"Aku kecewa sama kakak." Aluna menjauh dari Alaska yang berusaha mendekatinya.
Sudah 9 hari sejak kejadian yang bahkan Aluna tidak ingin mengingatnya sama sekali. Sudah selama itu pula Aluna menangis dan menghindari Alaska. Tadinya, Aluna berniat untuk pergi dari sini, tapi Alaska terus menghalau keinginannya.
Cowok itu tidak henti-hentinya meminta maaf pada Aluna. Dia sangat kalap dan terlihat frustrasi akibat ulahnya sendiri. Alaska merasa jijik sekaligus benci pada dirinya.
Rasa sakit melihat Aluna dengan Reiki kemarin tak seberapa, dibanding rasa sakit melihat Aluna yang biasanya selalu berusaha mendekati Alaska kini berbalik dan memilih menjauh darinya.
Alaska sampai bingung harus bagaimana lagi caranya agar gadis itu mau memaafkannya. Beribu cara sudah dilakukan Alaska tapi hasilnya selalu nihil. Kenyataannya, Aluna tetap marah pada Alaska.
"Lun, gue tahu gue salah. Gue dibawah kendali alkohol waktu itu." Alaska memohon pada Aluna. "Kita udah sah, Lun. Seenggaknya, nggak bakalan dosa, kok." Wajah Alaska sangat polos saat mengucapkannya.
Iya, Aluna tahu memang mereka sudah sah tapi yang menjadi masalah bagi Aluna adalah pandangan orang-orang terhadapnya nanti, lagi pula dia dan Alaska belum resmi lulus dari SMA.
Aluna menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Dia mengelus perut datarnya, bagaimana kalau nanti Aluna hamil? Aluna menggeleng kuat. Dia belum siap.
"Lun, ngomong sama gue. Please." Alaska menyatukan kedua tangannya seraya berjongkok dihadapan Aluna. Hal ini sudah sering Alaska lakukan sejak kejadian itu.
"Aku gak bisa ngomong, kakak lupa?"
Blam!
Alaska menganga dengan mata terbuka lebar. Memang benar, tapi bukan begitu maksud Alaska. "I--iya, b--bukan gitu maksud gue," ralatnya.
Aluna menatapnya. Datar tanpa ekspresi sama sekali. Alaska balas menatapnya dan dia baru sadar ternyata yang dibilang Kevin beberapa hari lalu benar adanya. Aluna memang memiliki paras yang cantik.
"G--gue bakalan tanggung jawab," ucap Alaska tanpa sadar.
Sungguh, kemarahan Aluna rasanya mulai mereda, tergantikan oleh suara tawa. Alaska mengernyit heran karena Aluna justru tertawa tapi Alaska bersyukur kalau begitu tandanya Aluna tidak marah lagi padanya.
"Apa yang mau kakak pertanggung jawabin? Kakak yang bilang kita udah sah."
Mata Aluna membentuk bulan sabit dan itu menggemaskan. Alaska hanya bisa tersenyum kikuk.
"J--jadi masih marah?"
Aluna menggeleng, "kecewa, tapi sedikit."
"Soalnya, mau gimana lagi, semuanya kan udah terjadi, nggak bisa diputar ulang lagi."
Alaska menghela nafas lega lantas mengelus dadanya. Dia tersenyum kemudian memeluk Aluna. "Apapun hasilnya nanti, kita harus siap jadi orang tua diusia muda," kekeh Alaska sembari mengelus rambut Aluna lalu mencium puncak kepalanya.
Entahlah, Aluna merasa perlakuan Alaska seolah menegaskan perkataannya 9 hari lalu bahwa Alaska mulai menyukainya. Syukurlah kalau begitu.
Saat dalam posisi yang romantis itu, Aluna buru-buru bangkit, berlari ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)
Ficção Adolescente[SEBELUM BACA FOLLOW DULU!!!] [COMPLETED] Terjebak dalam permainan takdir yang begitu memaksa hingga menyatukan mereka dalam sebuah perjodohan. Itulah yang Alaska dan Aluna rasakan. Terlibat dalam perjodohan yang direncanakan oleh ayah dan bunda Al...