Aluna dan Cindy sedang menuju ke perpustakaan. Mereka berniat mencari buku-buku tambahan untuk persiapan UNBK minggu depan sekaligus mengembalikan buku paket karena sebelum UN dimulai semua buku yang dipinjamkan harus sudah dikembalikan. Jadi, mereka putuskan mengembalikannya hari ini sekalian mencari buku juga.
"Oh iya, lo ngejar materi apa yang kira-kira belum lo pahami semua, Lun?" tanya Cindy seraya menyusuri deretan rak-rak buku yang cukup tinggi.
"Matematika mungkin." Aluna mengedikkan bahunya. Tangannya terangkat untuk mengambil buku rumus di rak yang cukup tinggi.
Aluna sampai harus berjinjit-jinjit agar bisa menggapainya. Mau minta bantuan Cindy pun bagaimana? Toh perbedaan tinggi tubuhnya dengan Cindy hanya 2 centi, itu pun Aluna yang lebih tinggi.
Huft.
Tiba-tiba ada tangan kekar yang ikut mengambil buku itu. Aluna menoleh, mendapati Alaska yang berdiri dibelakangnya. Wajahnya kini berhadapan dengan dada bidang Alaska.
Aluna menurunkan tangannya bersamaan dengan Alaska yang memberikan bukunya pada Aluna.
"Makanya punya badan jangan pendek-pendek," ejek Alaska. Aluna menerima bukunya dengan baik namun sedikit kesal karena Alaska mengejeknya.
Tuk!
Sebuah buku dari rak paling atas jatuh menimpa kepala Alaska. Cowok itu meringis. Aluna tertawa dalam hati. Mampus, batinnya.
Dia menutup mulutnya seraya menatap Cindy yang dari tadi memanggil namanya pelan.
"Gue kesana dulu ya," ucap Cindy yang tujuan utamanya memberi ruang untuk Alaska dan Aluna.
Awalnya, Aluna menolak dengan menggelengkan kepala tapi Cindy sudah keburu pergi.
"Kakak ngapain disini?" tanya Aluna. Kakinya melangkah ke rak sebelah.
"Nggak sengaja lihat lo masuk kesini jadi gue ngikutin deh."
Aluna mengerlingkan matanya. Akhir-akhir ini Alaska sangat berbeda dari sebelumnya. Sejak 2 hari yang lalu tepatnya. Setelah pertemuan terakhir Aluna dengan Reiki malam itu. Alaska bahkan mengizinkannya untuk tidur di kasur walau masih terpisah oleh guling.
"Lo ngapain ngumpulin buku sebanyak itu sih?" Alaska menatap heran pada Aluna dan setumpukan buku di tangannya. Terlihat Aluna sedikit kesulitan. Dia berinisiatif mengambil beberapa buku dari tangan Aluna untuk dibawanya. Gadis itu sendiri tidak beratan lagi pula sudah seharusnya Alaska membantu sang istri.
"Buat belajar. Buku paketkan semuanya udah dibalikin, seenggaknya supaya ada asupan materi selain dari buku tulis buat persiapan UN minggu depan."
Alaska mengangguk setuju. "Bukannya lo udah pinter ya?"
Gadis itu memutar tubuhnya menghadap Alaska. "Emangnya orang pinter nggak boleh belajar juga? Kayak kakak gitu, udah pinter jadi sombong terus nggak belajar deh."
Alaska mendesis, "gue kan emang pinter," cicitnya namun masih dapat Aluna dengar.
"Tuhkan sombong."
KAMU SEDANG MEMBACA
INSEPARABLE (SEGERA TERBIT)
أدب المراهقين[SEBELUM BACA FOLLOW DULU!!!] [COMPLETED] Terjebak dalam permainan takdir yang begitu memaksa hingga menyatukan mereka dalam sebuah perjodohan. Itulah yang Alaska dan Aluna rasakan. Terlibat dalam perjodohan yang direncanakan oleh ayah dan bunda Al...