu, wajahnya terlihat kelelahan.

"Kalau mau bilang ngga capek sama aja bohong Ma, capek sih emang iya. Tapi udah jadi tugas ya jalanin aja."

Panji tersenyum pada wanita di depannya, di usianya yang hampir berkepala empat, Syifa masih terlihat cantik dan segar. Pikiran Panji selalu berucap, Mama adalah perempuan yang baik dan sabar, maka dari itu wajahnya selalu terlihat cantik.

"Betul Bang, Allah memberikan kita waktu malam untuk beristirahat. Jadi kalau tidur jangan larut malam ya Bang, Mama bakal marah sama kamu kalau tidur kemaleman. Oh ya, sama kalau tidur hpnya dimatikan aja, itu cuman buat tidur kamu ngga nyaman."

Panji merebahkan tubuhnya di atas tikar. "Jadi pengen tidur sekarang Ma."

"Heh, ngga bagus kamu jam segini tidur. Nanti setelah salat isya kamu bisa tidur sepuasnya. Eh ngga juga deh, besok harus bangun tepat waktu."

Seperti seorang Ibu pada umumnya, cerewet. Rasa peduli mereka yang membuatnya menjadi cerewet.

Mereka berdua mendengar suara cekikan dari teras, yang makin lama semakin keras.

"Alika kamu tertawa sama siapa?" Teriak Syifa, Alika adalah adik Panji yang saat ini berusia 5 tahun.

"INI MA, ALIKA DIGELITIKIN." Teriak anak kecil itu, masih diselingi tertawaan.

Lalu munculah dari balik pintu masuk, seorang cowok yang seumuran dengan Panji tengah menggendong Alika.

"BANG PANJI! MAMA! ADA BANG SIRSAT."

Syifa melotot. "Alika ngga boleh ngatain Bang Irsyad. Panggil namanya."

"Susah nyebutnya Ma, enakan Bang Sirsat."

Irsyad menurunkan Alika dari gendongannya ke karpet. "Jahat kamu ya, manggil Abang Sirsat. Mana ada buah seganteng Abang, secara Abang gantengnya nandingin Alan Walker."

Alika hanya diam, umurnya yang masih 5 tahun terkadang susah paham dengan ucapan orang dewasa.

"Bohong, orang nyebut huruf R aja udah bisa. Masa' manggil nama Bang Irsyad aja ngga bisa." Syifa menukas.

"Habis Bang Sirsat suka nakal sama aku, jadinya aku panggil Bang Sirsat. Ma buah sirsat itu enak loh."

Syifa mengusap rambut putrinya itu. "Ngga boleh, kamu harus manggil namanya."

Cold Breath✓ [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang