8. Panik

831 189 36
                                    

Serial BerTemanmu Surgamu - 8. Panik

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 8. Agustus

-::-

Sahl ngecek nasi di rice-cooker dengan selembar roti tawar sisa kemarin yang tergigit di ujung mulutnya.

Tian baru selesai pakai lotion dan pelembab muka ketika dia menoleh pada Sahl.

"Udah mateng, Hal?"

"Udah. Ini mayan, kayaknya cukup buat sekalian makan si---"

"WOI! WOI! TOLONG INI KENAPA BEGINI WOI!!!"

Suara teriakan Bintang dari dalam dapur terdengar. Dia memang sukarela menggoreng telor dan tahu kuning yang dibeli Sahl bakda Subuh tadi.

Mendengar kehebohan, Sahl dan Tian langsung gerak cepat, menghampiri Bintang di dapur.

Kondisinya tidak bisa dibilang baik.

Api di kompor naik dan masuk ke penggorengan yang berisi minyak panas. Asap memenuhi dapur. Entah apa yang dilakukan Bintang sampai keadaannnya begini.

"Innaalillaahi!"

Sahl langsung ambil keset cendol yang dia injak. Lantas masuk kamar mandi dan mencelupkannya ke dalam bak berisi air.

Tian yang bingung hendak berbuat apa, menggeser kakinya agar Sahl bisa lewat.

TASSSH!

Bunyi api terkena air. Apinya padam, tapi masakan di dalam penggorengan tentu sudah bercampur dengan air dari keset kotor.

"Elu ngapain sih, Bin?!" Tian sewot. "Tahu gitu gue aja yang masak!"

Tian tadi tuh terserang semacam kepanikan luar biasa yang bikin dia bingung mau ngapain. Makanya, pas udah jelas kondisinya, dia marah-marah.

"Goreng telor lah," cicit Bintang.

"Kok bisa kayak tadi?" cecar Tian.

"Udah, ngga apa-apa, yang penting apinya padam."

Barusan itu Sahl. Emang ngademin banget dia mah.

Ada dua telur mata sapi di atas piring, dan satu telur gagal di dalam penggorengan.

Jadi, Bintang tadi menawarkan diri untuk gorengin telor mata sapi buat dua sohibnya lagi. Pas banget telor di dapur sisa tiga butir.

Harusnya dapet satu-satu.

"Lo bengong ya tadi pas ngegoreng?" tanya Sahl.

Bintang manyun, terus ngangguk. "Maen hape, Hal. Balesin chat dari Kak Bulan."

"Ck," Tian masih sewot. "Laen kali fokus lah sama kompor. Bahaya, tauk!"

Bintang makin manyun.

"Lo kecipratan minyak panas ngga?" tanya Sahl, menarik jemari Bintang.

"Iya, dikit. Tapi gapapa sih."

"Ngebul dah ini kontrakan," komentar Tian, memandangi asap yang bergegas menuju lahan yang lebih Luas; pintu depan. Dia berbalik, kembali ke ruang depan.

"Ya udah kalau gitu, sekarang kita makan dulu," ucap Sahl. Diangkatnya piring berisi telor mata sapi itu, juga botol kecap dan saos. "Piringnya udah gue taro depan."

"Tapi telornya cuma dua, Hal," kata Bintang.

"Karena ini Tian yang beli, biar buat dia satu," kata Sahl, "satu lagi lo berdua gue ya, Bin. Soalnya mau goreng lagi ngga ada waktu. Belum nyuci penggorengan, bersihin kompor... Entar aja, siangan. Bentar lagi masuk kelas."

Kontrakan mereka memang lumayan dekat dengan kampus. Biasanya mereka berangkat sepuluh menit sebelum kelas dimulai.

Bintang ngelap air matanya yang terbit. Dasar cengeng emang dia tuh.

"Maap, Hal," kata Bintang akhirnya.

"Selow. Namanya juga kejadian luar biasa."

Mereka ke ruang depan, ikut duduk bareng Tian yang sudah menyendok nasi lebih dulu.

"Lah tahunya belom digoreng?" Tian bertanya begitu mendapati hanya dua telor mata sapi di atas piring.

"Ngga keburu," kata Sahl, memindahkan satu telor mata sapi ke atas nasi milik Tian. "Nih, lo satu. Gue satu berdua Bintang. Poto model mesti makan banyak."

Sahl memotong telor lainnya menjadi dua bagian, lalu diberikan pada Bintang yang nasinya sudah dilumuri kecap.

Sahl baru akan menjumput nasinya ketika sepotong kecil telor mata sapi milik Tian berpindah ke piringnya, dan piring Bintang.

"Tuh, biar adil," kata Tian. "Sori tadi gue marah-marah, Bin. Panik."

Sahl mengucap syukurnya dan terima kasih. Bintang ngga ngomong apa-apa. Cuma mau nangis aja dia tuh.

 Cuma mau nangis aja dia tuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[✓] BerTemanmu SurgamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang