8 • Gue Benci Sama Lo!

2.1K 73 2
                                    

Kamu itu berharga, meski tidak terlihat. Kamu berharga di mataku.
---

Shilla pikir setelah memilih jurusan IPS dia tak akan lagi berhadapan dengan soal perhitungan. Tidak ada lagi, fisika, matematika peminatan. Dia kira setelah masuk kelas IPS mungkin pelajaran hitungan hanya matematika dasar, yang mungkin hanya akan membahas barisan&deret, bangun ruang, dan aljabar yang merupakan materi ketika masih SMP.

Namun nyatanya, semua tak seindah bayangan Shilla. Ternyata dia harus berhadapan dengan soal-soal ekonomi yang perhitungannya lebih sulit daripada perhitungan invers matriks. Shilla juga heran kenapa teman-temannya pada ngebet ingin melanjutkan kuliah jurusan ekonomi.

Ditatapnya buku paket ekonomi, serta buku tulis yang tulisannya sudah tak karuan. Shilla berhasil mengerjakan 7 dari 10 soal yang diberikan Pak Andi. Menghela napas, dia mengambil ponsel putih miliknya itu. Membuka situs edukasi, siapa tahu ada jawaban untuk soal yang ia bingungkan.

Selesai seluruh soal ekonomi, Shilla bernapas lega. Ia menegakkan tubuhnya, mengamati foto idola yang ia tempel di depan meja belajar, supaya menjadi penyemangat Shilla ketika sedang malas belajar.

Sebuah pesan masuk...

Irena Azrelia : Besok kumpul dance ya, jam 15.15 setelah salat asar langsung ke ruang dance.

Shilla membaca pesan itu, besok rabu kumpul ekskul dance.

"Eh tapi kan besok gue harus latihan basket."

Shilla meraih kembali ponselnya itu, lalu menelpon Irena.

"Halo Ren, gue besok harus latihan basket." Ucap Shilla secara spontan.

"Jam berapa emang?"

"Setengah 4."

"Kumpul dance jam 15.15 gapapa lah besok lo latihan basket telat dikit, mungkin besok dance belum latihan. Paling cuman perkenalan doang."

Shilla meletakkan kembali ponselnya. Benar juga, mungkin telat sedikit tidak apa.

•••

Panas dingin terasa di tubuh Shilla, poninya yang rapi kini berceceran, dan untung saja rabutnya ia ikat. Tubuh Shilla berkeringat tetapi terasa dingin, sudah sepuluh menit ia duduk lesehan di studio dance namun si ketua ekskul tak kunjung datang. Ia lepas almamater sekolah berwarna hitam yang ia pakai. Seragam SMA Taruna Arsa yang seperti seragam sekolahan di Korea atau Jepang.

Kemeja lengan pendek berwarna putih dengan dasi kotak-kotak berwarna merah hitam di kerahnya. Dengan rok kotak-kotak hitam merah yang sama dengan dasinya. Shilla menarik nasi tersebut lalu menaruhkan ke dalam tas. Lagipula ini sudah jam pulang, jadi tak perlu memakai dasi.

Siswa yang mengikuti ekskul ini lumayan banyak sekitar 35an, mulai dari kelas 11-12. Sekarang Shilla tahu, cewek bernama Marissa yang kemarin sewaktu penyambutan Haornas diteriaki oleh para siswa laki-laki. Ternyata dia adalah center dance, pada penampilan kemarin. Marissa sekarang juga ada bersama teman-temannnya tepatnya di barisan paling belakang.

Studio dance ini memang keren ukurannya cukup luas. Lantainya tidak terlalu licin atau kasar, cocok digunakan untuk menari. Dengan dinding kaca untuk mengoreksi setiap koreografi yang salah.

Seorang cowok yang masih mengenakan seragam SMA dengan seorang perempuan yang mungkin usianya sekitar 25 tahun masuk ke studio ini. Cowok itu, yang Shilla tahu dia adalah Gilang ketua ekskul ini, yang kemarin Shilla mengira dia orang jahat.

Cold Breath✓ [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang