36. Beda Jauh

641 127 34
                                    

Serial BerTemanmu Surgamu – 36. Beda Jauh

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2019, 10 Januari

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

-::-

"POOSHEEENG!" pekik Bintang sembari membanting ponselnya ke atas kasur tempatnya kini berbaring.

"Ngapa sih lu, Bin, heboh aja," gerutu Tian yang lagi dengerin musik pakai earphone.

Sekarang jam dinding di kamar kontrakan mereka masih menunjukkan pukul delapan malam. Ketiganya sudah berada di kontrakan karena memang tidak ada kegiatan. Tian sedang libur pemotretan, Bintang dan Sahl juga sedang tidak ada jadwal kajian.

Gabut banget.

"Woi! Udah malem, berisik aja lo!" teriak Sahl dari singgasananya di atas sana.

Berbeda dengan Bintang yang menghabiskan waktu dengan main sosmed sekalian stalking sosmednya Hayyin atau Tian yang ngegabut dengan dengerin musik sambil chat sama Gwen, Sahl mah ngegabutnya baca Sirah Sahabat, cuy. Beda jauh emang.

"Ini, weh, gua mah gedeg sama jaman now tuh ya," kata Bintang. "Gblk banget!"

"Kesambet apaan sih lu ah?" protes Tian.

"Heh, lo udah baca berita belom? Gubernur kita yang goodbener kena protes gara-gara ngacungin dua jari. Aneh banget ya, gblk ngga ketulungan!"

Tian garuk-garuk leher, "Eh gue baca tuh," katanya sambil angkat bahu, "cuma ngerasa, apa ya, masa begitu aja disewotin pendukung yang satunya ya?"

"Itu dia!" kata Bintang, masih berapi-api. "Padahal, kubu satunya juga kan sering tuh ngacungin satu jari. Orang nge-Vsign aja kaga boleh tuh sama mereka. Gblk ya, gue lihat tuh videonya. Kan biasa ya orang nge-Vsign gitu, sampe ditekuk tuh sama pengawalnya. Kocak ya! Jaman jebot juga mereka bangga sama dua jari. Sekarang malah heboh nih yang beginian!"

Sahl turun dari tempatnya berdiam, mengucapkan satu kalimat; "Udah tahu jaman edan, masih aja diedanin." Sebelum kemudian dia ngeloyor ke dapur.

Bintang melongo sendiri.

"Edan diedanin apaan dah, Yan?"

"Kaga tauk!"

"Edan lu, Yan!"

"Elu!"

"Elu, ego!"

"Elu, kampret!"

"Heh, apaan dah nih?" Sahl geleng-geleng kepala dengan gelas kosong di tangan. "Kayak bocah banget dah lo berdua."

"Dia ngatain gua edan duluan, Hal!" kata Tian, menunjuk Bintang cepat-cepat.

"Eh, anjir ya, elu juga ngatain gua edan abis entu!"

"Udah, udah, woi!" kata Sahl. "Gua mau minum nih. Bisa selow ngga?"

Bintang dan Tian langsung mingkem. Sahl serem banget kalau udah serius gitu mukanya.

Tapi kemudian Sahl tertawa. "Komuk lu bedua ngakakin banget. HAHAHA!"

"Edan lu, Hal!" dumal Bintang dan Tian berbarengan.

Tapi Sahl sudah terlebih dulu kembali ke dapur untuk mengisi gelas dan meneguknya pelan. Dia kembali dengan wajah basah.

"Buset, nyebur lu?" tanya Tian begitu dilihatnya Sahl berbaring di kasur milik Bintang.

"Wudhu lagi, barusan kentut," kata Sahl, terkikik geli. "Ngga bau kan ya? Ya? Hahaha!"

"Gblk ya!" kata Bintang, refleks menutup hidungnya dengan leher baju bagian depan. Dia kena toyor Sahl setelahnya.

"Elah, udah dari tadi, Bin. Mana bau sih ah! Lebay lu!"

Sahl bangkit dari berbaringnya, menyelonjorkan kakinya ke dekat Bintang duduk.

"Apaan dah?" Bintang menepuk keras kaki Sahl.

"Pijitin."

"Yeeuh!"

Tapi dipijitin juga sih. Namanya aja sohib.

"Eh, gue juga sumpek ya baca berita ngga jauh-jauh dari problem pemilihan pemimpin begini," kata Tian. Earphone-nya sudah tergeletak di atas bantal. "Lo pernah baca ngga, berita ada patung dua jari gede banget, ditutup karena saking dua jarinya. HUAHAHA! Gua sih belom tahu mau pilih siapa, tapi kalau sesinting ini paranoidnya, kayaknya gua udah mulai menetapkan pilihan."

Bintang dan Sahl ikutan tertawa.

"Ya Rabb, segitunya," komentar Bintang.

"Eh, lo tahu ngga, kenapa protes dilayangkan ke Gubernur kita, sementara semisal ada ribuan orang melakukan hal yang sama tapi beda jari, dibiarinin aja?" tanya Sahl kemudian.

"Karena," Bintang sok mikir, "hm..."

"Sok mikir lu, anjir!" Tian menjitak kepala Bintang. Dan yang dijitak nyengir doang pula!

"Hehe. Kaga tahu gua. Paan sik ah elah, kayak kuis Pak Dar lu, Hal. Ngeselin."

"Karena, ribuan orang ngacungin satu jari, ngga ada faedahnya dibandingkan dengan Gubernur yang bersikap. Ada banyak orang menjadikan Gubernur kita panutan sebab beliau orang baik dan terpercaya. Kita kan maunya ikut sama orang baik ya?" kata Sahl. "Nah, yang ribuan lainnya itu kan ngga jelas. Burem, haha! Jadi mau ngapain juga ngga ngaruh, haha! Udah jelas, BEDA JAUH, BOSQU!"

Bintang manggut-manggut. Tian juga.

"Lo inget ngga, Bin," kata Sahl, kali ini pada Bintang, "di perang Uhud, Ibnu Salul walk out di tengah perang, ngajak tiga ratus orang lainnya. Ngaruh ngga? Ngga ngaruh-ngaruh amat! Karena masih ada RasulAllah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam di dalam pasukan itu. Jadi nih ya---dengerin woi! Tiga ratus orang pergi dari kebenaran, ngga menjadikan kebenaran itu mati. Gitu juga sama masalah acungan jari ini!"

Sahl mengacungkan jarinya. Jari kanan dua jari, jari kiri satu jari.

"Gue sih foto tetep aja pake dua jari," kata Tian, "dari dulu juga gitu. Urusan gue milih siapa, rahasia."

"Lah, gue sih," kata Sahl, "biasa fotonya emang satu jari," telunjuk kanan Sahl teracung, "kan Tauhid."

"Iya, gue juga," balas Bintang.

"Tapi sekarang, gue poto ya dua jari dulu," ucap Sahl. "HAHAHA!"

"Wett, YOI, BOSCYUUU!" kata Bintang, Keduanya tos kemudian.

Tian geleng-geleng kepala sambil nyengir. "Gblk lu bedua."

Iya, emang gblk, tapi untung sayang. Eheuy!


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] BerTemanmu SurgamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang