6. Un Jadi Uni

915 203 29
                                    

Serial BerTemanmu Surgamu - 6. Un Jadi Uni

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 6 Agustus

-::-

Tian tiba di kontrakan pada pukul delapan malam lewat enam menit. Suara merdu Bintang yang sedang membaca ayat-ayat Al Quran menyapa telinga Tian ketika dia membuka dan menutup pintu. Ditentengnya tas ransel sembari memasuki kamar.

Ada Sahl di sana, sedang sibuk dengan buku-buku kuliahnya, dan juga ada Bintang di sana yang duduk bersila di atas kasurnya, membaca kitab suci Al Quran.

Kamar mereka memang ada tiga kasur. Kasur atas, biasanya Sahl di atas sini. Kasur bawah, ini tempatnya Tian. Dan kasur paling bawah yang bisa digeser-geser, ini punya Bintang. Mereka memilih kasur begini katanya biar kamar ada space-nya. Juga dengan alasan biar tidurnya sendiri-sendiri, ngga bareng-bareng.

"Baru pulang, Yan," sapa Sahl, melihat sohibnya langsung duduk di kasur, terus rebahan.

"Iya."

Pertanyaan basa-basi sih, tapi setidaknya itu lebih baik daripada pulang tapi ngga ada yang nanyain kan.

Tian memejamkan mata, menikmati syahdunya lantunan bacaan Bintang. Biasanya, Bintang dan Sahl memang rutin baca Al Quran setiap malam Jumat. Kalau Tian tidak salah, nama surat yang dibaca dua orang itu adalah Surat Al Kahfi, dan dibaca malam Jumat aja. Kalau Sahl sih rutin baca Quran tiap pagi, abis Subuhan. Kalau Bintang ya rutin juga, meski sesekali. Tapi yang malam Jumat ini kerutinan yang harus dikerjain kayaknya, pikir Tian suatu hari. Sebab setiap malam Jumat, pasti dibaca lagi dan lagi.

Setidaknya, itu yang didapat Tian setelah delapan pekan bersama Bintang dan Sahl.

"Fantholaqoo hattaaaa idzaaaa atayaaaa ahlaqoryatistath'amaaaa..."

"Qoryatinis," sela Sahl, menghentikan kesibukan menulisnya.

"Hah?" Bintang juga menghentikan bacaannya.

"Itu bacanya bukan qoryatis," kata Sahl lagi, mulai bergerak dan mendekati Bintang. "Tapi qoryatinis."

"Masa sih?" Bintang masih ngeyel. "Quran lo beda ya sama Quran gue?"

Bintang agak heran, sebab malam ini dia memang sengaja meminjam mushaf milik Sahl, sebab miliknya tertumpuk entah di mana. Lupa naruh.

"Iya, beda," kata Sahl lagi. "Mushaf lo cetakan Indonesia, mushaf gue cetakan timur Tengah."

"Bah!" Bintang langsung panik. "Apaan tuh?!"

"Ngga beda isinya, cuma beda cetakannya," kata Sahl, mengambil mushaf di tangan Bintang. "Di mushaf cetakan timur tengah huruf nun berharakat tanwin-kasroh diikuti huruf alif washal, sedangkan pada cetakan Indonesia huruf nun berharakat kasroh aja, ngga pake tanwin, tapi diikuti huruf alif dengan huruf nun kecil berharakat kasroh di bawahnya. Huruf nun kecil ini yang disebut nun wiqoyah."

Tapi rupanya Bintang masih bingung.

"Nun wiqoyah?" desis Bintang.

"Nih, lo lihat, Bin," katanya, menunjuk satu ayat, "ini kan kasroh-tain, ketemu dengan alif washal, jadi dibacanya ada selipan ni gitu, bro. Kalau di Quran lo pasti ada nun kecil di bawahnya."

"Emang iya?" tanya Bintang, tak percaya.

"Iya."

Tian lirik-lirik dua sohibnya yang lagi debat kecil. Dia tidak begitu paham, tapi kedengarannya pembahasan ini asik juga.

"Ini, bunyi tanwinnya hilang. Tetep bunyi tapi tanpa tanwin, dan muncul bunyi tambahan ni sesudahnya. Sederhananya, bunyi an berubah jadi a-ni. Bunyi in jadi i-ni. Dan bunyi un jadi u-ni. Gitu, Bin."

Bintang mengerutkan kening demi mendengar penjelasan Sahl.

"Kayaknya Mas Langit pernah ngajarin dah, tapi gue lupak!" seru Bintang yang akhirnya tertawa kecil.

"Sekarang udah inget, ye kan?" kata Sahl, alisnya turun-naik.

Bintang nyengir. "Iye, Hal. Tar ingetin lagi kalau ada yang keliwatan!"

"Wani piro?" kata Sahl, ketawa juga. Dia beranjak dari sisi Bintang, kembali pada meja penuh buku.

"Walah, sampeyan njaluke piro?" balas Bintang.

Sahl hanya tertawa.

"Eh, eh, udah pada makan belom?" tanya Tian.

"Udah," jawab Sahl singkat.

"Gue belom makan. Temenin lah," pinta Tian.

"Lah, di lokasi ngga dapet nasi boks? Tumben?" Sahl bertanya heran.

Biasanya Tian kalau abis photoshoot, kenyang luar biasa.

"Ngga dapet," kata Tian lagi. "Diganti sama duit, seratus ribu. Tadi mau mampir di ayam gepuk tapi inget kalian, jadi---"

Mendengarnya, Bintang langsung menoleh pada Tian sembari mengangkat mushaf milik Sahl di tangannya.

"Sabar, Yan, tinggal 33 ayat nih, tungguin bentar!"

"Sabar, Yan, tinggal 33 ayat nih, tungguin bentar!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*yeuuh kalau makanan aja cepet!





[✓] BerTemanmu SurgamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang