PART 14

39.6K 3.9K 48
                                    


Jungkook kalang kabut. Sudah hampir senja tapi sang maid belum juga kembali ke ruangannya semenjak izin pergi ke kamar mandi. Pria itu sudah menyuruh salah satu pegawai wanitanya untuk memeriksa kamar mandi wanita, takut-takut Seolhee mungkin terjatuh dan tidak sadarkan diri. Mungkin saja bukan? Seolhee itu bodoh dan ceroboh. Tapi sayangnya gadis itu tidak ada. Pergi entah kemana.

Langkah kaki pria itu tergesa-gesa, mencari gadisnya hingga ke segala sudut. Jungkook terus berpikir kemana perginya Seolhee, tidak mungkin bukan di kantornya ada penculik. Perusahaan pria itu jelas memiliki sistem keamanan yang kuat, tidak mungkin ada seorang pun yang akan menculik Seolhee. Kecuali jika gadis itu benar-benar pergi atas keinginannya sendiri.

"Pergi kemana kau, Seolhee.." gumamnya.

Kaki Jungkook hampir kembali menuruni anak tangga darurat, takut-takut Seolhee ada di sana tapi terhenti karena melihat sang maid yang berjalan menunduk ke arah tangga, menaiki anak tangga yang sama dengan Jungkook.

"Seolhee!"

Pekikan tajam Jungkook mengembalikan kesadaran Seolhee yang sedari tadi berjalan dengan melamun seolah-olah kehilangan jiwanya. "T-tuan?"

Tanpa pikir panjang Jungkook berlari menuruni anak tangga menghampiri gadis yang sedari tadi ia cari dan khawatirkan. Hingga setibanya di hadapan Seolhee, pria itu mencengkram kuat pergelangan tangan sang gadis, menyentak dan mendorongnya hingga menubruk dinding yang berada di belakangnya dengan tubuh Jungkook sebagai penghalagnya.

"Kemana saja kau, Seolhee! Kau hampir membuatku mati berdiri karena mencarimu yang tiba-tiba menghilang, sialan!" Jungkook tidak bisa mengendalikan emosinya. Rasa khawatirnya pada Seolhee terlalu tinggi. Takut gadisnya pergi menghilang dan Jungkook tidak bisa menemukannya.

Seolhee terperangah. Jantungnya berdegup kencang mendengar bentakan kencang sang tuan. Seolhee takut. Teramat takut hingga sulit rasanya untuk bersuara. Tadi gadis itu berniat pergi sebentar menenangkan diri di taman yang ada di dekat kantor Jungkook, tapi Seolhee justru tertidur karena sehabis menangis.

"M-maaf tuan. S-saya-"

"Tidak bisakah kau berhenti membuat orang khawatir terhadapmu! Sampai kapan kau aka bersikap begini? Ceroboh, bodoh, dan menyusahkan! Gunakan otak kecilmu itu, Seolhee!" bentak Jungkook kembali.

Tubuh Seolhee bergetar hebat. Sebelumnya ia tidak pernah dibentak atau dimarahi seperti ini, bahkan almarhum Ayahnya pun tidak pernah. Tapi kali ini Seolhee harus menerima bentakan dari Jungkook, pria yang sempat ia taruh perasaannya. Rasanya ternyata lebih menyakitkan jika dibentak oleh pria yang dicintai.

"Maaf tuan. M-maafkan saya.. saya berjanji tidak akan menyusahkan tuan lagi. Tolong maafkan saya kali ini," lirih Seolhee, kepalanya ia tundukkan, mati-matian menahan air mata yang mendesak ingin keluar.

Tidak, Seolhee tidak boleh terlihat cengeng di depan sang tuan. Tidak ingin mendapat predikat jelek lainnya.

Jungkook mendesis frustasi, sebelum akhirnya melepaskan tubuh Seolhee dari kurungannya. "Pulanglah. Minta supir untuk mengantarmu. Aku akan pulang larut," ujarnya lalu pergi begitu saja. Tidak ingin menatap Seolhee, takut amarahnya kembali menguasanya dirinya.

Dengan perlahan Seolhee berbalik arah. Berjalan menuju pintu keluar dengan perasaan kacau luar biasa. Dalam hatinya terus merutuk kata-kata makian untuk dirinya sendiri; benar kata tuan. Kau itu ceroboh, bodoh, dan menyusahkan Seolhee! Mengapa kau tidak sadar diri? Gadis sepertimu tidak akan pernah cocok jika bersanding dengan tuan Jungkook yang sempurna. Kau terlalu naif Seolhee!

