"Oppa, turunkan!"
"Tidak akan."
"Oppa..."
"Berhenti berbicara atau kita akan menghabiskan hari ini hanya di atas ranjang. Tapi jika itu memang yang kau mau, tidak apa. Aku malah senang."
Seolhee mengerucutkan bibirnya. Seharian ini Jungkook tidak membiarkannya pergi tanpa dibopong oleh pria itu, beralasan karena semalam baru saja menyakiti organ vitalnya. Tapi tetap saja, Seolhee merasa amat tidak nyaman harus selalu merepotkan suaminya. Wanita itu bahkan ingat bagaimana sulitnya ia memaksa Jungkook untuk keluar dari kamar mandi karena pria itu ingin memandikannya. Gila, memangnya ia bayi?
"Cah, duduk diam di sini. Oppa akan memasakkan makanan untukmu," ujar Jungkook setelah berhasil membawa tubuh istrinya untuk terduduk di kursi meja makan dan segera berlalu pergi ke dapur.
Seolhee hanya mengangguk, membiarkan Jungkook melayaninya hari ini bak putri raja. Toh Jungkook sendiri yang memaksa ingin melakukannya.
Dari jauh Seolhee melihat bagaimana lucu dan sibuknya Jungkook mengolah bahan-bahan makanan. Bibir tipis suaminya sesekali menggerutu karena tidak begitu pandai memasak. Terlihat menggemaskan tetapi tetap tampan.
Seolhee tidak marah atas perlakuan kejam Jungkook kemarin. Kenyataannya Seolhee memang terlalu bodoh dan lemah jika sudah berurusan dengan pria yang dicintainya. Seolhee hanya berharap Jungkook dapat selalu mempercayainya mulai sekarang.Kurang dari satu jam, meja makan telah terisi dengan berbagai makanan hasil masakan seorang Jeon Jungkook. Dari penampilannya tidak begitu meyakinkan, beberapa ada yang terlihat sedikit gosong, atau terlalu lembek untuk disebut sebuah makanan.
"J-jangan dilihat dari penampilannya," ujar Jungkook sedikit memegang ujung rambutnya, sedikit merasa malu dengan hasil karyanya sendiri. "Coba rasakan saja. Ku pikir rasanya tidak terlalu buruk, tapi jika kau tidak mau, tidak apa. Jangan dimakan, kita bisa delivery saja."
"Tidak. Aku akan memakannya," jawab Seolhee cepat. Ia tidak akan membiarkan masakan suaminya terbuang sia-sia, sekali pun rasanya tidak enak.
Tangan Seolhee dengan cekatan langsung menyiapkan piring berisi nasi untuk dirinya dan tentunya untuk sang suami juga. Mengisinya dengan berbagai lauk pauk yang memiliki penampilan buruk itu.
Satu sendok telah masuk ke dalam mulut Seolhee, perempuan itu mengunyahnya secara perlahan. Sementara Jungkook justru terdiam di sampingnya, memperhatikan setiap perubahan ekspresi wajah Seolhee.
"B-bagaimana, tidak enak, ya? Jangan dimakan, kita pesan makanan di restoran depan saja."
Jungkook hampir saja berdiri dari kursinya, tapi tangan Seolhee sudah terlebih dahulu menahannya. Menyuruhnya untuk kembali duduk sementara ia menyelesaikan kunyahan makanan di mulutnya.
"Jangan. Tidak perlu membeli makanan di luar. Ini cukup enak untuk dimakan. Tidak terlalu buruk," ujar Seolhee mengeluarkan pendapatnya.
"Benarkah?"
Seolhee mengangguk. "Ya. Hanya sedikit asin dan pahit karena pinggiran telurnya hangus."
Jungkook berdecak kesal, bisa-bisanya Seolhee masih memakannya dengan rasa makanan seperti itu.
"Ck, sudah ku bilang jangan dimakan. Kau akan sakit perut, Seolhee."
"Aniya. Aku akan tetap memakannya. Jika oppa tidak mau, biar aku yang menghabiskannya."
Jungkook hanya mampu menggelengkan kepalanya, membiarkan Seolhee memakan masakan setengah gosongnya. Istrinya terlalu keras kepala.
"Seo, kenapa waktu itu kau pergi dari rumah tanpa memberitahuku?"
Sekian lama, akhirnya pertanyaan itu terucap juga. Seolhee sempat terdiam sebentar, menimbang-nimbang apakah ia harus menjelaskan perihal foto yang ditemukannya di ruang kerja Jungkook atau tidak.
"Seolhee..."
"Y-ya?"
"Kita sudah berjanji untuk saling terbuka, kan? Jadi ceritakan semuanya padaku sekarang, sayang."
Seolhee membasahi bibir bawahnya sejenak. Benar, ia harus menceritakan semuanya pada Jungkook—suaminya.
"Aku, menemukan pigura besar di ruang kerja oppa. Gambar seorang wanita cantik yang sempat mencuri hati oppa. Aku juga menemukan sebuah cincin dan surat kecil di antara bingkai foto yang memenuhi meja kerja oppa."
"S-seo..." Jungkook tercekat, tidak menyadari jika sedari awal Seolhee telah mengetahui semuanya.
"Aku juga mendengar jika oppa masih mencintai wanita itu. Oppa membeli rumah indah di negara cantik ini hanya untuknya. Merencanakan sebuah pernikahan cantik untuk Hana eonni." Seolhee tersenyum tipis, menjelaskan semuanya sedikit membuat hatinya terasa nyeri. "Jadi aku memutuskan untuk pergi. Aku tidak lagi menyukai negara cantik ini. Spanyol terlalu penuh luka. Setidaknya jika aku kembali ke Seoul, masih ada keluargaku yang akan membantuku melupakanmu, oppa."
"Seolhee...," panggil Jungkook dengan lirihnya. Matanya dapat melihat sirat terluka dari pandangan istrinya, ia terlalu banyak menyakiti Seolhee. Tanpa kata, Jungkook langsung memeluk tubuh mungil istrinya, mendekapnya dengan pelukan hangat. "Maafkan aku, Seolhee. Semua tidak seperti yang kau pikirkan, sayang. Hana hanya masa laluku. Semua kenangan itu belum sempat aku bereskan karena aku terlalu sibuk memikirkan cara untuk membawamu kemari. Aku mencintaimu, sayang. Hanya dirimu, Jeon Seolhee."
"O-oppa..."
Jungkook melepaskan dekapannya, mengelus pelan kedua belah pipi wanitanya.
"Aku akan membereskan semuanya sekarang, Seolhee. Tidak akan ada lagi kenangan tentang wanita itu."
Setelah mengatakan hal itu, tindakan pertama yang dilakukan Jungkook adalah menghubungi satu-satunya orang yang akan mengurus semuanya. Teman sekaligus pekerjanya yang akan dengan setia menjalankan perintah Jungkook meskipun harus disertai umpatan pedasnya.
"Yeo—"
"Tolong kau urus penjualan rumahku di Spanyol secepat mungkin. Jika tidak bisa, bakar saja bersamaan dengan bingkai foto Hana yang ada di kardus besar ruang kerjaku."
Seolhee membolakan kedua matanya. Rumah ini, dibakar?
"Kau gila?!"
"Tolong urus juga tiket kepulanganku dengan Seolhee ke Seoul."
"Apa?! Kau ingin kembali bersama wanitamu, sementara aku mengerjakan pekerjaan sialanmu itu di sini seorang diri!"
"Kerjakan saja sekarang atau kau ku pecat, Kim Mingyu-ssi."
"Yak!!!"
Tut... tut...
Jungkook mematikan sambungannya sebelum sahabatnya itu semakin berteriak kesal. Tidak sopan memang, tapi apa salahnya? Jungkook bebas memerintah bawahannya termasuk sahabat berkulit gelap yang tidak tahu diri itu.
"Oppa, kita akan pulang sekarang? Rumah ini—"
"Ya, kita akan pulang sekarang, Seolhee. Bukankah aku sudah bilang tidak akan melukai perasaan istriku lagi, hm? Jika kau membenci rumah dan negara ini, maka aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku kemari lagi," ucap Jungkook memotong ucapan Seolhee. "Aku bisa membangun sebuah istana megah di negara indah impianmu tanpa bayang-bayang wanita masa laluku itu. Kita akan tinggal berdua di sana, ah tidak, bukan berdua. Tapi bertiga, berempat atau sebanyak apapun kau menginginkan putra-putri lucu dariku. Kita hanya akan hidup bahagia dengan keluarga kecil kita nanti."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
MY INNOCENT MAID ✓
Fanfic[BOOK 2 THE SWEETEST SERIES] Tentang Jeon Jungkook si tuan rumah yang begitu senang membodohi maid pribadinya. ❝Tolong pakaikan aku baju. Ini perintah, jika kau tidak ingin mendapatkan hukuman maka cepat lakukan.❞ © Yourjackal 2018