Seolhee menggeret kopernya dengan pelan, ia harus segera pergi dari negara menyakitkan ini sebelum sang tuan pulang. Dengan bermodalkan sedikit uang yang ada di kantongnya, ia berharap akan cukup untuk membeli selembar tiket pesawat kepulangannya. Tapi baru beberapa meter meninggalkan rumah sang tuan, Seolhee harus dibuat bingung dengan lingkungan sekelilingnya.
"Dimana tempat pemberhentian busnya?"
Kaki kecilnya terus ia langkahkan guna mencari tempat pemberhentian bus atau kendaraan yang sekiranya dapat membawanya menuju bandara. Tidak peduli bagaimana caranya nanti menjelaskan pada sang supir mengenai tujuannya, mungkin ia akan menggunakan bahasa tubuh sembari menunjukkan passportnya.
"Astaga berapa jauh lagi kakiku harus berjalan?! Sudah hampir gelap." Sepanjang perjalanan Seolhee terus merutuki tempat indah yang sepertinya sangat terpencil ini. Sudah beberapa jam ia berjalan tapi belum juga menemukan kendaraan yang dapat membawanya.
Perutnya sedari tadi terus mengeluarkan suara gemuruh lapar karena tadi tidak sarapan, Seolhee hanya memikirkan untuk segera pergi dari rumah Jungkook. Tapi lihatlah, sekarang ia justru seperti tunawisma yang terus berjalan tanpa tahu arah.
Hari sudah semakin gelap, sebentar lagi Seolhee yakin sang tuan akan pulang dan segera mencari dirinya begitu melihatnya tidak ada di rumah. Tidak, Jungkook tidak boleh menemukannya. Dengan kaki yang sudah teramat pegal, Seolhee memaksanya untuk terus melangkah. Hingga akhirnya pemberhentian bus yang sedari tadi ia cari-cari telah terlihat di depan sana, hanya perlu berjalan beberapa meter lagi ia akan segera sampai. Tapi iris matanya justru terfokus pada orang-orang yang ada di sana, sekumpulan pria yang Seolhee yakin adalah orang Spanyol.
Dalam benaknya ia sedikit merasa takut, hari sudah hampir gelap, ia juga tidak mengerti bahasa asing, akan sangat berbahaya bila ia mendekati para pria di depan sana. Tapi lagi-lagi ia tidak punya pilihan, hanya itu satu-satunya tempat yang akan membawanya menuju bandara.
"Tidak apa Seo, mereka mungkin juga sedang menunggu bus," bisiknya berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Perlahan tapi pasti Seolhee akhirnya mendekat ke arah pemberhentian bus tersebut, berusaha tidak terlalu memperhatikan beberapa pria yang mulai melihat ke arahnya seraya berbisik-bisik. Sedikit lagi gadis itu hampir menginjakkan kakinya di pinggir halte tapi terhenti begitu salah seorang pria menghampirinya. Seolhee sedikit bergetar takut begitu pria itu mendekat, tubuh sang pria yang begitu tegap besar berhasil membuat nyali gadis itu menciut. Pria itu terlihat menggerak-gerakkan bibirnya, berbicara beberapa patah kata yang sayangnya tidak Seolhee mengerti.
Paham jika gadis yang diajak bicara tidak mengerti ucapannya dan justru menampakkan raut wajah ketakutan, pria itu segera memanggil teman-temannya, berbicara sesuatu sebelum menyunggingkan senyum miringnya.
Seolhee melihatnya, senyuman miring dan tatapan lapar para pria itu jelas bukan pertanda baik untuknya.
Lari Seolhee, kau harus lari! batinnya menjerit. Tanpa aba-aba kaki Seolhee langsung bergerak cepat, berlari seraya menarik kopernya mencari tempat perlindungan atau orang yang dapat ia pintai pertolongan.
Dan seperti sebuah film yang sering gadis itu tonton, para pria itu segera lari mengejar langkah kaki Seolhee. Air matanya mulai menetes, Seolhee berlari dengan perasaan teramat ketakutan. Tapi sepertinya dewi keberuntungan sedang tidak ingin berpihak padanya, lengan kecilnya berhasil di raih oleh salah seorang pria, di sentak kasar hingga hampir menubruk badan besarnya.
"J-jangan, lepaskan... kumohon," lirihnya. Tapi tentu saja mereka tidak akan mengerti ucapan Seolhee, para pria itu justru tertawa kencang melihat raut wajah ketakutannya yang sudah penuh bulir air mata dan keringat. "O-oppa... tolong..."
Tangan para pria itu hampir saja menyentuh perpotongan pakaian Seolhee tapi terhenti begitu suara teriakan nyaring menggema dari arah belakang.
"Jangan sentuh dia, berengsek!"
Suara berat seorang pria dan yang lebih penting berbahasa Korea. Seolhee sedikit menaruh harapan bahwa Jungkook lah sang penyelamatnya, tapi ternyata bukan. Pria itu bukanlah Jungkook.
"Lepaskan!" bentak pria itu seraya menyentak kasar pergelangan tangan Seolhee, menariknya untuk berada di samping tubuhnya.
Seolhee memandang bingung ke arah sang penyelamat, berpikir jika pria itu mungkin seorang turis yang berasal dari negara yang sama dengannya. Tapi bukan itu point pentingnya, Seolhee bertanya-tanya apakah pria di sampingnya dapat menyelamatkan dirinya? Tubuh pria itu tidaklah lebih besar dari tuannya, bahkan mungkin sangat berbanding jauh.
"T-tuan, anda akan menyelamatkan saya? Apakah anda akan melawan mereka?" tanya Seolhee pelan.
Pria itu menoleh, mengerutkan kening sebelum berujar, "Apa? Kau gila?! Tidak. Aku tidak akan melawan mereka. Kau lihat, tubuh mereka sangat besar, aku akan langsung mati begitu mereka menghajarku."
"L-lalu?"
"Dalam hitungan ketiga kita lari. Mobilku ada di depan sana, kita harus segera sampai sebelum mereka berhasil mengejar kita. Kau mengerti?"
"T-tapi—"
"Satu..."
"Dua..."
"Sekarang!"
Seolhee tersentak kaget begitu jemarinya di genggam erat oleh pria asing itu, menariknya kuat agar segera berlari menjauh dari kejaran para pria Spanyol itu. Nafas Seolhee terasa tersengal-sengal, kopernya sudah jatuh tertinggal jauh di belakang sana, tidak mungkin ia mengambilnya, sekarang yang terpenting adalah keselamatannya.
"Masuk!" sentak pria yang menolongnya begitu keduanya telah sampai di depan mobilnya. Tanpa membuang waktu Seolhee segera menuruti perintahnya, duduk di samping kemudi sebelum sang pemilik mobil menancap gas, pergi meninggalkan para pria Spanyol yang berteriak murka.
Degup jantungnya masih terus berdetak cepat, nafasnya masih tersengal-sengal, gadis itu takut.
"Ini, minumlah," ujar sang pria seraya menyerahkan satu botol air minum dari samping kursinya.
Seolhee mengambilnya dan berujar lirih, "T-terima kasih..." Segera meneguknya hingga seperempatnya karena benar-benar merasa haus.
Mobil masih berjalan entah kemana, diam-diam Seolhee merutuki kebodohannya. Koper berisi pakaian dan passportnya tertinggal di jalan sana, dan mungkin saja telah di ambil para pria Spanyol tadi. Sekarang ia tidak tahu harus berbuat apa, gadis itu tidak dapat pulang ke Korea, ia juga tidak mengingat alamat rumah Jungkook.
Bagaimana ini, aku takut.
"H-hey... eng... kau baik-baik saja?"
Pertanyaan lembut dari pria di sampingnya membuat Seolhee tersadar dari lamunan singkatnya.
"Y-ya. Saya baik-baik saja. Terima kasih tuan, anda telah membantu saya," ujarnya berusaha bersikap sopan. Tapi pria itu justru terkekeh geli dengan ucapan Seolhee.
"Hey, biasa saja. Jangan bersikap formal begitu, kita kan sama-sama orang Korea. Lagipula kau bukan pekerjaku jadi jangan panggil aku tuan, itu terdengar aneh."
Seolhee memandang pria yang tengah mengemudi itu, terlihat sangat ramah dan bersahabat.
Sepertinya dia pria baik, walaupun sedikit konyol.
"Eng... ya. Terima kasih..." ucapan Seolhee menggantung, tidak tahu harus memanggil dengan sebutan apa.
"Taehyung. Namaku Kim Taehyung."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
MY INNOCENT MAID ✓
Fanfiction[BOOK 2 THE SWEETEST SERIES] Tentang Jeon Jungkook si tuan rumah yang begitu senang membodohi maid pribadinya. ❝Tolong pakaikan aku baju. Ini perintah, jika kau tidak ingin mendapatkan hukuman maka cepat lakukan.❞ © Yourjackal 2018