34 • Di Kantin Kelas 11

1.7K 66 0
                                    

          Shilla menutup kembali pintu rumahnya. Dengan wajah yang masih berseri-seri ia berjalan menuju kamarnya secara pelan-pelan. Tapi langkahnya terhenti begitu melewati kamar Mamanya. Pintu kamar Lista terbuka. Shilla mengintip dari ambang pintu. Wanita itu terlihat sedang meminum obat dengan segelas air. Lalu dia duduk di kasur sembari memijiti kakinya. Shilla urungkan niatnya untuk ke kamarnya.

Dia berjalan mendekati Mamanya. "Baru pulang Shiil." Lista melihat penampilan Shilla yang masih mengenakan dress tadi dan sling bag melekat di bahunya.

"Iya Ma, tadi sekalian jenguk temanku yang sakit sama Panji." Shilla melepaskan sling bag-nya dan menaruhnya di nakas. Ia duduk di kasur mendekati Lista.

"Mama capek? Biar Shilla pijitin ya." Shilla memperhatikan wanita itu. Wajah yang terlihat lelah

"Ngga usah Shill. Kamu mandi aja dulu."

Shilla membenarkan posisi duduknya menjadi bersila. "Ngga Ma, nanti aja. Shilla pengen deketan sama Mama." Tangannya terulur mengambil hot in cream, memoleskannya pada kaki Mama. Dengan penuh kasih sayang ia memijitinya.

Lista menikmati itu. "Pijatan kamu di kaki Mama rasanya enak banget banget. Persis seperti nenek kamu, beliau jago mijit."

"Tapi Shilla ngga mau jadi tukang pijit loh Ma." Ia memoleskan kembali krim itu. "Shilla cuman mau jadi tukang pijit buat keluarga. Buat Mama, Abang, dan Suami atau anak Shilla nanti."

"Masih kecil udah mikirin suami."

"Tahun depan kan, Shilla udah punya KTP. Jadi Shilla udah gedhe. Emang mikirin suami sejak dini ngga boleh? Kan lagi mikirin belum praktikin."

"Boleh, asal jangan ganggu kegiatan sekolah."

Tatapan mata Shilla jatuh pada meja kecil. Tempat itu berisi obat serta air mineral. "Mama kok sekarang sering minum obat. Mama sakit ya?"

Lista menoleh pada meja itu. "Oh itu, cuman vitamin. Mama kan sering kerja sampai larut, minum vitamin biar stamina Mama tetap terjaga."

Shilla terlihat ragu, jika itu vitamin kenapa banyak sekali. Ia kenal Mama, beliau bukan tipekal orang yang suka minum obat. Beliau lebih suka makan buah dan sayur daripada tablet vitamin. Segala kemungkinan berkecamuk di pikirannya.

"Hei, kok malah ngelamun sih. Kamu buruan mandi. Makasih udah pijitin Mama."

Ucapan itu membuayarkan lamunan Shilla. Ia bangkit berdiri untuk keluar dari kamar ini. Sesampainya di kamarnya sendiri, ia ke kamar mandi untuk membersihkan diri. selesai mandi ia merebahkan tubuhnya di kasur. Ia mengambil ponselnya untuk membalas pesan dari Panji dan teman-teman kelasanya.

Tiba-tiba ada pesan masuk dari seseorang.

ArikoAxel : Shill, gue Axel add back ya 😊

Chilla Anakara : Oke, dapat nomor gue dari siapa?

Tidak ada balasan karena tiba-tiba ponselnya berdering pertanda panggilan masuk. Dari Axel, dengan ragu ia menangkatnya.

"Halo Shilla, gue nelpon ganggu ngga nih." Suara Axel dari sana terdengar ragu.

Shilla bangkit dari posisi berbaringnya. "Ngga kok, gue lagi ngga ada kerjaan."

"Cowok lo ngga lagi di samping lo kan?"

Gadis itu mengerutkan keningnya. "Cowok gue? siapa?"

Axel terdengar tertawa. "Si Panji lah siapa lagi."

Ia sebenarnya malas membahas hal ini kepada orang lain. "Gue bukan pacar dia."

"Kenapa? Dia ngga pernah bilang perasaannya ke elo ya?"

Cold Breath✓ [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang