30. Bunda Lulu

432 22 0
                                    

📖Selamat membaca📖

"Ziyu pengen ikut ayah." rengek Ziyu pada Sehun.

Penjaga itu membelalakan matanya kala Ziyu menyebut Sehun dengan panggilah 'ayah'.

"Katanya keponakan tapi kok dia menyebutmu Ayah?" tanya penjaga itu bingung.

Sehun tampak gelagapan, ia memutar otaknya untuk mencari sebuah jawaban yang tepat.

"Itu pak, jadi biar lebih akrab gitu sama keponakan. Saya suruh Ziyu manggil saya ayah. Itung-itung latihan saja pak." Alasan Sehun diangguki penjaga itu.

"Zi, dengarkan ayah. Kau tunggu ayah bersama pak satpam disini ya." ujar Sehun pelan.

Ziyu menggeleng, ia mengeratkan pelukannya ke leher Sehun.

"Ziyu tidak mau ditinggal ayah. Hiks..., Ziyu ingin berthama ayah." anak itu menangis, untung saja tidak keras.

Sehun sudah ketar-ketir, sebentar lagi bel masuk.

"Zi dengarkan ayah, ayah tidak akan lama meninggalkanmu ya. Zi tunggu saja." bujuk Sehun berharap Ziyu menurutinya.

Anak itu tetap menggeleng, bahkan ia mengeratkan pelukannya pada Sehun dan menangis pelan.

"Begini saja nak, kau bawa saja keponakanmu itu ke kelas. Jika guru bertanya jawab saja apa yang tadi kau katakan pada bapak." saran penjaga itu pada Sehun.

Sehun mengangguk setuju, tanpa kata lagi ia berlari menuju kelasnya sembari mengendong Ziyu karena bel sudah berbunyi.

Butuh waktu tiga menit Sehun sampai, dan akhirnya ia sudah berada di depan kelas.

Ia masuk tanpa ragu kedalam, semua orang menatapnya dan juga Ziyu.

Sehun menatap Luhan sekilas dan tersenyum, iapun berjalan menuju kursi duduknya.

"Kau gila? Kenapa membawa Zi kemari?" tanya Chanyeol menggeleng.

"Zi tidak mau dititipkan pada penjaga, bahkan dia menangis. Aku terpaksa membawanya." jawab Sehun pelan.

"Terus bagaimana jika guru bertanya?" tanya Kai menatap Sehun.

"Itu biar menjadi urusanku. Sekarang berikan aku satu kursi untuk Zi duduk." jawab Sehun diangguki Kai.

Kaipun membawa kursi kosong yang berada di pojok kelas, kemudian ia letakan kursi itu dekat diantara Sehun dan Chanyeol.

Sehun menarik kursi itu agar merapat pada kursinya, kemudian ia mendudukan Ziyu yang diam tanpa kata.

"Zi jangan menangis ya? Jangan mengganggu ayah saat belajar." bisik Sehun pada Zi.

"Baik ayah, tapi Zi bothan. Bolehkah Zi meminjam ponthel ayah?" pinta Zi tentunya berbisik.

Sehun mensyukuri itu, untungnya Zi meminta itu dengan berbisik. Kalau tidak ia pasti akan di introgasi oleh semua penghuni kelas karena Ziyu memanggilnya ayah.

Sehunpun memberikan ponselnya pada Ziyu. Anak itu pintar, ia mengotak-ngatik ponsel Sehun dan memainkan permainan 'tahu bulat' di ponsel Sehun.

Sudah dua puluh menit kelas tanpa guru, Tiwai selaku ketua kelas pergi keruang guru untuk menyusul guru pelajaran saat ini.

Semua orang di kelas menatap Zi yang tampak asik. Namun sedetik kemudian mereka kembali menjalankan aktivitas mereka tanpa memikirkan Zi.

Pikir mereka Zi adalah keponakan trio bangsat atau adik mereka.

Sehun menatap Luhan yang tengah menatapnya heran.

"Sehun, kami ke toilet dulu ya." suara Kai mengintrupsi tatapan Sehun pada Luhan.

The Handsome Mafia (Hunhan-END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang