Epilog

2.6K 79 42
                                    

AWAL YANG BARU

1 bulan berlalu.

Akhirnya hari ini Panji memutuskan untuk membuka kado ulang tahun pemberian Shilla. Di dalam kamarnya, ia menyimpan paper bag itu dalam lemari paling atas. Perlahan ia mengambil benda itu. Masih bersih dan tidak ada debu, Panji sengaja menyiapkan tempat yang aman.

Hari ini tempat satu bulan setelah kepergian Shilla ke Jogja. Umur Panji sudah 17 tahun lebih 1 bulan. Ia sekarang sudah duduk di bangku kelas 12. Beberapa kegiatan sekolah telah ia kurangi karena sebentar lagi UNBK. Dan harus fokus mencari universitas yang akan ia pilih untuk melanjutkan belajarnya.

Dengan penuh keyakinan Panji membuka tutup kado itu yang berwarna abu-abu. Di dalamnya ada 4 kotak kecil berjejer rapi. Warna biru, merah, oranye, dan hijau. Semoga saja Shilla tidak mengerjainya, mengingat sifat Shilla yang suka bikin prank.

---

Ia mengambil kotak berwarna biru. Tidak terlalu berat, ia perlahan membuka. Diambilnya benda itu keluar. Sebuah miniatur bola basket yang berada di dalam kaca. Bentuknya sangat keren. Yang membuat keningnya berkerut. Ada surat di bawah benda itu.

"Gue sebel sama Panji! Suka marah-marah, galak, judes, dan ngga punya hati. Hahaha, dulu aku suka ngumpat kayak gitu. Habis kamu kalau privat aku basket suka ngehukum lari, mana jauh banget lagi. Tapi Shilla seneng kok, karena itu Shilla jadi kenal Panji lebih dalam. Karena Panji juga Shilla jadi bisa main basket. Aku ngga akan pernah lupain itu semua. Terima kasih... Panji.

Oh ya, meski Panji ngga bercita-cita jadi atlet basket. Tapi Panji tetap main basket ya, kamu keren kalau main basket, tambah ganteng. Eh ngga itu juga sih, biar sehat juga hehehe."

Panji tertawa. Ia senyum-senyum sendiri mengingat kejadian setahun yang lalu. Shilla memang bisa membuatnya tersenyum tanpa sebab. "Sama-sama, aku seneng ngajarin kamu basket. Meski kamu suka telat. Sekarang aku masih sering main basket. Banyak cewek-cewek yang ngincer aku di sekolahan, kamu ngga takut?"

---

Selanjutnya ia mengambil kotak berwarna merah. Sangat ringan, saat dibuka Panji langsung tersenyum. Ada gantungan berbentuk tomat yang terbuat dari bahan keramik. Bentuknya kecil, ia megangkat benda itu. Sifat Shilla sekali, di bawahnya ada surat.

"Panji masih ingat kan? kalau Shilla suka makan tomat. Tomat bagus buat kesehatan, Panji jangan lupa makan tomat juga. Kemarin bukunya udah dibaca? Udah bertanam tomat belum? Semoga udah, entar kalau udah mateng aku minta ya...."

Tangan Panji sedikit gemetar memegang surat itu. "Udah, aku udah bertanam tomat sendirian lagi. Yang pertama gagal, tapi yang kedua bisa hidup tanamannya. Doain semoga bisa berbuah." Ia menarik napasnya. "Gimana kamu mau minta? Kamu aja ada disana." Ia tertawa, gadisnya itu memang konyol.

---

Kotak yang ketiga adalah berwarna oranye. Sedikit agak kuning warnanya, sama seperti warna bulan. Ia membukanya, semburat senyum kembali terbentuk di bibirnya. Sebuah miniatur bintang yang terbuat dari kayu berawarna coklat klasik, ada glitter yang membuat bintang berkelap.

"Malam itu setelah kita pulang dari Depok. Panji ngajak aku ke rooftop buat lihat bintang sama city light. Tapi Shilla lebih suka bintang, karena ketika Shilla kangen sama Papa Shilla selalu lihat bintang."

"Iya Shilla, malam itu. Saat kamu nangis, aku pinjamin bahu buat kamu. Bahkan jika kamu masih disini aku akan tetap kasih bahu aku buat kamu."

---

Cold Breath✓ [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang