17. Ngga Jadi Ngiri

809 164 5
                                    

Serial BerTemanmu Surgamu – 17. Ngga Jadi Ngiri

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 26 Agustus

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

-::-

"Kenapa lo, Bin?" tanya Tian begitu dilihatnya Bintang tercenung memandangi ponselnya.

"Jangan pura-pura kesambet," ucap Sahl, "cuci piring buruan!"

Seraya memejamkan matanya, Bintang menghela napas pendek.

"Punya temen bawel amat, semoga orang yang begitu itu fast die..." kata Bintang dengan suara jelas terdengar oleh dua karibnya.

"Aamiin," kata Sahl, "biasanya doa jelek tuh balik lagi ke yang doain."

"WEY, MAKASI, BOS!" balas Bintang, lalu langsung istighfar. "Astaghfirullaahal'azhiim, astaghfirullaahal'azhiim, astaghfirullaahal'azhiim..."

Tian tertawa. "Kocak lu bedua."

Sepasang mata Bintang langsung melirik Tian, "Betewe, lo tumben ngga ada jadwal pemotretan? Syuting?"

"Iya nih, lagi kosong," sahut Tian. "Kenapa? Tumben lo perhatian."

"Bintang kangen traktiran honor lo, Yan. Pake nanya," jawab Sahl, lalu tertawa-tawa karena Bintang menggebuk pundaknya pakai tangan kanan.

"Kalau ngemeng jangan jujur-jujur amat, Malih!" gerutu Bintang. Mood-nya cepat sekali berubah. "Eh, Hal, gue mau nanya deh," lanjutnya. "Lo tahu Revaldo? Anak Manajemen, dia ke-gap lagi mabok di kosannya. Sama cewek juga! Jadi kasus kan tuh."

"Eh, gue kenal kayaknya," justru Tian yang bicara. "Dia emang tukang mabok. Malah ngegele segala. Bego banget itu orang. Susah-susah masuk kampus beken, kelakuan nol."

Sahl menyelonjorkan kaki, punggungnya bersandar di dinding. "Kita kan ngga tahu alasan dia ngelakuin itu tuh apaan. Ngga usah ghibah, apalagi suuzhan. Rugi woi."

Bintang langsung mencibir, "Siapa yang ghibah? Gue kan cuma konfirmasi. Heran aja kok ada ya manusia model begitu. Orang kaya tuh dia. Mobil ganti-ganti, udah kayak ganti celana dalem. Cewek juga, ganti seenak jidat."

"Terus?" tanya Sahl pada Bintang.

"Terus Bintang pengen juga..." kata Tian, ketawa pas dipelototin Bintang.

"Terus apaan sik lu, kayak tukang parkir!" Bintang bersungut-sungut. "Heran aja gua mah. Dia kan Islam, tapi ngga pernah kelihatan di masjid. Makanya gue ngga kenal-kenal amat. Kok bisa dah itu manusia hidup enak, kerjaan maksiat."

"Lo mau?" tanya Sahl.

"Auk ah dark!" Bintang melengos, kembali fokus pada ponselnya.

"Emang lo ngga mau?" tanya Tian, pada Sahl.

Dan Sahl melirik Tian dengan pandangan; PAAN SIH?

"Bin, elu ngapain iri sama orang model begitu?" kata Sahl.

"Heh, Sahl, nih gue bilangin ya," kata Bintang. "Somehow gue capek, ibadaaah mulu setiap hari. Dulu waktu sekolah, benci banget sama pelajaran Agama yang kalau ujian, susahnya ampun-ampunan. Lah, temen gua yang ngga Islam, enak-enak aja ujian agamanya. Ngga diuji hafalan Quran atau apaan."

"Terus?"

"Terus ya gue kadang mikir, ngapain sih taat-taat banget jadi manusia? Pagi bangun, shalat. Siang mau makan, shalat. Malem mau istirahat, shalat. Zina ngga boleh, mabok khamr ngga boleh, ini ngga boleh..."

"Ribet ya, Hal, Bin..."

Helaan napas Sahl terdengar.

"Gini deh, Bin," ucap Sahl. "Intinya, lo jenuh ibadah ke Allah? Gitu? Iya?"

"Ngga juga..." balas Bintang. "Cuma gue heran, kok ada manusia modelan si Revaldo itu hidup enak aja. Kok ngelakuin dosa santai banget. Ngga takut, ngga apa."

"Lo tahu istidraj?" tanya Sahl lagi.

"Gua tauk!" kata Tian. "Temennya istirahat?"

"Bodo elah," respons Sahl, yang paham Tian lagi ngelawak.

"Tahu lah," kata Bintang. "Lo mau bilang, nikmat yang ada di Revaldo itu sebagai istidraj???" tebak Bintang.

"Ngga juga," jawab Sahl. "Itu cuma dugaan belakang-belakang. Kalau husnuzhan udah mau habis. Sekarang, gue mau lo tahu..."

"Paan?"

"Wah, seru nih kayaknya!"

"Pertama, kalau lo ibadah,  itu adalah hal yang harus lo syukurin.  Karena ngga semua orang Islam itu mampu buat ibadah. Kayak oknum R tadi? Bisa jadi Allah tutup hatinya dari kelezatan beribadah ke Allah," kata Sahl. "Dan lo bilang, itu mereka ngga kenal takut kepada Allah, sebagai suatu yang enak? Lo salah besar, Bin."

Bintang menoleh. "Karena padahal itu maksiat yak?"

"Orang yang ngga pernah takut kepada Allah selagi di dunia, dia bakalan jadi orang yang paling ketakutan di Akhirat nanti," jelas Sahl.

Bintang mengernyit. Tian masih menyimak.

"I don't get it," kata Bintang, datar.

"Orang," kata Sahl, "yang di dunia kerjaannya maksiat ngga tobat-tobat juga, ngga ada takutnya ke Allah, nanti pas dia mati, di keranda dia bakalan bertanya di alam sana; 'Gua mau di bawa ke mana nih? Turunin gua woi!' Ngejerit tuh mereka yang ahli maksiat n ngga sempet tobat sebelum nyawanya ditarik keluar dari jasadnya."

Tian meneguk ludah. "Kok serem dah nih story?"

"Ngejerit ke malaikat minta diturunin dari keranda tuh mereka, gegara ngga mau masuk liang lahat," kata Sahl. Tangannya bergerak-gerak, melebar seolah menunjukkan besaran keranda. "Saking jeritan pendosa ini parah banget, RasulAllah Shallallaahu'Alayhi Wasallam bersabda; Kalau aja ada manusia hidup yang denger, pasti bakalan pingsan. Serem banget, asli!"

Bintang berjengit ngeri. "Naudzubillaah min dzaalik!"

"Itu tuh yang lo iriin?" kata Sahl, senyum seringainya terlihat begitu mendapati Bintang langsung manyun.

"Ngga! Ngga jadi ngiri guanya!"

"Makanya, Bin, ngga apa-apa kita capek ibadah di Dunia, daripada capek disiksa di neraka..."

"Bodo ah," kata Bintang. Udah mau nangis aja dia tuh. "Lo jadi adeknya Mas Langit gih. Dia juga kan pernah bilang begitu."

"Nah itu lo udah tahu," kata Tian dan Sahl.

"Ya kali pandangan lo semua beda dari Mas Langit, atau sama kayak gua. Ternyata... Ah, Bodo ah." Bintang uring-uringan. "Semangat woi, Bintang semangat!" kata Bintang kemudian. Kedua tangannya terkepal ke atas.

Sahl tertawa. Tian malah menahan tawanya sampai bahunya berguncang.

"Woi, apaan yang lucu? Gblk!" omel Bintang pada dua sahabatnya.

"Muka lo, kocak," kata Tian.

"Jangan lupa buruan cuci piring, Bin," kata Sahl. "Buruan."

Manyunnya Bintang makin menjadi.

"Udah kayak Ibu tiri aja lu. Merintah-merintah orang mulu."

"Heh, kan emang udah bagian lo nyupir hari ini!" kelit Sahl.

Bintang beranjak dari duduknya dengan wajah kesal.

"Iya, iya, gue kerjain. Daripada gue jejeritan di Akhirat gegara durhaka sama elu. Bhay!"

 Bhay!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] BerTemanmu SurgamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang