Jungkook berjalan dengan lunglai, tubuh dan kepalanya terasa sakit karena harus dipaksa bekerja tanpa istirahat. Begitu memasuki rumah minimalisnya, lampu telah dipadamkan, tidak ada sang gadis yang biasanya selalu menungguinya pulang terduduk di sofa tengah. Jungkook menghembuskan nafasnya pelan, pria itu memang menyuruh Seolhee untuk tidur terlebih dahulu dan tidak menungguinya, tapi sejujurnya ia juga ingin disambut gadisnya dengan senyuman kecil atau wajah polosnya ketika tertidur di sofa.
Kakinya ia langkahkan menuju kamarnya, sedikit berharap jika sang gadis belum tertidur. Tapi harapan tinggal lah angan, Seolhee telah tertidur dengan memunggunginya. Perlahan Jungkook mendekati gadisnya, menatap lekat wajah yang selalu ia rindukan sebelum mengusap surainya dengan lembut.
"Hey, aku pulang. Seharian ini apa saja yang kau lakukan hingga cepat sekali tertidurnya? Apa kau melakukan pekerjaan berat?" bisiknya pelan, berusaha untuk tidak mengganggu tidur nyenyak Seolhee. Tangan kanannya berusaha menyingkirkan sedikit anak surai yang menghalangi wajah sang gadis, mengusap sayang kedua belah pipi yang sering menyembulkan rona merah dan berujar lirih, "Tidurlah. Mimpikan aku, sayang."
Setelahnya Jungkook beranjak berdiri, ia harus segera membersihkan diri. Sekitar tiga puluh menit Jungkook sudah kembali dalam keadaan yang lebih segar, kakinya hampir melangkah menuju ranjang hangatnya tapi terhenti dengan sendirinya. Jungkook terlihat ragu untuk tidur di samping Seolhee, ada perasaan yang menahannya untuk berdekatan dengan sang gadis.
"Tidak, aku tidak boleh tidur satu ranjang dengannya. Terlalu berbahaya, aku akan gagal menahan pertahananku," ujarnya lirih. Mata bulatnya memandang penuh memuja punggung kecil Seolhee, dalam diam Jungkook mengumpat karena merasa tidak tahan jika hanya tidur dengan gadisnya. Pria itu bisa saja berbuat yang tidak-tidak pada gadisnya selama ia tertidur.
"Aku akan tidur di tempat lain," ujar Jungkook sebelum benar-benar pergi meninggalkan kamarnya, tidak mengetahui jika sedari tadi gadis yang ia maksud tidaklah benar-benar tertidur. Seolhee masih terjaga, ia hanya pura-pura tidur.
Satu tetes air mata mengalir membasahi pipi Seolhee begitu Jungkook menutup pintu. Gadis itu kembali mengingat hal yang ia temukan dalam ruang kerja prianya siang tadi. Sejujurnya Seolhee ingin bertanya pada Jungkook, sekedar mendengarkan penjelasannya mengapa ia masih menyimpan banyak kenangan dirinya dengan Hana. Tapi Seolhee terlalu takut, teramat takut jika mendapatkan fakta bahwa Jungkook masih menyisihkan tempat di hatinya untuk cinta pertamanya.
Begitu keluar dari kamar, Jungkook segera berjalan menuju kamar lain tapi ia urungkan begitu melihat pintu ruang kerjanya. "Aku lelah, tapi kupikir masih bisa mengerjakan beberapa berkas." Kakinya melangkah menuju ruang kerjanya, malam ini Jungkook ingin kembali lembur. Alasannya hanya satu, ia ingin memiliki banyak waktu dengan Seolhee nantinya.
Saat memasuki ruang kerjanya, Jungkook sedikit terpana oleh kerapihan ruangannya. Para pekerja suruhannya begitu bagus dalam merawat rumah minimalisnya. Tapi semuanya luntur begitu melihat pigura besar masa lalunya masih terpajang dengan begitu apiknya di tengah-tengah dinding. Umpatan kasar langsung keluar begitu saja dari bibirnya, "Sial, mereka belum membuangnya?! Bagaimana jika Seolhee melihatnya, ia pasti akan salah paham."
Dengan cepat Jungkook segera menurunkan pigura besar yang menggambarkan wanita pertamanya, menaruhnya pada salah satu kardus kosong untuk nantinya ia buang atau jika perlu akan ia bakar. Jungkook tidak ingin kembali teringat gadis masa lalunya, sekarang ia hanya akan memikirkan Seolhee seorang.
Selesai dengan urusan kecilnya, Jungkook segera menduduki dirinya pada kursi kerjanya, ia harus segera menyelesaikan berkas-berkasnya. Tapi lagi-lagi iris gelapnya justru tertuju pada tiap bingkai foto Hana yang berjejer rapih mengisi meja kerjanya, ditambah sebuah kotak kecil beludru berhasil menarik perhatiannya. Hilang sudah keinginannya untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.
Tangannya terulur untuk mengambil dan membuka kotaknya, memandang isinya dengan masam sebelum berujar penuh penekanan, "Aku dulu begitu mencintaimu, Han. Kau tahu, aku bahkan mempersiapkan ini semua hanya untukmu. Kau gadis pertama yang berhasil mengacaukan isi pikiranku, mengosongkannya dan menggantikannya dengan namamu. Hanya namamu yang selalu kusebut dalam doa malamku, berharap jika kaulah takdirku."
Deg~
Kaki Seolhee melemas bersamaan dengan setiap rentetan kata, curahan hati Jungkook. Dalam diam Seolhee menyesali keputusannya untuk mencari prianya dan bertanya perihal apa yang ia lihat dalam ruang kerja Jungkook. Sekarang tidak perlu lagi bertanya, Seolhee sudah mendapatkan jawabannya. Gadis itu hanyalah singgahan sementara pria itu, bukan pelabuhan terakhirnya.
Tanpa menimbulkan suara, Seolhee kembali berjalan ke arah kamarnya. Tidak ingin kembali mendengarkan kelanjutan pembicaraan sang tuan.
"Tapi sekarang kau tidak berarti apapun untukku, Han. Maaf, tapi aku harus membuangmu," ujar Jungkook sebelum melemparkan kotak berisikan cincin ke kardus yang akan ia buang nanti, bersama pula dengan seluruh foto-foto Hana yang ada di meja kerjanya.
"Cah... sekarang sudah bersih, mungkin nanti aku akan memenuhinya dengan wajah gadis bodohku," ucapnya disertai kekehan kecilnya.
***
Sinar pagi kembali menyapa, sangat cerah tapi tidak secerah hati Seolhee. Gadis itu membuat sarapan dalam diam, tidak ada senyum yang biasanya selalu terukir di bibirnya. Seolhee sudah tidak tertarik lagi dengan negara indah ini, ia ingin segera pulang ke Korea dan kembali menjalankan rencana awalnya untuk keluar dari pekerjaan ini. Seolhee tidak ingin lagi bekerja sebagai maid Jungkook, tidak ingin kembali mendapatkan luka di hatinya. Salahkan ia yang terlalu bodoh mengartikan perasaan Jungkook menjadi sebuah cinta, nyatanya pria itu tidak benar-benar mencintainya.
"Sial, aku terlambat!" suara umpatan beserta langkah terburu-buru terdengar dari arah belakang punggungnya. Gadis itu melihat bagaimana sibuknya Jeon Jungkook berjalan ke arahnya.
"Seolhee, maaf aku tidak sempat sarapan. Aku terlambat bangun. Aku berangkat, hati-hati di rumah. Ah satu lagi, jangan bekerja yang melelahkanmu, mengerti. Istirahatlah, aku akan pulang malam lagi," ucap Jungkook dengan cepatnya dan berlalu begitu saja meninggalkam Seolhee yang masih diam membatu.
Bibir Seolhee terangkat, menampilkan senyum tipisnya. "Tubuhku tidak lelah, oppa. Tapi hati ini lah yang teramat lelah." Bulir bening air matanya kembali menetes, kepalanya mendongak ke atas berusaha menahannya untuk tidak kembali membasahi kedua belah pipinya. Sudah cukup semalaman ia menangis dalam diam.
"Oppa, ayo kita akhiri ini semua. Aku akan pergi."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
MY INNOCENT MAID ✓
Fanfiction[BOOK 2 THE SWEETEST SERIES] Tentang Jeon Jungkook si tuan rumah yang begitu senang membodohi maid pribadinya. ❝Tolong pakaikan aku baju. Ini perintah, jika kau tidak ingin mendapatkan hukuman maka cepat lakukan.❞ © Yourjackal 2018