Malam hari, Alaska baru sampai di kediaman keluarga besar Megan. Dan rutinitas paginya hari ini adalah makan bersama. Kebetulan sekali seluruh keluarganya sedang tidak ada dan yang tersisa hanya bunda Sheila.
Sempat terbesit rasa kecewa karena dalam benaknya saat dia pulang adalah keluarganya tengah berkumpul bersama. Tapi, Alaska bisa memaklumi kalau mereka memiliki kesibukan. Toh tadi malam sudah bertemu dan bercanda ria di ruang tengah jadi tak apa meski tidak bisa berlibur bersama.
Usai merapihkan piring kotor bekas makan, Sheila menyusul Alaska ke kamarnya. Wanita paruh baya yang sudah menginjak usia kepala tiga itu membuka pintu kamar putranya perlahan.
Terpampang jelas sosok Alaska yang sedang duduk diujung kasur sembari menopang tubuhnya dengan kedua tangan kebelakang. Rupanya dia kekenyangan saat makan tadi.
Alaska menoleh saat kasur disebelahnya terasa ada yang menduduki. Rupanya sang bunda yang sangat dia sayangi.
"Eh bunda. Ada apa?" tanya Alaska disertai senyum.
Sheila menatap Alaska lekat. Sebuah senyuman manis tercetak di wajah ibu satu anak itu. Namun, senyumnya kali ini terasa lain. Seperti ada sesuatu yang ingin diucapkan lewat senyuman itu.
Sheila meraih tangan Alaska lalu menumpuknya dan meletakannya diatas genggaman tangannya.
"Bunda mau ngomong serius sama kamu. Tapi, kamu gak boleh marah sama bunda atau orang rumah ya," ucap Sheila sebisa mungkin nada suaranya lembut dan anggun membuat siapa pun yang mendengar suara Sheila akan merasa tenang.
Kening Alaska bertaut, detik berikutnya dia mengangguk.
"Kalo seandainya dia masih hidup gimana?" Sheila memberikan pertanyaan yang kembali membuat Alaska mengernyit. "Maksud bunda?" Dia balik bertanya.
"Kamu akan tahu setelah datang ke pemakaman. Bunda balik ke kamar dulu ya."
Serius. Ucapan Sheila sangat ambigu dan sama sekali tidak menjelaskan apa pun yang ada malah menbuat Alaska semakin kebingungan.
Ke pemakaman? Mau ngapain?
"Yaudah deh, sekalian ngunjungi Aluna sama Aurora, kan?" putusnya berbicara sendiri.
***
Laju mobilnya membawa Alaska ke pemakaman yang selama 2 tahun kemarin belum sempat dia kunjungi. Kakinya melanglah perlahan dengan pakaian serba hitam.
Satu langkah lagi berbelok dan sampai.
Mata Alaska terbelalak menyaksikan sesuatu aneh yang terjadi.
Dimana makam Aluna? Apa ini yang bunda maksud?
Tangannya meremas dada begitu kuat hingga terasa sesak. Dia mengitari letak tanah gundukan milik Aluna dan tanah itu benar-benar rata. Warnanya seperti tanah merah pada umumnya. Bukankah harusnya sudah ditumbuhi rerumputan hijau seperti makam lainnya?
Banyak pertanyaan saling berkecamuk dibenaknya.
Alaska jongkok menghadap kuburan Aurora lalu mendo'akannya. Tapi, dia bingung dengan kuburan Aluna. Tanahnya seperti baru saja digali. Rahangnya mengeras mendapati sebuah cangkul tak jauh dari kuburan Aluna juga batu nisan yang terbuat dari keramik itu pecah.
Dengan nafas menderu dan menggebu Alaska bangkit menuju rumah. Dia harus menanyakan penyebabnya pada bunda dan ada apa sebenarnya? Tidak mungkinkan kalau Aluna mendadak bangkit dari kuburnya sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)
Teen Fiction[SEBELUM BACA FOLLOW DULU!!!] [COMPLETED] Terjebak dalam permainan takdir yang begitu memaksa hingga menyatukan mereka dalam sebuah perjodohan. Itulah yang Alaska dan Aluna rasakan. Terlibat dalam perjodohan yang direncanakan oleh ayah dan bunda Al...