"Lun, duduk sini." Reiki menepuk kursi bambu disebelahnya. Aluna berjalan mendekatinya kemudian duduk ditempat yang Reiki tepuk barusan.
"Gue mau cerita nih," ucapnya.
"Cerita apa?" Aluna menyingkirkan rambut yang menghalangi matanya lalu menyelipkannya kebelakang telinga.
"Jujur deh." Reiki membenarkan posisi duduknya. Dia sedikit grogi juga tapi mau gimana lagi Reiki harus memberitahu Aluna kenyataannya. "Gue--gue--"
"Gue apa?" potong Aluna.
"Gue suka sama lo," aku Reiki lantang. Detik berikutnya cowok itu langsung membekap mulutnya. Dia menyengir kuda sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Aluna menganga atas ucapan Reiki. Kepalang basah sekalian saja nyebur, fikir Reiki.
"Gue serius. Tapi nggak tahu sejak kapan, gue baru sadar setiap kali ngelihat lo bawaannya pengen meluk, pengen jagain lo, pengen untuk selalu ada buat lo."
Aluna diam tidak menjawab. Dia bingung karena Reiki telah mengakui perasaannya lantas bagaimana Aluna harus mengambil sikap? Dia tidak ingin Reiki terluka kalau sampai cowok itu tahu Aluna adalah istri dari Alaska musuh bebuyutannya.
Atmosfer diantara mereka berubah seketika menjadi cangunggung. Reiki merutuk dirinya yang menyebabkan kecanggungan ini.
"Maaf Lun kalo lo ngerasa canggung, gue mohon jangan ngejauhin gue." Aluna masih diam mendengarkan.
"Gue mau kita kayak biasanya, berteman. Kalo lo nggak nyaman, cukup anggap gue nggak pernah ngucapin itu."
"Gue mohon," lirih Reiki lebih berupa bisikan.
Helaan nafas terdengar dari Aluna, gadis itu menunduk sejenak sebelum akhirnya kembali menatap Reiki. Aluna tidak mau menjauhi Reiki. Mengenai perasaan Reiki, Aluna juga tidak bisa melarangnya untuk tidak jatuh cinta pada. Dia sudah cukup dewasa, jadi dia akan menyikapinya dengan tenang. Hal itu juga mutlak, karena cinta tak bisa dipilih akan jatuh untuk siapa, perasaan Reiki itu wajar terlebih kebersamaan yang beberapa waktu ini mereka habiskan.
Aluna hanya tidak menyangka Reiki bisa menyukainya dalam waktu yang singkat. Oke, cinta memang tidak bisa ditebak akan jatuh pada siapa, kapan waktunya, entah singkat, lama atau seiring kebersamaan. Cinta tidak bisa memilih akan jatuh pada siapa dan itu hak setiap manusia untuk memiliki perasaan. Termasuk Reiki, dia masih normal untuk memiliki perasaan pada Aluna.
Aluna tersenyum hangat, "aku nggak pa-pa, kamu suka sama aku itu hak kamu. Aku hargai itu dan makasih karena udah berani ngungkapin itu secara terang-terangan."
"Aku juga maunya kita temenan kayak biasa. Maaf seandainya aku nggak punya rasa yang sama kayak kamu. Yang aku minta cuma satu."
Reiki menatap Aluna lekat harap-harap cemas. "Tetap jadi Reiki yang Aluna kenal, tetap jadi Reiki yang biasanya. Dan coba buat batasin perasaan kamu ke aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)
Novela Juvenil[SEBELUM BACA FOLLOW DULU!!!] [COMPLETED] Terjebak dalam permainan takdir yang begitu memaksa hingga menyatukan mereka dalam sebuah perjodohan. Itulah yang Alaska dan Aluna rasakan. Terlibat dalam perjodohan yang direncanakan oleh ayah dan bunda Al...