Senyuman manis sedari tadi tidak pernah lutur dari bibir Seolhee. Perasaan gadis itu sedang teramat bahagia kali ini. Gadis itu masih dapat mengingat dengan jelas kata-kata manis yang di ucapkan sang tuan beberapa jam yang lalu.
"Ayo kita menikah. Hidup bahagia bersama selamanya. Aku, kau dan anak-anak kita nanti."
"T-tuan..."
"Aku tahu ini mendadak. Kita bahkan belum sempat berkencan. Tapi percayalah Seolhee, aku mencintaimu. Ingin menjadikanmu milikku seutuhnya, memberikan seluruh tanda kepemilikanku pada sekujur tubuhmu agar orang-orang tahu jika kau hanya milik Jeon Jungkook seorang. Aku ingin melakukan semuanya! Tapi tidak dengan cara seperti ini," ujarnya memberi jeda yang digunakannya untuk bangkit dari atas tubuh gadisnya. Segera memakai kembali pakaiannya dan menyelimuti tubuh sang gadis.
"Kau berharga, Seolhee. Teramat berharga untukku. Aku tidak ingin merusakmu dengan cara kotor seperti ini. Jika pun harus, maka aku akan menyeretmu terlebih dahulu ke depan altar. Setidaknya aku— aish... pokoknya aku mencintaimu!" pekiknya karena merasa malu telah mengungkapkan seluruh isi hatinya. Jungkook jelas bukan tipe pria yang mudah berbicara manis untuk memikat seorang gadis, tapi kali ini ia benar-benar menghapuskan rasa malu dan gengsinya hanya untuk Seolhee seorang.
Seolhee terdiam kikuk. Kedua belah pipinya terasa menghangat, malu bercampur bahagia. Pernyataan sang tuan terlalu cepat, jantungnya bahkan hampir berhenti berdetak karena sangat terkejut. Tapi Seolhee juga tidak menampik jika ia merasa senang, bibirnya bahkan ingin berteriak kencang mengatakan jika ia menerima lamaran sang tuan.
"S-saya..."
"Jangan dijawab!" potong Jungkook cepat. Pria itu tampak sangat gugup. "Jangan menjawabnya sekarang. K-kau bisa memikirkannya terlebih dahulu. Setidaknya sekarang kau sudah tahu perasaanku, j-jadi... kau tahu... kita... shit, kenapa aku jadi seperti ini! Pokoknya kau milikku Park Seolhee. Jangan biarkan pria lain mendekatimu. Kau dengar, kau milikku!" teriaknya sebelum lari terbirit-birit ke luar kamar.
Entah mengapa berduaan dengan Seolhee justru membuatnya semakin merasa malu, padahal baru beberapa menit yang lalu ia begitu liar menandai gadisnya. Rasanya sudah lama sifat asli Jeon Jungkook tidak pernah keluar dan hanya seorang Seolhee—gadis yang ia cintai lah yang mampu membuat dirinya menunjukkan kepribadian aslinya.
"Seolhee..."
Panggilan lembut dari pria yang sedari tadi gadis itu pikiran membuatnya tersentak. Tangannya langsung berhenti membilas piring kotor bekas dirinya dan sang tuan makan tadi.
"Y-ya?"
Jungkook mendekat ke arah Seolhee. Biasanya ia tidak akan segan-segan untuk memeluk pinggang ramping gadisnya tapi kini ia justru merasa gugup hanya dengan berdekatan dengan Seolhee.
"Eng... aku harus pergi. Ada sedikit pekerjaan yang harus segera di selesaikan. Kau beristirahatlah, jangan menungguku pulang. Aku mungkin akan pulang malam."
Untuk beberapa saat Seolhee hanya bisa diam. Gadis itu merasa sedikit sedih dan kasihan pada sang tuan karena masih harus bekerja keras di hari pertama kedatangannya di Spanyol. Mata Jungkook jelas menggambarkan jika pria itu teramat lelah tapi tetap di paksa untuk bekerja.
"Apa tuan baik-baik saja?" tanyanya dengan raut wajah khawatir. Gadis itu ingin sekali sekedar mengusap wajah lelah sang tuan, memberikannya sedikit rasa nyaman dan menghilangkan rasa lelahnya.
Jungkook tersenyum tipis mendengar pertanyaan sang gadis yang terdengar sangat khawatir. Hati pria itu terasa hangat karena begitu diperhatikan oleh gadisnya. Dengan segera Jungkook memeluk tubuh ramping sang gadis, mengabaikan rasa gugupnya guna menyalurkan perasaan hangatnya.
"Terima kasih, Seolhee. Aku baik-baik saja. Ini hanya pekerjaan kecil, aku harus segera menyelesaikannya agar nanti memiliki waktu yang panjang untuk pergi berkencan denganmu."
"Tuan..."
Apa yang dikatakan oleh Jungkook bukanlah alasan yang sepenuhnya, pria itu memiliki rencana besar untuk sang gadis. Jungkook bekerja keras untuk pernikahannya kelak, ia ingin mempersembahkan sebuah pernikahan besar dan indah untuk Seolhee. Pernikahan bak kerajaan dongeng yang akan selalu gadis itu ingat seumur hidupnya.
Setelah merasa puas memeluk tubuh gadisnya, perlahan Jungkook melepaskan pelukannya. Memandang penuh sayang akan gadis di hadapannya. Tangan kanannya terulur untuk mengusapi lembut surai sang gadis sebelum berujar lembut, "Aku mencintaimu."
Seolhee terkesiap, kepalanya menunduk malu karena pernyataan manis sang tuan. Hingga tiba-tiba bibirnya merasakan sapuan halus, Jungkook menciumnya.
"Terima kasih. Aku sudah mengisi energiku kembali. Cah... aku pergi," ujar Jungkook seraya tersenyum manis sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Seolhee.
Tangan Seolhee langsung memegang bibirnya setelah kepergian tuannya. Rasa hangatnya masih terasa di bibirnya, membuat gadis itu diam-diam tersenyum malu.
"A-aku juga mencintaimu, oppa."
***
Suasana terasa sunyi semenjak kepergian Jungkook. Sedari tadi Seolhee hanya duduk diam menonton acara televisi yang sama sekali tidak ia mengerti bahasanya. Gadis itu jelas merasa bosan, teramat jenuh hingga akhirnya memutuskan untuk beranjak dari sofa lembut yang sedari tadi ia duduki. Kaki kecilnya ia langkahkan mengitari rumah minimalis yang teramat indah menurutnya."Rumah ini benar-benar indah. Tuan sangat pandai memilih desainnya," lirihnya pada dirinya sendiri.
Matanya terus menjelajah setiap sudut ruangan hingga akhirnya terhenti pada sebuah pintu besar berwarna hitam. Satu-satunya pintu yang berwarna gelap dari sekian banyak pintu lainnya. Tidak ingin rasa penasaran terus menghantui dirinya, Seolhee memberanikan diri untuk membukanya.
Ruang kerja Jungkook.
Begitu hal yang pertama kali terlintas dalam benaknya begitu melihat isi ruangan tersebut. Buku-buku yang tertata rapih, komputer, kursi besar dan beberapa peralatan kerja lainnya hampir sama dengan isi ruang kerja sang tuan yang ada di Seoul.
Kaki Seolhee semakin melangkah lebih dalam, ingin mengetahui lebih banyak tentang prianya. Sudut bibirnya terangkat begitu melihat betapa rapihnya ruangan kerja Jungkook. Pria itu benar-benar memperhatikan hal kebersihan, tapi pandangannya harus terhenti pada sebuah pigura besar yang terpajang tepat di tengah-tengah ruangan. Sebuah lukisan yang menggambarkan wanita cantik yang begitu Seolhee kenal.
Hana, wanita cantik yang tersenyum lebar dalam bingkai itu adalah Hana. Cinta pertama Jungkook.
Tubuh Seolhee sontak mundur beberapa langkah dengan tangan yang menutupi bibirnya menahan jeritan kecilnya. Pandangannya hampir mengabur karena air mata yang hampir keluar. Jungkook masih menyimpan Hana dalam hatinya. Jadi untuk apa pernyataan cinta manisnya? Dianggapnya apakah kehadiran Seolhee? Sebuah pelarian kah?
Tubuh kecil Seolhee membentur meja kerja Jungkook yang berada di belakangnya. Mata gadis itu kembali membesar begitu melihat isi pigura yang menghiasi keseluruhan meja kerja tuannya. Semua terisi dengan foto Hana.
"Oppa...," lirihnya terdengar amat pedih. Hati kecilnya terasa telah dilukai.
Hingga pandangannya terfokus pada sebuah kotak beludru yang ada di depan salah satu pigura Hana. Tangan Seolhee segera terulur mengambilnya, jantungnya berdetak kencang melihatnya, gadis itu sedikit takut dengan hal yang akan didapatnya jika melihat isinya. Tapi Seolhee membutuhkan sebuah kebenaran tentang perasaan Jungkook.
Tanpa membuang waktu gadis itu segera membukanya. Dan benar dugaan Seolhee. Kotak itu berisi sepasang cincin indah. Air mata Seolhee sudah menetes, hatinya terasa retak manakala melihat tulisan yang diukir dengan begitu apik pada pertengahan cincin.
J♡H
Jungkook dan Hana kah?
Seolah ingin menambah rasa sakit di hati gadis itu, sebuah tulisan pada secarik kertas kecil berhasil membuat Seolhee jatuh terduduk diiringi deraian air matanya.
Hana, ayo kita menikah! Aku telah membangun istana indah kita di negara impianmu, Spanyol.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
MY INNOCENT MAID ✓
Fanfiction[BOOK 2 THE SWEETEST SERIES] Tentang Jeon Jungkook si tuan rumah yang begitu senang membodohi maid pribadinya. ❝Tolong pakaikan aku baju. Ini perintah, jika kau tidak ingin mendapatkan hukuman maka cepat lakukan.❞ © Yourjackal 2018