24. Tajir Melintir

637 153 30
                                    

Serial BerTemanmu Surgamu –24. Tajir Melintir

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 9 Oktober

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

-::-

Bintang mangap lebar banget pas lihat tayangan seorang vlogger di yutup perihal OOTD alias OUTFIT OF THE DAY yang orang itu dan teman-temannya pakai dalam keseharian.

"Jadi jam tangan ini gue beli pas di Milan kemaren. Sekitar 13.000 dollar. Ini kalau dirupiahin kurang lebih 200 jutaan lah kalau dollar sekarang berapa deh? 15.000 ya kan kalau ngga salah?" ucap orang dalam video tersebut.

Bintang meneguk ludahnya.

DUA RATUS JUTA?

DIA bisa beli Honda PCX dapet berapa unit tuh?! Huhu.

"Nonton apaan sih lo?" tanya Sahl, ikutan gabung di sisi kiri Bintang.

Menoleh, Bintang merapatkan rahangnya.

"Anak-anak milenial, Hal!" jawab Bintang cepat.

Vlogger di Layar laptop sekarang sedang memamerkan sepasang sepatu yang ia kenakan. Seharga 55 juta tuh. Sinting.

"Heh, londrian gue udah dianterin belom sih?" tanya Tian yang baru kelar mandi.

"Udah. Gue masukin aja ke lemari lo. Biar rapi," sahut Sahl.

"Weh, makasi, Hal!" balas Tian, senang.

Sementara Bintang dan Sahl lanjut nonton vlog tadi. Kini bahas kacamata yang katanya harganya tujuh belas juta!

"Wagelaseh," kata Bintang sambil geleng-geleng kepala. "Ini emak bapaknya kerja apaan ya sampe punya barang Mahal begini?"

"Emang beneran tuh, Bin?" tanya Sahl, rautnya menolak percaya.

"Hah? Maksud lo ini orang pada ngibul?"

"Bisa jadi kan? Masa jam tangan doang 200 juta? Masa kacamata jelek gitu 17 juta? Kali aja dia beli di Pasar malem terus ngaku-ngaku?" kata Sahl lagi. "Gue kalau punya duit 200 juta, mending juga Naik Haji prioritas!"

Bintang mingkem. Malu sendiri keingetan keinginannya beli Honda PCX sekian unit, sedangkan Sahl ingin Naik Haji.

"Iya juga ya. Naik Haji prioritas kan cuma sekitar 20.000 dollar," kata Bintang, berasumsi. "Tadi malah gue lihat ada yang beli jam tangan harga 30.000 dollar. Kembaliannya banyak tuh kalau Haji prioritas..."

"Kalau ngga prioritas ya Haji regular deh ya, Bin, sekeluarga gue sama sekeluarga elu."

Bintang menatap Sahl dengan hati penuh haru.

"Iya juga ya, Hal!" kata Bintang, nyaris mewek. "Gblk banget dah lu. Terharu nih gua!"

Sahl tertawa.

"Parah sih ini mereka," Sahl geleng-geleng kepala. "Dunia dijabarin di depan mereka."

"Apaan sih? Apaan?" tanya Tian yang baru kelar pake baju di ruang depan. Malu lah kalau pakai baju di kamar juga selagi ada dua anak curut ini.

"Ini, OOTD, orang dengan duit berlebih," jawab Sahl. "Lo juga duit banyak tapi ngga lebay ya, Yan?"

"Oh, itu sih Evan yang seneng," kata Tian yang mengambil duduk di kiri Sahl, membuat dua karibnya terpaksa bergeser. "Dia punya tuh jam tangan harga 100 juta. Belinya pake duit bokap. Pas ketahuan, abis dimaki-maki. Ya lagian 100 juta beli jam? Kata bokap gue mendingan investasi Tanah!"

"Cakep tuh bokap lo, Yan," komentar Sahl.

"Ngga usah ngiri sama anak-anak begini," kata Tian lagi. "Kalau bukan orangtuanya tajir melintir, berarti mereka nyari duit sampe kepelintir."

"Hah? Nyari duit kayak gimana sampe dapet ratusan juta, Yan?!" tanya Bintang, kelihatan tertarik.

"Ya gitu," Tian angkat bahu. "Rela dipake tante-tante atau om-om."

"HAH?"

Bintang melongo. Sahl istighfar penuh.

"DIPAKE?" tanya Bintang, kaget.

"ASTAGHFIRULLAAHAL'AZHIIM..."

Tian memandang dua sahabatnya dengan pandangan heran.

"Ya mau gimana lagi? Urat miskin mau kaya? Gimana lagi?"

JAHat ya omongan Tian tuh.

"Ya minta ke Allah, Yan!" sungut Bintang, kesal.

"Eh, nih gua kasih tahu elu ya," kata Tian, "duit kalau elu capek-capek nyari, kaga bakal mau lu hamburin buat beli jam tangan begituan doang. Bokap gue aja demenan beli Tanah daripada beli jam tangan. Mobil mewah aja punya dua doang buat servis tamu, misalnya."

"Bener juga," ucap Sahl. Tarikan napasnya terdengar. "Gue ngga apa-apa missqueen daripada dipake tante-tante, apalagi om-om. Hiii, naudzubillaah tsumma naudzubillaah!"

Bintang sampe merinding.

"Iya ya, Hal, kita mah sampo abis aja kita kasih air tuh biar bisa dipake nyampo lagi," ucap Bintang, membuat Tian tertawa.

"Bukannya pake sampo gue?"

Bintang mendelik. "Ya itu kan pas sekontrakan sama elu, Yan. Kalau ngga mah ya gue isi air tuh botol sampo biar berfaedah!"

Sahl ikutan tertawa. "Udah, udah, haha..." Ditepuk-tepuknya paha Bintang. "Bahas tajirnya orang mah ngga bakal abis. Haha. Untung Syarat masuk surga tuh bukan seberapa Kaya Harta kitanya, tapi yang ditanya ya Iman. Jadi ya Aman..."

Bintang melirik vlogger yang masih ngoceh di Layar laptopnya. Dalam hati setuju, bahwa dalam Islam segala sesuatunya akan dimintakan pertanggungjawaban.

Kalau halal dihisab, kalau haram diazab. Udah jelas begitu.

Tapi entah kenapa kalau lihat orang hidup enak dengan gelimang Harta, ya siapa sih yang ngga ingin?

"Yan, lo ngapain malah tidur di sini? Subhanallaah, rambut lo wangi amat!"

Sahl berkata sebab Tian sudah bersandar di pundaknya dengan mata terpejam.

"Abis mandi enak banget buat tidur, Hal," balas Tian dengan mata masih terkatup.

"Pindah woi, ke kasur sendiri sana!" kata Sahl lagi.

"Yan, pinjem motor dong, gue mau ke Halalmart," ucap Bintang, mematikan laptopnya dengan segera.

"Pake aja, koncinya nyantel," balas Tian, menggerakkan tubuhnya untuk berbaring di kasur Bintang.

Bintang berucap HASIQ! sebelum turun dari kasur. Sahl mengekor.

"Ikut, Bin!"

"Kuy lah buruan."

Sahl merogoh tas ranselnya, mengambil selembar uang warna hijau dari dalam sana. Lantas menyusul Bintang Yang sudah naik ke atas motor terlebih dahulu.

"Ngapain lah jual diri ya, Bin," kata Sahl saat motor NMAX itu mulai melaju. Wajahnya semringah. "Lah mau naik motor bagus kayak gini juga kita bisa ya, walaupun belom kaya?"

Bintang cengengesan.

"Yooongkru, bosku!"

"Yooongkru, bosku!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] BerTemanmu SurgamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang