25. Pertanyaan Gaje

632 149 28
                                    

Serial BerTemanmu Surgamu –25. Pertanyaan Gaje

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2018, 9 Oktober

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

-::-

"Jadi sebenernya, kalian berdua itu suka cewek kan?"

Pertanyaan Tian bikin Sahl dan Bintang saling pandang.

Ini kenapa Tian ngga ada angin ngga ada ujan tiba-tiba nanya beginian?

"Kenapa dah?" tanya Bintang. Wajahnya menoleh pada Sahl. "Ya suka lah, gua kan laki. Gblk ya Tian kalau nanya."

"Lo pernah ngga jatuh cinta sama cewek di kampus? Ah, kalau lo mah gue ngga usah nanya," kata Tian ke Bintang. "Elu kan semua cewek dipepet. Dibegoin juga iya aja," tambahnya. "Gue nanya Sahl doang."

"Lo kenapa dah, Yan?" tanya Bintang. Bola matanya berputar ke kiri atas. "Tetibaan nanya begini."

"Yan," kata Sahl, tangan kanannya bergerak, mengambil tangan kiri Bintang dalam genggaman. "Gue sesungguhnya cinta sama Bintang."

Tian membeliak, Bintang juga. Tapi karena melihat raut wajah Sahl yang serius, Bintang paham. Jadi, Bintang berdeham dan mengeratkan genggaman tangan Sahl atasnya.

"Ehem, gue juga. Cinta sama Sahl, Yan. Sori ya bikin lo kaget begini..."

"Bxngsat ya, lo berdua emang udah gue duga..." balas Tian sembari berdecak.

"Duga apaan lo?" Sahl melepas genggamannya pada tangan Bintang buat noyor jidat Tian. "Sembarangan aja suuzhan ke gue sama Bintang."

"Tauk!" Bintang ikutan noyor. (Kapan lagi ya kan?) "Maen duga-duga apaan lu, dugong?"

"LAH YA ELU TADI BERDUA NGAPAIN? CONFESSION DI DEPAN GUA, BXNGSAT!" teriak Tian nyaris memaki.

"Makanya lo jangan kebanyakan baca berita BLTG!" omel Sahl. "Sembarangan mikir begitu!"

"Lah terus tadi apaan?"

"Heh, gue sama Bintang emang saling cinta. Tapi karena Allah! Bukan karena nafsu! Ngga kayak BLTG di luar sana. Lo sih ngga suka baca sejarah," kata Sahl, ngambil botol minumnya dekat sana. "Di sejarah agama gue, dulu tuh para lelaki sejati saling cinta Karena Allah. Makanya punya agama dijalanin, bukan buat ditulis di KTP doang!"

"Tauk!" timpal Bintang.

Tian melongo.

Cinta Karena Allah? Apaan tuh?

"HALAH, SETERAH! Sekarang ini serius nih ya..." kata Tian lagi. "Elu pernah jatuh cinta sama cewek ngga sih, Hal?"

"Pernah lah."

"WAH, SIAL..." respons Tian, "pertanyaan gue dijawab datar sekali."

Sahl tertawa. "Pernah. Sama nyokap gue, sama Kak Sabrina, sama Kak Salwa. Hehe."

"WAH... LEBIH SIAL!" kata Tian. "Seharusnya diri ini tidak bertanya."

Bintang tertawa.

"Eh, Hal, WAKWAKWAK, SERIOUSLY? Kok gue ngga bisa bayangin jatuh cinta sama Kak Bulan ya? HAHAHA GELI HANJEEERR! GBLK AH!"

Bintang guling-guling sendiri.

"Lah emang ngga boleh?" tanya Sahl.

"Ya tapi kan lo ngga bisa nikahin mereka, Hal!" balas Tian. "Ribet ya diskusi sama elu."

Sahl memandangi Tian dan Bintang bergantian.

"Oh maksudnya yang mau dinikahin?"

"Iya woi!"

"Ah gblk ah TELAT!"

"Kalau itu," Sahl berpikir sebentar. "Belom tahu kan belom mau nikah. Kuliah aja baru masuk..."

"Bodo amat elah," kata Bintang. "Lagian lo ngapain sih nanya-nanya beginian, Yan? Pertanyaan Gaje. Ngga ada faedahnya banget!"

Tian tertawa. "Cuma pengin tahu. Cowok modelan Sahl ini ngincer cewek yang kayak gimana?"

"Hmmm, lo mau observasi ya? Mau ubah kriteria lo, gitu?" tanya Bintang. Kedua tangannya bersedekap di depan dada. "Eh tapi iya juga, Hal. Buat modelan elu yang prioritasnya Akhirat mulu, nyari cewek yang kayak apa? Di kampus emangnya ngga ada yang bisa bikin lo degdegan?"

Sahl melirik Bintang. "Udah ah, ngga usah bahas beginian."

"Weh, gue serius nanya..." tukas Bintang.

"Tauk neh," sambung Tian. "Masa ngga ada?"

Sahl angkat bahu. "Sejauh ini sih ngga ada. Jadi gue belum bisa jawab. Nanti deh kalau gue ketemu atau ngalamin, gue ceritain. Udah ah, gue mau tidur!"

"Yeeeuhh, ngeles aja neh ulet jambu."

"Bakal keburu judgement day, Hal!"

"Bodo. Ngga urusan! Dah, gue tidur dulu."

Sahl menaiki tangga menuju kasurnya yang terletak di atas kasur Tian. Dalam benak dia berusaha mengingat, kepada gadis mana hatinya ini pernah begitu cepat berdetak.

KAYAKNYA KOK BELUM PERNAH YA?

Sahl berbaring. Kepalanya disangga oleh bantal tipis. Sepasang matanya menatap langit-langit kamar selagi kulitnya merasakan dingin yang ditimbulkan oleh pendingin ruangan.

"BIN, ELU KENTUT KAN?!"

"Hehe, dikit doang kok. Ngga bunyi tuh padahal..."

"YANG NGGA BUNYI MALAH BAU AH GBLK LO, BIN!"

"Kalau ngga suka ya balikin aja, bor..."

Sahl memejamkan mata, lalu menahan napas ketika bebauan, yang dijadikan bahan ribut di bawah, menyapa indra penciumannya.

BAU BANGET EMANGGG!

Bantal tipis itu terangkat ketika Sahl menariknya. Ditutupnya wajahnya dengan bantalan tersebut selagi keributan di bawah masih berlanjut.

Jantung Sahl berdegup stabil. Tanpa tahu bahwa besok jantungnya akan berdegup kencang bukan main.

 Tanpa tahu bahwa besok jantungnya akan berdegup kencang bukan main

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] BerTemanmu SurgamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang