PART 38

59.4K 4.3K 121
                                    

Nit ... Nit ... Nit ...

Suara monitor yang menampikan detak jantung Aluna terus berbunyi. Sementara dokter dibantu para suster terus memompa jatungnya.

"Tambah lagi," ucap sang dokter.

Sang suster mengangguk.

"Bismillahirrahmanirrahim."

***

Abim tak henti mondar-mandir diluar ruangan sembari menanti seorang dokter muncul dari balik pintu putih itu. Dia mengusap-usap tangannya lalu menempelkannya di wajah.

Abim terduduk di kursi besi seraya menutupi seluruh wajahnya dengan telapak tangan.

Cowok itu terlihat sangat khawatir dengan kondisi Aluna. Dia juga menyesal membiarkan Aluna pulang sendirian tadi. Abim yakin seandainya Reiki tahu sudah pasti dirinya dihabisi oleh cowok itu.

"Lun, maafin gue," lirihnya dari tadi yang terus melontarkan kalimat itu.

Flashback.

Entah mengapa, perasaan Abim tak tenang membiarkan Aluna pulang sendirian. Dirinya terus bolak-balik di kamar sambil memijat pelipisnya.

Hujan deras diluar sana. Apa mungkin Aluna sudah sampai di rumah? Abim yang khawatir mencoba menghubunginya, namun, ponsel Aluna sepertinya dalam mode non aktif. Petir menggelegar sampai foto Aluna yang dibingkai rapih oleh Abim sejak Azam memberikannya tiba-tiba jatuh. Padahal, jendela kamarnya tertutup rapat.

Tanpa fikir panjang, Abim meraih kunci mobilnya. Kemudian, berlari menuruni undakan tangga. Menghiraukan panggilan ibundanya.

Cowok itu mengendari mobilnya dengan perlahan sambil mencari keberadaan Aluna ditepian jalan. Ah, entahlah, rasanya sangat was-was. Syukur-syukur hanya sugesti tapi bila itu nyata bagaimana?

Tepat didepan rumah Alaska, Abim menghentikan mobilnya. Rumah itu tampak sepi meski gerbangnya tidak dikunci. Insting Abim berkata kalau Aluna tidak ada didalam sana, jadi dia putuskan kembali melajukan mobilnya.

INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang