PART 1

138K 7.7K 1.9K
                                    

"Bunda apa-apaan sih?!" bentak Alaska usai bunda menjelaskan maksud dia menjodohkan Alaska dengan Aluna.

"Alaska, bunda mohon sama kamu, sayang," ujar bunda tetap kukuh pada pendiriannya.

Alaska mengerang, rahangnya mengeras menandakan dia sangat marah. Alaska berkacak pinggang. "Bun! Orang jelek aja belum tentu mau nikah sama cewek bisu kayak dia, apalagi Alaska? Bunda kan tahu tipe Alaska kayak gimana," decak Alaska.

Wira sebagai seorang ayah yang mengusulkan perjodohan ini menatap tajam putranya seraya berucap, "kami melakukan ini semua demi kebaikan kamu Alaska! Semua perempuan yang kamu bawa ke rumah, nggak ada yang membuat kita suka sama sikapnya!" gertak Wira tegas dan tajam tapi tak bisa membuat Alaska bungkam.

"Enggak cukup buat Alaska izinin cewek bisu itu tinggal disini setelah dia ngebunuh orang yang aku sayang, yah?" Alaska beralih menatap ayahnya. "Udah untung aku terima dia disini, udah untung aku mau menyetujui bunda sama ayah ngadopsi si bisu itu. Apa masih kurang buat kalian sampe nyuruh Alaska nikah sama dia?!" teriak Alaska sembari menatap Aluna yang ada dipojok ujung dekat jendela dengan tangan yang menunjuk semua anggota keluarganya.

Gadis itu tertunduk, menatap kakinya dengan rambut dikepang layaknya Elsa Frozen dan tubuhnya dibalut sweater hoodie gombrong berwarna biru tosca. Dia ada dibelakang seluruh keluarga Alaska yang sedang memperdebatkan perjodohan ini.

PLAK!

Satu tamparan di pipi Alaska melesat bebas dari tangan Wira. Dia sudah jengah melihat kelakuan putranya yang tak mau berubah. Alaska yang keras kepala dan susah diatur. Selain itu, Alaska juga pendendam.

"JAGA OMONGAN KAMU ALASKA!" sentak Wira. Emosinya sudah diujung kepala. Dia ingin meledakan kemarahannya pada Alaska saat ini juga.

Kemarin-kemarin, mungkin Wira masih bisa bersabar menghadapi anaknya, namun, kini Alaska sudah berani berkata kasar dengan menyebut kedua orang tuanya menggunakan kata 'kalian' sungguh anak yang tidak sopan.

Alaska memegangi pipi kirinya yang terasa panas. Dia yakin, kini warna pipinya merah dan ada cap tangan Wira disana.

Andin, Jasmin, Gisel, Fina dan sepupu Alaska yang lain meringis melihat kejadian itu. Meski ini bukan pertama kalinya Alaska kena tamparan dari Wira, tapi tetap saja rasa tak tega selalu menjulur. Namun, tidak ada yang berani menolongnya karena Wira sangat menjiplak sikap almarhum kakek mereka yang kejam, sadis, keras kepala dan selalu memaksa. Bisa dibilang Wira sangat tempramental, itu sebabnya Alaska juga bersikap sama seperti ayahnya. Bedanya, Wira tidak berani kasar pada seorang perempuan.

Bukannya menurut, Alaska malah terpancing. Sebuah seringaian muncul di wajah datar kelewat dinginnya, menambah aura seram yang terpatri pada dirinya.

"Terbukti, kan?" tanya Alaska pada seluruh keluarganya, "ayah gue sampe berani nampar gue demi ngebela cewek bisu itu?!" Alaska tertawa. Semuanya diam tidak ada yang bergeming sedikit pun karena takut.

Bahkan, Andu dan Firman—adik Wira hanya bisa diam tak berkutik melihat sang kakak menampar Alaska dengan keji.

"Stop Alaska! Bunda nggak pernah ya ngajarin kamu kayak gitu!" Kini giliran Sheila yang memakinya.

"Kenapa sih semuanya jadi belain tuh cewek? Apa untungnya buat kalian? Keberadaan si bisu cuma sebagai benalu di rumah kita! Kerjaannya morotin duit orang tua gue aja!"

PLAK!

Satu tamparan lagi mendarat di pipi kanan Alaska yang berasal dari bundanya.

"JAWAB BUNDA! APA PERNAH BUNDA AJARIN KAMU KAYAK GINI ALAKSA?!" Sheila menangis. Wanita paruh baya itu tak kuasa menahan sesak di dadanya akibat putra sulungnya ini. Sheila kecewa, tentu, dengan sikap putranya yang berubah drastis. Dulu, Alaska tidak begini tapi semenjak kehilangan seseorang yang sudah menetap lama di hatinya membuat Alaska kalang kabut dan berujung menjadi Alaska yang sekarang. "Aluna salah apa sama kamu sampai-sampai kamu benci sama dia, Ska?" Suara Sheila terdengar parau. Tubuhnya terkulai lemah dibawah tompangan Wira.

INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang