Jika melupakan itu susah, maka jangan dilupakan. Kenanglah masa itu dan ikhlaskan apa yang sudah terjadi. Karena pada akhirnya kamu akan bertemu dengan seorang yang membuatmu lupa pada rasa sakitmu dulu, seorang itu yang nantinya akan jadi prioritasmu.
💥💥💥
Motor Panji berhenti di depan toko kue milik Lista-Mamanya Shilla. Atau yang sekarang sudah berevolusi menjadi Ashiro Caffe and Bakery yang diambil dari nama kedua anaknya yaitu Adshilla dan Alfero. Dulu usaha ini hanya toko kue kecil yang pelanggannya hanya penduduk sekitar, karena usaha keras Lista serta bantuan kedua anaknya usaha ini banyak dikenal banyak orang, tidak hanya itu saja toko kue ini sekarang menjadi tempat tongkrongan anak muda.
Apalagi di sore hari ini tampak ramai oleh pelajar dan pekerja yang meneguk secangkir kopi seraya menikmati mentari terbenam yang tampak oranye. Beruntung tempat ini sekarang lebih luas dan memiliki tempat duduk yang banyak agar pelanggan lebih nyaman.
Panji menunggu di meja dekat jendela, ketika ia menoleh maka ia disuguhkan oleh pemandangan jalanan yang ramai kendaraan dan para pejalan kaki di trotoar namun entah bagaimana Panji suka itu apalagi jika dipadukan dengan sinar mentari dari barat.
Shilla membawa dua gelas minuman dingin berwarna coklat. Panji langsung mencomot salah satu minuman itu sebelum Shilla letakkan di meja.
Gadis itu yang terkejut langsung menarik minuman itu dari tangan Panji. "Ih Panji minum yang itu, yang ini tuh punya Shilla."
"Apaan sih sama kali Shill."
"Beda Nji, kalo yang gue bawa ini susu coklat dingin, kalo yang buat Panji es coklat dingin."
"Yaelah gitu aja, kenapa tadi ngga disamain aja." Cowok itu mengambil gelas yang masih di atas nampan itu lalu meneguknya. Shilla ikut duduk dan meneguk susu coklat dingin buatannya.
"Gue kira lo ngga suka susu, makanya gue bikinin lo coklat." Shilla meletakkan segelas minumannya itu di atas meja.
"Gue suka susu kok." Panji kembali meneguk minumannya hanya beberapa tegukan kini minuman itu telah habis. Tangannya mencomot keripik singkong pada stoples yang Shilla bawakan tadi.
Sembari mengunyah keripik, ia mengamati pergerakan Shilla, gadis itu memang tidak diam. Tapi tatapannya kosong. Kesepuluh jari tangan Shilla melingkar pada gelas. Shilla mengamati pemandangan lewat jendela. Pipinya ia kembungkan sehingga bibirnya maju beberapa senti, membuatnya terlihat manis apalagi helai rambut gadis itu terurai di depan telinga.
Panji yang merasa gemas tak segan untuk mencubit benda seperti bakpao itu.
"AWW SAKIT!" Shilla memekik sekaligus melotot tajam pada Panji. "Gila!, lo kasar banget sih."
"Kan gue cuman nyubit, siapa suruh lo punya pipi tembam."
"Nyubit apaan, lo nyubit kek orang nangkep softball. Sakit bego!" Shilla yang tidak terima langsung membalas dengan mencubit secara keras pada pergelangan tangan cowok itu, semakin keras dan sangat keras.
"Ah sakit banget, lepasin." Panji meringis, ternyata tangan Shilla tak kalah keras dengan batu beton.
Ia melepaskan tangan Panji, yang kini tepat di pergelangan tangan kirinya di samping gelang hitamnya itu kulitnya berwarna merah.
"Jahat lo." Panji memincingkan matanya.
"Biarin wlek." Shilla menantang dengan menjulurkan lidahnya.
Panji teringat dengan sesuatu yang ingin dia tanyakan pada gadis di depannya itu. "Lo kenapa sih nglamun aja dari tadi?"
Shilla mendongak menatap pada cowok di depannya itu. "Kenapa lo nanya hal itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Breath✓ [Telah Terbit]
Teen Fiction[Part masih utuh] "Lo punya posisi penting buat gue. Karena lo itu orang yang akan jadi prioritas gue kedepannya!" Ucapan itu penuh penekanan. Bermula dari Adshilla yang gagal ikut ujian basket. Membuatnya harus diprivat seorang ketua cabang olahrag...