9. Najis Ngga?

773 175 21
                                    

Serial BerTemanmu Surgamu - 9.  Najis Ngga?

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 9 Agustus

-::-

"Astaghfirullaahal'azhiim..."

Keluhan Bintang terdengar jelas ketika dia merapikan jemurannya yang sudah kering.

"Ngapa lu?" tanya Tian, menengok wajah sahabatnya yang terlihat sebal.

"Gua capek-capek ya nyuci..." keluh Bintang lagi. "Ini pada maen boker aja di baju gua?!"

Bintang memisahkan beberapa helai pakaiannya yang dia duga tercemari oleh kotoran cicak yang entah bagaimana bisa hinggap di sana.

"Ada apaan, heboh amat!" Sahl yang baru dari dapur abis bikin kopi, datang dengan segelas kopi kapucino pake es batu. "Yan, elu mau bikin ovaltine? Tuh masih ada es batu. Buruan, nanti keburu encer."

"Wah, mau!" Tian melompat dari duduknya, turut serta membawa ke dapur.

"Ngapa, Bin?" tanya Sahl, menyeruput es kapucino-nya dengan penuh penghayatan.

"Ini cucian gue di-ee-in cicak, Hal," kata Bintang. "Kena nyuci lagi dah!"

"Ngapain dicuci lagi?"

"Ya dicuci ulang lah. Najis ini! Gimana dah. Kan buat dipake solat juga bajunya."

Sahl angguk-angguk, paham atas keresahan Bintang.

"Ngga dicuci juga ngga apa-apa, Bin," kata Sahl. "Kalau lo beranggapan bahwa cicak itu bukan binatang yang punya darah merah ngalir di badannya. Kecoa, cicak, lalat, kutu, kumbang, tawon, lebah... Sama tuh. Darahnya ngga ngalir."

"Hah?"

"Intinya kalau lo yakin bahwa cicak ngga kayak gitu, berarti bangkai en kotorannya ngga najis."

Di dapur sana, terdengar Tian ngetok-ngetok tembok pake es batu, biar es batunya hancur.

"Lah?" Bintang cengok. "Mana gue tahu itu cicak darahnya ngalir merah apa ijo apa abu-abu?"

Sahl menahan tawa, sembari menyabarkan diri. "Nanti lo tangkep cicak, terus lo belah aja biar fix."

"IDIH! OGAH! GELI!" jengit Bintang. "Antepan sama ee-nya aja gue males. Suruh bedah, cuih."

"Ya udah, seterah. Cuci lagi juga ngga apa-apa," ucap Sahl.

"Ah ogah. Iya dah, gue ikut elu aja."

Dasar cowok lemah. Bilang aja males nyuci ulang.

Bertepatan dengan itu, Tian keluar dengan dua gelas ovaltine dingin di tangannya. Diletakkannya satu di dekat Bintang.

"Nih, minum dulu, biar adem," kata Tian. "Muka jangan kusut lah, kayak karcis parkir."

Bintang mendongak. "Heh? Makasih yak. Oh iya, gue mau minta maap."

"Apaan?" tanya Tian.

Bintang nyengir. "Nomor hape lu gue bagi ke Kak Bulan."

"Oh ya ngga apa-apa, kan butuh juga buat nyari lo, kali-kali aja lo kabur," Tian menyeruput ovaltine-nya dengan tenang.

"Hanjir, emangnya gue punya utang apaan sama elu? Gblk!" maki Bintang, cengirannya lenyap.

"Bagi nomor kak Sabrina sama kak Salwa dong, Hal," kata Tian.

"Iya, bagi dong, Hal!"

"Ogah. Nomor emak bapak gue aja cukup."

"Pelit lu. Takut amat kakaknya gue pacarin," ucap Tian.

"Takut kakak gue dikadalin sama elu bedua."

"Tian mah bukan kadal, dia mah biawak."

"Yeuh, anaconda sedang bicara..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] BerTemanmu SurgamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang