14. Jadi Gimana?

810 157 25
                                    

Serial BerTemanmu Surgamu – 14. Jadi Gimana?

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 21 Agustus

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

-::-

"Udah, kak," jawab Bintang, menyahuti pertanyaan kakak perempuannya; Bulan, mengenai apakah Bintang sudah buka puasa dengan baik  dan benar, melalui percakapan telepon selular yang kini menempel di telinga kiri Bintang.

"Minum vitamin ngga?" tanya Bulan lagi, masih di sambungan telepon. "Anak UI ganteng jangan sampe sakit."

Bintang pengen ngikik aja tiap Kak Bulan-nya sebut dia ganteng.

"Ngga, kak. Kata Sahl, minum madu aja sama nabees."

"Yawda, dengerin apa kata Sahl. Salam buat Tian ya!" Bulan berkata sembari tertawa.

"Yang berfaedah si Sahl, ngapa si Tian yang kena salam, Kak?!" gerutu Bintang. "Chat aja sendiri, kan udah punya nomornya."

"Ngga berani. Fans-nya bejibun. Hrrr!"

Bintang tertawa. "Ya udah, kak. Udahan dulu, gue mau siap-siapin buat shalat Eid besok!"

"Oke oce..."

Tep!

Sambungan terputus.

"Bin, bantuin gue cari bahan dooong," pinta Tian dengan laptop di kedua tangannya. Dihampirinya Bintang yang baru meletakkan ponsel di atas bantal.

"Paan sik, elu mah gangguin orang aja!"

"Yaelah, elu kan cepet kalau soal Cari bahan. Cariin, please, Bin," pinta Tian lagi. Laptop di tangannya dia sodor-sodorkan pada Bintang.

"Yawes, mana? Internetnya kenceng ngga neh?"

"Kenceng. Baru gue isi tadi sore. Full."

"Cakep. Gitu dong..."

Bintang mulai berselancar di laptop Tian. Sebagai yang terjun di jurusan Hubungan Internasional, Bintang memang kerap membantu Tian mencari bahan tugas. Tian sendiri mengambil jurusan Hukum. Ayah dan Bunda-nya Tian mau anaknya jadi Pengacara, setelah Evan menolak mentah-mentah usulan itu dan malah ambil jurusan kedokteran. Sedangkan Sahl berada di jurusan Ilmu Ekonomi Islam. Ketiganya berada di bawah bendera Universitas Indonesia yang lokasi studinya berada di bilangan Depok.

"Yan, lo mau ikutan makan sahur ngga? Gue masak nasi sih, ada ayam sama tahu di kulkas," kata Sahl yang baru kembali dari masukin motor Tian ke dalam rumah, di ruang depan. "Tidur, Bin, besok sahur biar ngga ngantuk."

Bintang sampe ngedangak, pandangannya mengikuti Sahl yang sedang naik ke singgasananya di atas sana.

"Lah? BESOK BUKANNYA LEBARAN?"

Bintang jelas heran. Dia seharian tadi tuh kan puasa Arafah. Mas Langit Yang bilang Hari ini Hari Arafah.

"Oh, lo ikut yang Lebaran besok?" tanya Sahl. "Ya udah, ngga apa-apa. Gue besok masih puasa. Lebaran lusa. Ikut pemerintah sini."

"HEH GIMANA DAH?"

Bintang heboh.

"Terus, besok gua shalat Eid sama siapa?!"

Bintang masih bingung. Tian menepuk lengannya.

"Gua temenin, Bin, kalau Sahl ngga mau. Buruan, tugas gue nungguin elu..."

Bintang menoleh. Terdiam sejenak.

"Weh, gblk, ngapa jadi lo yang shalat?" kata Bintang pada Tian. Bintang beralih lagi ke Sahl yang sudah tidak terlihat karena sudah berbaring di kasurnya. "Hal! Seriusan lo besok masih puasa?!"

"Iyaaa!" jawab Sahl cepat. "Lo Lebaran besok ya no problem, Bin. Masjid deket kampus kayaknya ngadain shalat Eid besok. Gue lihat spanduknya tadi."

"Lah, ini jadi gimana? Lebarannya dua hari? Kok beda-beda dah? Lo kata siapa?" tanya Bintang.

"Gue pake dalil bahwa Eid itu dilihat dari hilalnya, Indonesia hilalnya lusa. Ya gue ikutan. Tadi confirm di rumah gue juga lusa..."

Dengan sikunya, Tian menyenggol Bintang. "Weh, jangan bengong, bruh!"

Bintang masih belum melanjutkan berselancarnya atas tugas milik Tian. Wajah Bintang tetap manyun, mengingat besok dia harus shalat Eid sendirian.

Ya rame-rame sih, tapi ngga bareng Sahl. Dari kontrakan sendiri. Mana seru.

"Lo ngga info-info," komentar Bintang.

"Ya maap, hehe..." kata Sahl. "Udah ngga apa-apa. Sama aja. Sama-sama ada dalilnya. Ngga usah didebatin, ngga usah dikeselin..."

"Auk ah," balas Bintang.

"Gue ikutan lo sahur, Hal," kata Tian. "Gue temenin ke masjid, Bin. Gue anterin. Ngeng!"

"Auk ah, bodo!" kata Bintang, lanjut berselancar, meski masih kesal dalam perbedaan ini.

Bikin bingung, asli.

Tapi kemudian Bintang teringat hadits Nabi yang pernah diajarkan Mas Langit-nya kepadanya.

Bahwa RasulAllah Shallallaahu'Alayhi Wasallam pernah bersabda; Perbedaan di antara umatku adalah rahmat.

Dan seperti yang Sahl bilang tadi, bahwa keduanya benar dan ada dalilnya masing-masing.

"Oh iya, lusa kan libur, tanggal merah," suara Sahl terdengar lagi, "Kak Salwa mau ke sini. Lo berdua out dulu ya, haha..."

"Evan juga mau ke sini," kata Tian.

"Paan lu," ucap Bintang juga, "Mas Langit mau main juga, nengokin gue mumpung libur."

"Ah seriusan nih?" tanya Sahl, kepalanya melongok dua orang di bawahnya. "Kalau gitu harus masak?"

"Ngga usah, nanti pesen delivery aja," usul Tian. "Evan yang bayar."

Bintang yang tadi kesal, langsung semringah. "HASIQ! GUA DEMEN LAH!"

Sahl nyengir, lalu tertawa. "Receh lu, Bin!"

Bintang mendongak. Ikutan nyengir.

"Elu juga receh! Gblk ah pake nunjuk-nunjuk orang!"

"Samanya elu bedua, udah!" tukas Tian.

Dan ketiganya tertawa.

*Yang puasa Arafah today, met puasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Yang puasa Arafah today, met puasa. Yang shalat Eid today, met Lebaran Haji! ^^

[✓] BerTemanmu SurgamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang