Pintu ruangan terbuka, menampilkan Alaska yang baru saja tiba usai Fina paksa untuk datang kesini karena kondisi darurat.
Wira yang melihat kedatangan putranya langsung menghampirinya dengan dada menggebu-gebu.
PLAK!
"Dasar anak nggak tahu diri! Orang lain lagi sibuk ngurusin Aluna kamu enak-enakan tidur di rumah!" bentak Wira tegas.
Alaska diam. Bukan apa-apa, hanya saja kesadarannya setelah bangun tidur tadi belum kembali. Lantas, Alaska menilik kearah ranjang yang diatasnya terdapat Aluna. Gadis itu terpejam dengan wajah pucatnya.
Dia memegangi pipi kirinya yang sejak kemarin bekas tamparan itu belum hilang dan sekarang Wira kembali menamparnya.
"Nggak ada yang nyuruh juga, kan, buat ayah atau semua orang ngurusin si bisu?" tantang Alaska. Cowok itu menatap ayahnya tanpa rasa takut.
Rahang Wira mengeras bersiap menampar putranya lagi, namun, kali ini dicekal oleh Andu. "Bang, udah jangan ribut, ini rumah sakit," peringatnya membuat Wira urung dan menurunkan tangannya.
"Kamu punya hati nggak sih?!!" sentak Wira lagi dengan suara yang lebih kecil tapi tetap menyeramkan serta tegas. "Berhenti membenci Aluna, Alaska!"
"Nggak bisa!"
Wira memejamkan matanya berusaha meredam emosi.
"Selain pembunuh, dia juga udah ngerusak semuanya. Dia rebut ayah sama bunda dari Alaska. Ayah jadi sering bentak Alaska gara-gara benalu itu! Ayah inget nggak dulu ayah nggak pernah nampar Alaska dan bahkan sebuah tamparan itu sekarang jadi makanan sehari-hari Alaska dari ayah!"
"Ayah tahu sekecewa apa Alaska waktu pertama kali ayah tampar Alaska? Ayah nggak nanyakan perasaan Alaska gimana?"
"Sampe kapan pun Alaska nggak akan pernah sudi ngelihat si bisu ada di rumah kita apa lagi nama dia ada di kartu keluarga milik kita! Alaska tahu maksud ayah sama bunda apa dan itu yang lebih buat Alaska benci sama dia! Ayah camkan. Nggak. Ada. Yang. Bisa. Gantiin. Posisi. Aurora. Di hidup. Alaska!" tandasnya dengan penuh penekanan.
Wira mendorong tubuh Alaska hingga cowok itu terhuyung kebelakang karena tak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Dia menatap ayahnya dengan api di matanya sambil berusaha bangkit.
"Setelah Aluna sadar kamu akan menikah dengan dia!" desak Wira sembari melangkah pergi meninggalkan ruangan itu juga Alaska.
Alaska diam membisu. Dia tidak terima kemudian berteriak. "AYAH NGGAK BISA MAKSA ALASKA KAYAK GITU!!!!!!!!!!!!!"
***
Suasana canggung. Aluna baru sadar setelah 3 jam dibawa ke rumah sakit. Gadis itu menyapu seluruh pandangannya, memperhatikan satu-satu wajah orang yang ada diruangannya. Matanya terhenti menangkap Alaska yang mengenakan kemeja putih dibalut jas hitam. Lelaki itu tampak gagah disertai peci hitam yang bertengger diatas kepalanya.
Disamping ranjangnya ada sebuah meja kecil yang dilingkari oleh Alaska, ayah Wira, penghulu? Dan Azam?! Ada apa ini?
Seolah paham dengan raut bingung yang Aluna tampilkan, Sheila hanya tersenyum.
"Baiklah mempelai wanita sudah sadar jadi mari kita laksanakan acara pernikahannya," ucap penghulu.
What? N--nikah? Kening Aluna berkerut meminta penjelasan pada siapapun yang ada disana termasuk Azam. Bagaimana Wira bisa menemukan keluarganya? Azam dengan raut wajah yang sendu menatap Aluna penuh rindu. Namun instruksi berikutnya dari penghulu mengalihkan tatapannya dari Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU!!!] [COMPLETED] Terjebak dalam permainan takdir yang begitu memaksa hingga menyatukan mereka dalam sebuah perjodohan. Itulah yang Alaska dan Aluna rasakan. Terlibat dalam perjodohan yang direncanakan oleh ayah dan bunda Al...