Seolhee terbangun rasa nyeri luar biasa pada beberapa bagian tubuhnya, membuatnya hampir saja mengerang kesakitan jika tidak ingat bahwa ada suaminya yang sedang tertidur nyenyak di sampingnya. Jeon Jungkook masih terlelap pulas dengan kedua lengan yang melingkari perut ramping istrinya, menahannya untuk tidak pergi kemana pun.
Bibir pucat Seolhee tersungging ke atas begitu melihat wajah polos suaminya, Jungkook benar-benar terlihat berbeda jika sedang tidur. Tangan ringkih wanita itu terulur mengusapi lembut kening Jungkook, menyingkirkan beberapa helai anak surai yang menutupi wajah tampannya.
Beberapa puluh menit hanya digunakan Seolhee untuk mengagumi paras tampan Jungkook—pria yang kini telah menyandang status sebagai suaminya, kendati pernikahan keduanya terkesan sebagai sebuah pemaksaan dan terburu-buru, Seolhee tidak mempermasalahkannya. Ia teramat mencintai Jungkook.
"Aku mencintaimu juga, oppa. Tidak peduli seberapa kasar dan jahatnya oppa memperlakukanku tadi malam, aku tetap mencintaimu. Aku tahu, oppa adalah orang yang baik. Terima kasih telah menerima perempuan rendah dan miskin seperti diriku," bisik Seolhee, mengecup singkat kening Jungkook sebelum berusaha beranjak berdiri dari ranjangnya. Wanita itu harus segera membersihkan kekacauan dan menyiapkan sarapan sebelum suaminya bangun. Seolhee tidak ingin gagal dalam melayani suaminya, menjadi seorang istri yang dapat dibanggakannya.
Tapi sungguh sial rasa nyeri yang menyerang pangkalan pahanya, kakinya begitu terasa lemas saat digunakan untuk berpijak, menyebabkan Seolhee terjatuh dari ranjang dengan suara yang cukup nyaring.
"Akh!"
Seolhee berusaha meredam suara kesakitannya dengan cara menggigit kembali bibirnya yang telah terluka, menyebabkan luka yang belum begitu kering harus kembali terbuka dan menimbulkan rasa besi karat. Semuanya ia lakukan karena tidak ingin mengganggu tidur nyenyak pria yang begitu dicintainya, tapi Tuhan sepertinya punya rencana lain. Jeon Jungkook yang biasanya begitu sulit untuk dibangunkan, kali ini begitu mudah terbangun hanya karena mendengar suara rintihan kecil istrinya.
"Seolhee!" Jungkook memekik begitu matanya terbuka dan melihat istrinya telah terjatuh dari ranjangnya.
Dengan cepat pria itu segera menghampiri istrinya, mengabaikan jika tubuhnya masih sama-sama polos.
"Sial, kau kenapa, Seolhee?" Jungkook mengangkat tubuh wanitanya, merebahkannya kembali ke ranjang hangatnya. "Kau tidak berencana ingin kabur, kan?" tanyanya dengan mata yang menatap tajam.
Seolhee gugup, tapi segera menyangkal tuduhan suaminya, "Tidak. Aku tidak berencana seperti itu. A-aku hanya ingin mandi," bisiknya. Sedikit malu mengucapkannya dalam keadaan tubuh yang masih belum terbungkus apapun.
Jungkook mengerjap. "Mandi?"
"Y-ya."
"Kalau begitu ayo kita mandi bersama."
"N-ne?"
Jungkook menatap wajah gugup Seolhee. "Kenapa? Kita, kan, sudah menikah, sudah sama-sama melihat tubuh polos masing-masing, kau juga— astaga Seolhee, kau pendarahan!"
Mata Jungkook langsung melotot kaget begitu tanpa disengaja melihat aliran darah mengering pada paha istrinya. Menatap Seolhee dengan raut khawatir sebelum bertanya pelan, "K-kau baik-baik saja? Maksudku apa semalam aku terlalu kasar hingga membuatmu pendarahan seperti ini? S-seo, maaf. Aku tidak bermaksud menyakitimu. A-aku..."
"Tidak apa-apa, oppa. Ini hal yang wajar," ucap Seolhee memotong ucapan suaminya.
"N-ne? Kau yakin? Kita bisa ke rumah sakit untuk memeriksanya."
Seolhee menghela napasnya pelan, bagaimana bisa Jungkook masih belum juga menangkap maksud dari perkataannya dan apa tadi, rumah sakit? Apa ia ingin mempermalukan keduanya di hadapan sang dokter dengan menunjukkan bekas percintaannya semalam? Atau sebegitu rendahnya kah Seolhee hingga Jungkook tidak mau mengerti jika istrinya benar-benar masih seorang gadis tadi malam.
"Aku masih seorang gadis tadi malam, oppa. Belum pernah ada pria lain selain suamiku sendiri yang melihat tubuhku, bahkan meski hanya seinchi. Jika oppa tidak mau mempercayainya, tidak apa. Setidaknya aku sudah berkata jujur pada suamiku."
Jungkook mematung, mendengarkan setiap penjelasan Seolhee yang dirasa seperti sebuah pukulan keras di kepalanya. Seolhee-nya masih seorang gadis tadi malam?
"Seo, k-kau—"
"Oppa benar. Aku memang gadis miskin dan rendah yang tidak pantas menerima segala keindahan. Aku juga bodoh." Seolhee menjeda ucapannya, mengadahkan wajahnya untuk menatap lekat wajah suaminya. "tapi aku tidak sebodoh itu untuk membiarkan pria lain bebas menyentuh tubuhku selain pria yang ku cintai. Taehyung, maksudku pria di pesta kemarin, hanya lah pria baik hati yang mau menolongku dari kejaran pria Spanyol jahat. Menampungku di rumahnya karena aku tidak tahu jalan pulang, passport dan seluruh pakaianku ada di dalam koper yang para pria Spanyol itu curi. Aku tidak bisa pulang ke Korea, juga tidak tahu harus tinggal dimana jika tidak menerima bantuan Taehyung."
Seolhee menyunggingkan senyuman tipisnya, menatap dalam kedua bola mata gelap milik Jungkook. "Jadi bisakah oppa sekarang menerimaku sebagai Jeon Seolhee—istrimu, bukan sebagai jalang yang oppa lihat di pinggir jalan?"
Kelu. Lidah Jungkook seolah mati rasa, tidak mampu berkata-kata setelah mendegar penjelasan dari Seolhee. Ingatannya kembali pada percintaannya semalam. Mengingat betapa sulitnya ia mengklaim tubuh istrinya sebagai miliknya. Jungkook tidak menyadarinya hingga sejauh itu, karena ia sendiri belum pernah merasakan sebuah percintaan.
Tanpa kata Jungkook merengkuh tubuh istrinya, menenggelamkannya ke dalam tubuh besarnya. Air mata mulai membasahi kedua belah pipinya disertai suara tangisan tertahannya. Begitu menyesal telah mengatakan kata-kata menyakitkan pada wanita yang begitu ia cintai. Lebih buruknya lagi hingga menyamakan Seolhee dengan wanita penjajah tubuh yang ada di pinggir jalan. Terkutuk lah bibir bodohnya.
"S-seo, maaf. Aku... maafkan aku, Seolhee!" Jungkook semakin merengkuh erat tubuh mungil istrinya, wajahnya menelusup pada perpotongan leher polos Seolhee, menyembunyikan wajah kacaunya yang teramat menyesal. "Hukum aku..., ku mohon hukum aku saja tapi jangan tinggalkan aku, Seolhee. Aku akan mati jika kau kembali meninggalkanku."
"Oppa..."
"Pokoknya jangan tinggalkan aku! Jangan, Seolhee... hiks..."
Seolhee tidak tahu harus berkata apa, suaminya begitu menggemaskan kali ini. Menangis dan merengek seperti seorang anak kecil. Kedua tangannya berusaha menggapai wajah tampan Jungkook yang masih bersembunyi di area lehernya, membawanya untuk dapat ia tatap lebih jelas.
Hidung memerah, air mata yang masih setia mengalir deras, bibir bergetar dan pandangan memohonnya begitu menggelitik perut Seolhee. Salah satu sisi menggemaskan dari seorang Jeon Jungkook.
"Aku tidak akan pergi, oppa. Rumahku ada pada dirimu. Sekali pun aku pergi, aku yakin oppa akan kembali menemukanku. Jadi, ayo kita lalui saja semua ini. Aku mencintaimu, oppa."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
MY INNOCENT MAID ✓
Fanfiction[BOOK 2 THE SWEETEST SERIES] Tentang Jeon Jungkook si tuan rumah yang begitu senang membodohi maid pribadinya. ❝Tolong pakaikan aku baju. Ini perintah, jika kau tidak ingin mendapatkan hukuman maka cepat lakukan.❞ © Yourjackal 2018