***


Jungkook melangkah pelan memasuki apartemennya. Setelah tadi membentak Seolhee, pria itu mengutuk keras tindakan jahatnya. Jungkook benar-benar merasa bersalah pada Seolhee karena membentak juga memakinya dengan kata-kata kasarnya. Tidak seharusnya ia bersikap begitu, hanya saja Jungkook benar-benar tidak bisa menahan rasa takut juga khawatirnya pada sang gadis.

Begitu masuk, lampu apartemennya telah di matikan semua. Tidak seperti biasanya. Karena biasanya lampu akan selalu menyala dengan Seolhee yang menungguinya di ruang tengah hingga ketiduran. Tidak jarang Jungkook harus memindahkan tubuh Seolhee ke kamarnya. Tapi kali ini tidak, tidak ada sang gadis yang menungguinya.

Jungkook memutuskan untuk ke meja makan, kali-kali saja sang gadis menungguinya di sana. Tapi sekali lagi, tidak. Seolhee tidak ada. Hanya ada makan malam dengan secarik kertas kecil bertuliskan tangan Seolhee.

Tuan, saya sudah menyiapkan makan malamnya. Kamar tuan juga sudah saya bersihkan. Maaf tidak bisa menunggui tuan pulang, saya benar-benar mengantuk. Selamat malam.

-Seolhee

Baiklah Jungkook mengerti. Gadis itu juga mungkin belum siap untuk bertemu dengannya lagi setelah apa yang Jungkook lakukan padanya hari ini.

"Hah... maafkan aku Seolhee."

***


Matahari belumlah benar-benar menunjukkan sinar cerahnya, tapi Seolhee sudah terlebih dahulu bangun dan bersiap-siap memulai rutinitas paginya. Membereskan apartemen sang tuan, memasak dan terakhir menyajikannya di meja makan. Dengan gugup Seolhee menunggu sang tuan turun dari kamarnya- yang gadis itu yakini sebentar lagi.

Tepat seperti dugaan Seolhee, sang tuan berjalan menuruni anak tangga dengan tangan yang menenteng tas kerjanya. Dengan segera Seolhee menundukkan kepalanya, menyambut sang tuan sebaik mungkin seolah-olah kemarin tidak terjadi apapun. "Selamat pagi tuan. Sarapannya sudah siap. Silahkan dinikmati," ujarnya lalu berlalu kembali ke dapur.

"Kau mau kemana?" tanya Jungkook, seperti biasanya pria itu pasti akan menyuruh Seolhee untuk duduk dan menemaninya makan. Tapi sepertinya kali ini tidak akan pernah terjadi lagi.

"Saya harus kembali bekerja tuan. Mulai sekarang saya akan lebih menjaga batasan sikap saya. Tidak sepantasnya maid seperti saya makan satu meja dengan tuan."

"Tapi-"

"Jika tuan tidak menyetujuinya, saya akan segera mengirimkan surat permohonan pertukaran maid kepada Ny. Jeon. Saya akan kembali ke Busan dan bekerja sebagai buruh kebun di sana," ujar Seolhee memotong perkataan sang tuan.

Katakanlah Seolhee gila. Menukarkan jabatan maidnya hanya untuk pekerjaan buruh kebun yang pekerjaannya jauh lebih berat. Tapi setidaknya gadis itu bisa merasa lebih tenang. Tidak perlu lagi merasakan sakit di hati saat melihat wajah tampan sang tuan. Tapi demi uang sekolah kedua adiknya, Seolhee memilih untuk bertahan. Seolhee memang ceroboh dan bodoh tapi ia ingin menjadi kakak yang baik, membayarkan biaya sekolah adik-adiknya agar keduanya tidak menjadi bodoh seperti dirinya.

Untuk beberapa saat Jungkook termenung. Pria itu tidak bisa membayangkan gadis mungilnya bekerja berat memanggul hasil perkebunan yang jelas sangat berat. Tidak, Jungkook tidak bisa melihatnya.

"A-aku akan makan sendiri," putus Jungkook pada akhirnya.

Seolhee terseyum tipis mendengar keputusan sang tuan. Sepertinya gadis itu harus menahan sedikit lebih lama rasa sakitnya. "Terima kasih, tuan."

[]

MY INNOCENT MAID ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang